Di tengah sorotan global mengenai akumulasi kekayaan yang masif, muncul sebuah fenomena menarik di kalangan elit finansial dunia: frugalitas ekstrem. Meskipun memiliki akses terhadap gaya hidup tanpa batas, sejumlah miliarder dunia justru memilih untuk mempertahankan pola konsumsi yang bersahaja. Fenomena ini tidak hanya mencerminkan kepribadian personal, tetapi juga menjadi strategi manajemen risiko dan fokus jangka panjang pada nilai-nilai yang lebih esensial daripada sekadar pamer kemewahan (conspicuous consumption).
Kami merangkum profil enam tokoh dunia yang tetap membumi meskipun memiliki kekayaan bersih yang mampu membeli segala kemewahan di bumi.
1. Warren Buffett: Kesederhanaan dari Omaha
Dikenal sebagai “Oracle of Omaha”, Warren Buffett adalah personifikasi dari hidup sederhana. Sebagai salah satu investor tersukses sepanjang masa melalui Berkshire Hathaway, Buffett tetap tinggal di rumah yang sama yang ia beli pada tahun 1958 seharga US$31.500.
Gaya hidupnya yang jauh dari kesan glamor terlihat dari kebiasaan sarapan di McDonald’s yang harganya tidak lebih dari beberapa dolar, serta keengganannya untuk memiliki jet pribadi mewah atau kendaraan terbaru setiap tahun. Bagi Buffett, kekayaan adalah alat untuk investasi kembali dan filantropi, bukan untuk validasi sosial.
Baca juga: Daftar 10 Orang Terkaya di Indonesia Edisi Desember 2025
2. Mark Zuckerberg: Konsistensi Visual dan Efisiensi Waktu
Pendiri Meta (sebelumnya Facebook), Mark Zuckerberg, dikenal dengan penampilan ikoniknya yang hanya mengenakan kaos abu-abu sederhana dan celana jeans. Pilihan ini bukan tanpa alasan; Zuckerberg menerapkan konsep “pengurangan keputusan” (decision fatigue) untuk hal-hal yang dianggapnya sepele. Dengan meminimalkan pilihan pakaian, ia dapat memfokuskan seluruh energi mentalnya untuk mengelola kekaisaran teknologinya. Meski memiliki properti luas, kendaraan yang ia gunakan sering kali hanya setingkat Acura atau Volkswagen manual yang tergolong standar bagi pria di kelasnya.
3. Amancio Ortega: Sosok di Balik Zara yang Menghindari Sorotan
Sebagai pendiri Inditex (induk perusahaan Zara), Amancio Ortega sempat menjadi orang terkaya di dunia. Namun, pria asal Spanyol ini dikenal sangat tertutup dan rendah hati. Ia dilaporkan sering makan siang bersama karyawannya di kafetaria kantor dan tetap mengenakan seragam sederhana yang terdiri dari blazer biru, kemeja putih, dan celana abu-abu—yang uniknya, bukan merek Zara sendiri. Ortega menunjukkan bahwa kesuksesan ritel global tidak harus diikuti dengan eksposur gaya hidup mewah di media.
4. Carlos Slim Helu: Sang Taipan Telekomunikasi Tanpa Kemewahan Ekstra
Carlos Slim Helu, yang pernah memuncaki daftar orang terkaya dunia selama beberapa tahun, memilih untuk tetap tinggal di rumah dengan enam kamar tidur yang sama selama lebih dari 40 tahun. Ia tidak memiliki kapal pesiar besar atau koleksi mobil sport yang mencolok. Slim lebih memilih untuk menyetir kendaraannya sendiri ke kantor dan tetap menjalankan nilai-nilai hemat yang ia pelajari dari keluarganya sejak kecil.
| Nama Miliarder | Fokus Utama Frugalitas | Kebiasaan Unik |
| Warren Buffett | Properti & Konsumsi | Tetap tinggal di rumah lama sejak 1958. |
| Mark Zuckerberg | Penampilan & Transportasi | Memakai pakaian yang sama untuk efisiensi mental. |
| Amancio Ortega | Sosialisasi & Privasi | Makan di kafetaria bersama karyawan. |
| Carlos Slim Helu | Properti & Operasional | Menolak memiliki supir pribadi atau rumah megah. |
| Chuck Feeney | Filantropi Total | Hidup seperti kelas menengah demi mendonasikan seluruh harta. |
| Azim Premji | Operasional Kantor | Memantau penggunaan tisu dan listrik di kantornya. |
5. Azim Premji: Ketelitian dalam Efisiensi
Azim Premji, mantan pimpinan Wipro Limited dan salah satu tokoh terkaya di India, dikenal karena ketelitiannya terhadap pemborosan. Ia sering menginap di hotel bintang bawah saat perjalanan bisnis dan menggunakan mobil bekas. Premji bahkan terkenal sering mengingatkan karyawannya untuk mematikan lampu kantor jika tidak digunakan. Prinsipnya jelas: kekayaan yang tidak terpakai secara produktif adalah sebuah kesia-siaan.
6. Chuck Feeney: Miliarder yang Ingin Bangkrut Sebelum Wafat
Mungkin profil paling radikal adalah Chuck Feeney, pendiri Duty Free Shoppers. Feeney adalah pelopor gerakan “Giving While Living”. Sepanjang hidupnya, ia telah mendonasikan lebih dari **US$8 miliar** untuk kegiatan amal, menyisakan hanya sekitar US$2 juta untuk masa tuanya. Ia tidak memiliki rumah atau mobil, dan lebih memilih menggunakan jam tangan seharga US$15 serta terbang dengan kelas ekonomi. Feeney membuktikan bahwa puncak tertinggi dari memiliki kekayaan adalah kemampuan untuk melepaskannya demi kemanusiaan.
Pola hidup yang ditunjukkan oleh para tokoh ini memberikan pelajaran berharga bahwa kekayaan bersih (net worth) tidak selalu berbanding lurus dengan biaya hidup (cost of living). Di era media sosial di mana kemewahan sering dipamerkan, gaya hidup para miliarder ini menjadi antitesis yang kuat. Mereka membuktikan bahwa keberhasilan sejati diukur dari dampak yang diciptakan dan warisan yang ditinggalkan, bukan dari seberapa banyak barang mewah yang dikonsumsi.








