NASIONAL.NEWS — Semangat edukasi dan penerapan nilai-nilai syariah kembali digaungkan dalam Pelatihan Manajemen Qurban dan Sembelihan Halal yang digelar di Pesantren Ruhama, Gunung Sindur, Bogor, Sabtu (24/5/2025). Kegiatan ini terselenggara atas kolaborasi Rumah Yatim, Pesantren Ruhama, dan Lembaga Sembelih Halal (LSH) Hidayatullah.
Pelatihan ini dihadiri oleh sekitar 40 peserta yang terdiri dari pengasuh dan santri pesantren, perwakilan DKM masjid, serta utusan dari berbagai pesantren se-Kecamatan Gunung Sindur.
Antusiasme peserta mencerminkan kesadaran yang kian tumbuh akan pentingnya aspek syariah dan kesehatan dalam praktik penyembelihan hewan qurban.
Hadirkan Pakar Sembelih dari LSH Hidayatullah
Menghadirkan narasumber utama, H. Nanang Hanani, S.Pd.I., MA., Ketua LSH Hidayatullah Pusat, pelatihan ini mengupas tuntas fiqih udhiyah serta manajemen qurban berbasis prinsip ASUH: Aman, Sehat, Utuh, dan Halal.
“Qurban bukan hanya soal menyembelih hewan. Ia adalah bentuk ibadah yang menyentuh aspek spiritual sekaligus sosial. Maka penyelenggaraannya pun harus profesional dan sesuai tuntunan syariah,” jelas H. Nanang dalam sesinya.
Ia menekankan bahwa prinsip ASUH menjadi standar penting dalam penyelenggaraan qurban. “ASUH adalah jembatan antara nilai-nilai ibadah dengan tanggung jawab kemanusiaan dan kesehatan masyarakat,” ujarnya.
Perlunya Memperhatikan Kesejahteraan Hewan
Selain berbicara tentang fiqih qurban, Nanang juga memaparkan bagaimana pengelolaan qurban harus memperhatikan kesejahteraan hewan, mulai dari pemilihan, perawatan, hingga teknik penyembelihan.
Mendampingi Nanang, hadir pula Ust. H. Muhammad Syarif, S.Pd.I., unsur Pengurus Pusat LSH Hidayatullah, yang menambahkan dimensi praktis dan manajerial dalam pelaksanaan qurban.
Syarif menjelaskan pentingnya edukasi teknis kepada para pelaksana qurban agar tidak terjadi kekeliruan dalam penyembelihan yang bisa berdampak pada status kehalalan dan kesehatan daging.
Mempelajari Fiqih Sampai Teknik Merebahkan Hewan
Materi pelatihan disampaikan secara interaktif, meliputi teori fiqih, teknik merebahkan hewan, hingga sesi praktik penyembelihan unggas yang menjadi momen paling aplikatif dan edukatif.
Pada akhir kegiatan, seluruh peserta mendapatkan sertifikat penghargaan sebagai bentuk pengakuan atas komitmen mereka dalam memahami dan menerapkan prinsip-prinsip qurban yang baik dan benar.
Pelatihan ini tidak hanya menjadi ajang transfer ilmu, tetapi juga bentuk kontribusi nyata lembaga keummatan dalam membangun kesadaran halal dari akar rumput.
“Kita ingin mencetak pelaksana qurban yang bukan hanya paham agama, tapi juga terlatih secara teknis dan tanggap terhadap nilai-nilai kemanusiaan,” pungkas Ust. Syarif.
Melalui kegiatan ini, Gunung Sindur tak hanya menjadi tempat pelatihan, tetapi juga simbol tumbuhnya ekosistem halal berbasis edukasi dan kolaborasi. Sebuah langkah kecil namun strategis dalam memperkuat peradaban qurban yang bermartabat dan berkelanjutan.