NASIONAL.NEWS — Adara Relief International menggelar peringatan 77 Tahun Hari Nakba bertajuk “From The Shadows Of Nakba: Breaking the Silence, End the Ongoing Genocide” di Gedung Nusantara V, Komplek Gedung Parlemen RI, Senayan, Jakarta, Selasa (27/5/2025).
Acara ini menghadirkan sejumlah narasumber dari Indonesia dan Gaza, membangun jembatan antara suara korban dan panggung diplomasi.
Dr. H. M. Hidayat Nur Wahid, MA, Wakil Ketua MPR RI, hadir sebagai keynote speaker dalam peringatan tersebut. Turut menyampaikan pandangannya Prof. Dr. dr. Basuki Supartono S., Sp.OT., FICS, MARS, selaku Ketua Majelis Permusyawaratan Anggota Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI).
Pentingnya Solidaritas untuk Palestina
Dari pihak penyelenggara, Ir. Maryam Rachmayani, Direktur Utama Adara Relief International, menyampaikan pernyataan mengenai pentingnya solidaritas global untuk kemerdekaan Palestina.
Sementara itu, suara dari medan konflik penyelenggara mengundang dua jurnalis Al Jazeera English: Youmna Al Sayed dan Maher Abuquta.
Maryam Rachmayani dalam keterangannya mengingatkan bahwa sudah lebih dari tujuh dekade telah berlalu sejak peristiwa Nakba mengguncang tanah Palestina.
Hari ini, tegas dia, peringatan itu tidak sekadar mengenang lebih dari 530 kota dan desa hancur dan lebih dari 700.000 warga Palestina mengungsi dari rumah, desa, dan kota mereka.
“Palestina kini membutuhkan lebih dari sekadar ingatan, mereka membutuhkan suara kebebasan untuk mendobrak keheningan dunia yang membisu,” kata Maryam.
Hari Malapetaka
Nakba, yang secara harfiah berarti “malapetaka”, merujuk pada eksodus massal warga Palestina pada tahun 1948.
Sejak saat itu, tanggal 15 Mei setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Nakba oleh warga Palestina dan masyarakat internasional.
Dalam konflik Israel-Palestina, istilah ini mengacu pada peristiwa ketika sekitar 700.000 warga Palestina mengungsi atau dipaksa meninggalkan rumah mereka di wilayah yang kini menjadi Israel dan Wilayah Palestina.
Nakba Belum Berakhir
Maryam menjelaskan, bagi banyak pengungsi Palestina, Nakba tidak pernah benar-benar berakhir.
Hingga hari ini, jutaan dari mereka hidup di pengasingan, tanpa kewarganegaraan, dan terpisah dari tanah airnya.
“Konotasi Nakba bukan hanya tentang masa lalu, melainkan tentang keadaan yang terus berlangsungāketidakadilan yang belum selesai, luka yang belum sembuh,” katanya.
Melalui seminar internasional ini, Adara Relief International menyatakan bahwa mereka menghadirkan suara langsung dari Gaza serta tokoh-tokoh Indonesia sebagai bentuk upaya bersama untuk menyuarakan keadilan, kemerdekaan, dan kemanusiaan.*/