JAKARTA – Perihal sebuah pernyataannya yang sempat mengundang kontroversi publik, Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta nomor urut 1, Suswono, menyampaikan permintaan maaf secara terbuka terkait ucapannya yang menyarankan “janda kaya untuk menikahi pemuda pengangguran” itu. Pernyataan kelakar tersebut disampaikan dia saat pertemuan dengan relawan Bang Japar dan beberapa simpatisan.
Dalam keterangan tertulis di akun IG @pak_suswono centang biru miliknya, Suswono beristigfar dan menyatakan permohonan maaf karena komentarnya telah menimbulkan kesalahpahaman dan berujung pada kritik luas dari masyarakat.
Duduk Perkara Masalah
Suswono mengawali klarifikasinya dengan pengakuan dan permohonan maaf. Menurutnya, pernyataan mengenai “janda kaya menikahi pemuda pengangguran” disampaikan dalam konteks keprihatinan akan kondisi masyarakat yang rentan, terutama anak yatim dan janda.
Suswono mengatakan bahwa niatnya adalah untuk mendorong pencarian solusi terhadap isu kemiskinan dan pengangguran di kalangan pemuda Jakarta. Namun, ia mengakui, meskipun niatnya baik, pilihan katanya ternyata tidak tepat dan menyebabkan kesalahpahaman yang meluas.
Dengan rendah hati, Suswono mengatakan, “Saya menyadari bahwa pernyataan saya dalam pertemuan dengan relawan Bang Japar terkait ‘janda menikahi pemuda pengangguran’ telah menimbulkan masalah. Astaghfirullahal adhiim.”
Ia juga menambahkan bahwa, sebagai seorang yang berpegang teguh pada nilai-nilai Islam, ia sangat menghormati ajaran Nabi Muhammad SAW dan tak bermaksud menyebut hal tersebut sebagai candaan terhadap teladan umat Muslim. Suswono pun meminta maaf kepada seluruh masyarakat atas ucapannya yang dianggap kurang bijak.
Suswono pun mengungkapkan penyesalannya, “Saya sangat mencintai dan ingin terus menjadikan Rasulullah SAW sebagai teladan agung dalam kehidupan dan kepemimpinan. Karenanya, saya memastikan tidak bermaksud buruk terhadap Manusia Utama panutan Agung kita, Nabi Muhammad SAW. Karena itu, saya meminta maaf atas kesalahan saya dengan penyebutan tersebut.”
Ia juga menegaskan bahwa dalam pertemuan tersebut, ia semata-mata bertujuan mengajak masyarakat untuk memerhatikan isu-isu penting seperti kesejahteraan sosial dan pengentasan kemiskinan.
Pernyataan tersebut disampaikannya sebagai upaya untuk menyikapi permasalahan ekonomi yang dihadapi oleh kalangan muda di Jakarta, terutama bagi mereka yang pengangguran. Namun, menurut Suswono, meskipun disampaikan dalam konteks canda, pernyataan itu dinilai kurang pantas, terutama mengingat sensitivitas topik tersebut. Ia juga mengakui bahwa pernyataan itu tidak mencerminkan sikap dan program RIDO, program yang menjadi platform utama yang ingin ia wujudkan.
Komitmen Terhadap Pemberdayaan Sosial
Dalam permintaan maafnya itu, Suswono juga memastikan bahwa candaan semacam itu tak termasuk dalam program kerja RIDO yang ia tawarkan kepada masyarakat Jakarta.
Ia menyatakan, “Saya tegaskan bahwa ‘candaan’ seperti itu bukan bagian dari program RIDO. Tetapi kami tegaskan bahwa kami akan terus berkomitmen, bahkan dengan adanya kritik tersebut, akan makin meningkatkan komitmen perjuangan terhadap kaum dhuafa, pemberdayaan kelompok lemah dan rentan, termasuk anak yatim dan para fakir miskin.”
Suswono juga menggarisbawahi komitmennya untuk memberikan perhatian lebih kepada kelompok masyarakat yang membutuhkan, serta memajukan Jakarta secara menyeluruh.
Baginya, program-program pembangunan sosial yang menyasar kelompok rentan, terutama anak-anak yatim dan kaum dhuafa, merupakan prioritas utama yang tak bisa diganggu-gugat. Ia berjanji untuk terus menyuarakan isu pemberdayaan sosial ini, meskipun dengan lebih hati-hati dalam memilih kata-kata.
Di tengah kontroversi ini, Suswono menekankan bahwa kejadian tersebut menjadi pelajaran penting baginya. Ia berkomitmen untuk lebih berhati-hati dalam komunikasi publik di masa depan.
“Ke depan, saya akan lebih berhati-hati dalam berkomunikasi agar tidak mengulangi kesalahan yang sama,” ungkapnya. Ia pun mengajak semua pihak untuk memusatkan perhatian pada solusi nyata demi memajukan kota Jakarta dan memberikan manfaat bagi warga.
Suswono juga mengucapkan terima kasih atas kritik dan masukan dari masyarakat, yang dianggapnya sebagai tanda kepedulian publik dalam menjaga norma dan nilai sosial.
“Saya sampaikan terima kasih atas kritik dan saran positif, serta mohon doa dan bimbingan dari para Ulama, Habaib, tokoh masyarakat, serta seluruh warga Jakarta dari berbagai kalangan; kaum ibu, emak-emak, kalangan pemuda, dan sebagainya; demi menggapai ridha Allah, dengan memajukan kota Jakarta dan memakmurkan warganya,” urainya.
Di akhir pernyataannya, Suswono mengajak masyarakat untuk bersama-sama melanjutkan usaha membangun Jakarta sebagai kota yang sejahtera, sekaligus responsif terhadap permasalahan sosial.
Ia menegaskan kembali pentingnya peran masyarakat dalam mengawal kepemimpinan yang peka terhadap kebutuhan warga dan memiliki komitmen kuat dalam menanggulangi permasalahan kemiskinan, pengangguran, dan kesenjangan sosial.
Dalam pandangannya, Jakarta sebagai kota global membutuhkan pemimpin yang mampu menghadirkan program bermanfaat bagi semua kalangan tanpa memandang latar belakang ekonomi atau sosial.
Suswono mengaku bertekad untuk menjalankan amanahnya sebagai calon pemimpin yang terus belajar dari pengalaman dan kritik masyarakat.
Dengan nada yang serius dan penuh harapan, Suswono menutup klarifikasinya. Permintaan maaf ini, menurutnya, bukan sekadar kata-kata, melainkan komitmen untuk terus membina komunikasi yang bijak dan lebih berhati-hati di masa mendatang. (dck/nas)