5 Pencurian Kripto Terbesar Sepanjang Sejarah: Miliaran Dolar Raib Akibat Peretasan
Dalam beberapa tahun terakhir, dunia cryptocurrency telah menjadi target empuk bagi peretas yang memanfaatkan kelemahan teknologi untuk meraup keuntungan ilegal. Meskipun blockchain dikenal sebagai teknologi yang aman, sejumlah celah seperti eksploitasi smart contract, pencurian private key, hingga serangan terhadap wallet tetap menjadi ancaman serius.

Berikut adalah lima kasus pencurian aset kripto terbesar sepanjang sejarah yang mengguncang industri digital:
Bybit (Kerugian US$1,46 Miliar)
Pada 21 Februari 2025, bursa kripto Bybit mengalami peretasan besar yang mencatatkan kerugian hingga US$1,46 miliar atau sekitar Rp23,8 triliun dalam bentuk Ether (ETH).
Serangan ini diduga dilakukan oleh kelompok Lazarus asal Korea Utara, yang berhasil menembus multisig cold wallet Bybit. CEO Bybit, Ben Zhou, mengonfirmasi bahwa peretasan ini menargetkan penyimpanan cold wallet yang biasanya dianggap sebagai salah satu metode paling aman dalam menyimpan aset kripto. Peristiwa ini menjadi pencurian kripto terbesar dalam sejarah hingga saat ini.
Ronin Network (Kerugian US$624 Juta)
Pada Maret 2022, Ronin Network—sidechain Ethereum yang digunakan oleh game blockchain populer Axie Infinity—menjadi korban peretasan besar. Pelaku berhasil mengambil kendali atas lima dari sembilan validator nodes, memungkinkan mereka memalsukan transaksi penarikan dana dalam jumlah besar.
Sebanyak 173.600 ETH dan 25,5 juta USDC, senilai total US$624 juta, berhasil dicuri. Yang mengejutkan, peretasan ini baru terdeteksi enam hari kemudian setelah seorang pengguna melaporkan masalah penarikan dana. Investigasi mengungkap bahwa peretas menggunakan private key yang telah dikompromikan untuk mengakses dana tanpa terdeteksi.
Poly Network (Kerugian US$610 Juta)
Pada Agustus 2021, Poly Network, platform lintas blockchain, menjadi target serangan yang mengakibatkan kerugian sebesar US$610 juta. Peretas mengeksploitasi kelemahan pada smart contract Poly Network untuk mentransfer dana ke wallet milik mereka.
Namun, kasus ini memiliki akhir yang unik. Pelaku, yang kemudian dikenal sebagai hacker white hat, mengembalikan hampir seluruh dana yang dicuri dengan alasan bahwa aksi tersebut bertujuan untuk mengungkap celah keamanan Poly Network. Meski begitu, US$33 juta dalam bentuk USDT tetap tidak dapat dipulihkan karena telah dibekukan oleh Tether.
BNB Bridge (Kerugian US$586 Juta)
Pada Oktober 2022, Binance Smart Chain (BSC) menghadapi eksploitasi besar yang menargetkan BSC Token Hub, sebuah cross-chain bridge. Peretas memanfaatkan celah dalam kode sistem untuk mencetak 2 juta BNB langsung ke wallet mereka, dengan total nilai mencapai US$586 juta.
Tim Binance bergerak cepat untuk membatasi kerugian. Sekitar 80%-90% dana berhasil diblokir sebelum peretas memindahkannya ke jaringan lain. Namun, sekitar US$127 juta tetap berhasil dicuri sebelum peretas kehilangan akses.
Coincheck (Kerugian US$530 Juta)
Pada Januari 2018, Coincheck, exchange asal Jepang, menjadi korban peretasan yang mengakibatkan hilangnya 523 juta NEM senilai US$530 juta. Kejadian ini terjadi karena Coincheck menyimpan aset NEM di hot wallet tunggal tanpa perlindungan multisig, yang membuatnya lebih rentan terhadap serangan.
Peretasan ini menjadi salah satu yang terbesar pada masanya dan menyoroti pentingnya keamanan dalam pengelolaan aset digital.
Selain lima kasus di atas, sejumlah insiden besar lainnya seperti peretasan FTX (kerugian US$482 juta pada 2022), Mt. Gox (US$470 juta pada 2014), dan DMM Exchange (US$325 juta pada 2024) turut mencerminkan risiko tinggi di dunia kripto.
Seiring dengan meningkatnya adopsi aset digital, keamanan menjadi tantangan utama yang harus dihadapi oleh pelaku industri. Teknologi blockchain memang menawarkan transparansi dan desentralisasi, tetapi tanpa pengelolaan keamanan yang ketat, kerugian besar akibat peretasan akan terus menjadi ancaman nyata.
Kasus-kasus ini menjadi pengingat bahwa meskipun kripto menawarkan peluang besar, risiko yang menyertainya tidak dapat diabaikan. Keamanan harus menjadi prioritas utama dalam menjaga aset digital, baik bagi individu maupun institusi.