Membangun kepercayaan diri anak adalah salah satu tanggung jawab terbesar bagi orang tua. Namun, tanpa disadari, beberapa kebiasaan yang terlihat sepele justru dapat merusak rasa percaya diri anak. Psikolog anak dan keluarga, Dr. Mutiara Hapsari, mengingatkan bahwa pola asuh yang salah dapat meninggalkan dampak jangka panjang pada perkembangan anak.
“Anak yang kehilangan kepercayaan diri cenderung menghadapi kesulitan dalam mengambil keputusan, merasa minder dalam lingkungan sosial, dan rentan terhadap tekanan,” ujar Dr. Mutiara. Berikut ini adalah tujuh kesalahan utama yang harus dihindari orang tua agar anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri dan mandiri.
Kesalahan Orang Tua yang Dapat Membuat Anak Kehilangan Kepercayaan Diri
- Mengkritik Secara Berlebihan
“Sering kali, orang tua mengkritik anak dengan niat membangun, tetapi cara penyampaiannya salah,” jelas Dr. Mutiara. Kritik yang terus-menerus, terutama jika disampaikan dengan nada negatif, dapat membuat anak merasa tidak cukup baik.
Contohnya, kalimat seperti “Kenapa kamu selalu gagal?” hanya akan memperkuat perasaan rendah diri pada anak. Sebagai gantinya, orang tua disarankan memberikan kritik yang membangun dengan menyoroti solusi, bukan kesalahan.
- Membandingkan Anak dengan Orang Lain
Salah satu kesalahan terbesar yang sering dilakukan adalah membandingkan anak dengan saudara kandung atau teman sebayanya. “Setiap anak memiliki keunikan. Ketika orang tua membandingkan, mereka sebenarnya mengabaikan potensi anak mereka sendiri,” kata Dr. Mutiara.
Alih-alih mengatakan “Kenapa kamu tidak sepintar temanmu?”, lebih baik fokus pada perkembangan individu anak. Misalnya, “Saya bangga kamu sudah lebih rajin belajar dibandingkan sebelumnya.”
- Mengabaikan Usaha dan Fokus pada Hasil
Dalam banyak kasus, orang tua hanya memuji anak jika mereka mencapai sesuatu yang besar, seperti nilai sempurna atau juara kompetisi. Namun, mengabaikan proses perjuangan anak dapat membuat mereka kehilangan motivasi.
“Kepercayaan diri anak tumbuh ketika mereka merasa usaha mereka dihargai, bukan hanya hasil akhirnya,” ujar Dr. Mutiara. Memberikan apresiasi pada dedikasi anak, seperti “Kamu sudah bekerja keras untuk ini, saya bangga,” lebih efektif daripada hanya memuji keberhasilan.
- Terlalu Banyak Mengatur Kehidupan Anak
Orang tua yang terlalu mengatur sering kali tidak sadar bahwa mereka merampas kesempatan anak untuk belajar dari kesalahan. “Ketika anak tidak diberi kebebasan untuk mengambil keputusan, mereka kehilangan kepercayaan pada kemampuan diri sendiri,” jelas Dr. Mutiara.
Sebagai solusinya, libatkan anak dalam pengambilan keputusan sehari-hari, seperti memilih kegiatan ekstrakurikuler atau cara menyelesaikan tugas. Hal ini membantu mereka belajar bertanggung jawab dan percaya pada diri sendiri.
- Mengabaikan Perasaan Anak
Dalam situasi tertentu, orang tua kerap meremehkan perasaan anak dengan alasan terlihat sepele. Misalnya, mengatakan “Itu bukan masalah besar, jangan lebay” saat anak merasa kecewa.
Menurut Dr. Mutiara, mengabaikan perasaan anak dapat membuat mereka merasa tidak dihargai. Sebaliknya, orang tua perlu menunjukkan empati. “Saat anak sedih, dengarkan dan validasi perasaan mereka. Ini memberi mereka rasa aman untuk mengekspresikan diri,” tambahnya.
- Memberikan Tekanan Berlebihan untuk Sukses
Orang tua sering kali tanpa sadar menetapkan standar terlalu tinggi. Misalnya, selalu menuntut anak mendapatkan nilai sempurna atau menjadi yang terbaik dalam segala hal.
“Tekanan berlebihan dapat menyebabkan stres dan membuat anak takut gagal,” ujar Dr. Mutiara. Penting untuk mengajarkan bahwa kegagalan adalah bagian dari proses belajar. Katakan kepada anak, “Kamu sudah mencoba yang terbaik, dan itu yang paling penting.”
- Tidak Memberikan Dukungan yang Konsisten
Dukungan orang tua adalah fondasi utama bagi kepercayaan diri anak. Ketidakhadiran orang tua, baik secara fisik maupun emosional, di saat-saat penting dapat membuat anak merasa tidak dicintai.
Dr. Mutiara menekankan pentingnya kehadiran orang tua dalam momen-momen spesial anak. “Bahkan sekadar hadir di pentas sekolah atau pertandingan olahraga dapat memberikan rasa percaya diri yang besar kepada anak,” ujarnya.
Dampak Jangka Panjang dan Langkah Perbaikan
Kesalahan-kesalahan ini mungkin terlihat kecil, tetapi dampaknya bisa sangat besar. Anak yang kehilangan kepercayaan diri sering kali tumbuh menjadi individu yang ragu-ragu dan kesulitan menghadapi tekanan hidup.
Namun, bukan berarti sudah terlambat untuk memperbaiki pola asuh. Dengan memberikan perhatian lebih pada cara berkomunikasi dan mendukung anak, orang tua dapat membantu memulihkan kepercayaan diri yang mungkin telah terkikis.
“Kepercayaan diri bukanlah sesuatu yang instan. Ini adalah hasil dari dukungan konsisten dan lingkungan yang positif,” tutup Dr. Mutiara.
Sebagai orang tua, tugas Anda adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan anak untuk tumbuh dan berkembang dengan percaya diri. Hindari tujuh kesalahan di atas, dan mulailah membangun hubungan yang lebih sehat dengan anak Anda.
Bagikan artikel ini jika Anda merasa informasi ini bermanfaat. Semakin banyak orang tua yang sadar akan pentingnya kepercayaan diri anak, semakin cerah masa depan generasi mendatang.