Translokasi Badak Jawa Jadi Agenda Nasional Penyelamatan Satwa Langka

NN Newsroom

Rabu, 27 Agustus 2025

Ilustrasi badak Jawa atau dengan nama latin Rhinoceros sondaicus (Foto: Dok. animalia.bio)

NASIONAL.NEWS — Pemerintah Indonesia memulai langkah strategis penyelamatan satwa langka Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) melalui program translokasi dari Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) ke kawasan konservasi khusus.

Agenda besar ini diberi nama resmi “Operasi Merah Putih” dan dijadwalkan dimulai pada Agustus 2025.

Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni, akan memimpin langsung prosesi kick-off translokasi tersebut.

Langkah ini dinilai sebagai upaya bersejarah mengingat populasi Badak Jawa saat ini hanya bertahan di TNUK.

Kondisi tersebut membuat satwa ikonik dunia ini sangat rentan terhadap berbagai ancaman.

“Populasi yang bergantung pada satu habitat sangat berisiko. Bencana alam, wabah penyakit, maupun keterbatasan variasi genetik sewaktu-waktu dapat mengancam kelestarian Badak Jawa,” tertulis dalam siaran resmi Kementerian Kehutanan, Selasa (26/8/2025).

Tahapan Panjang Penyelamatan Badak Jawa

Rencana translokasi Badak Jawa telah dirancang sejak lama dengan melibatkan berbagai ahli dan mitra konservasi.

Proses ini tidak dilakukan secara tergesa-gesa, melainkan melalui tahapan yang detail dan hati-hati.

Tahap awal dimulai dengan persiapan lapangan. Tim melakukan survei populasi, memetakan habitat, serta membangun fasilitas penunjang seperti pit-trap atau perangkap aman, boma sebagai kandang sementara, hingga akses logistik.

Setelah itu, pemilihan individu badak dilakukan dengan ketat. Seleksi mempertimbangkan usia, jenis kelamin, kondisi kesehatan, serta nilai genetik yang ditentukan melalui penelitian DNA selama lima tahun terakhir.

Pada tahap berikutnya, badak yang terpilih diamankan menggunakan metode yang aman dan diperiksa secara menyeluruh oleh tim medis.

Setelah melalui masa adaptasi, satwa tersebut kemudian dipindahkan ke lokasi tujuan melalui jalur darat maupun laut dengan pengawasan ketat.

Tahap akhir adalah pelepasan di kawasan Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA) seluas 40 hektar.

Di lokasi tersebut, badak akan dipantau intensif menggunakan kamera jebak serta sistem pelacakan satelit untuk memastikan kondisi adaptasi berlangsung baik.

Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Satyawan Pudyatmoko, menegaskan bahwa semua proses berjalan dengan standar internasional. “Keselamatan Badak Jawa adalah prioritas utama,” ujarnya.

Dukungan Kolaboratif

Operasi Merah Putih tidak hanya melibatkan Kementerian Kehutanan. Program ini mendapat dukungan TNI/Polri, akademisi, peneliti, organisasi non-pemerintah, sektor swasta, serta masyarakat.

Kolaborasi lintas sektor ini diharapkan dapat memberikan jaminan lebih kuat terhadap keberhasilan translokasi.

Menurut siaran resmi, kerja bersama tersebut memberi keyakinan bahwa Badak Jawa akan memiliki populasi lebih sehat dan berkelanjutan di masa depan.

Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon, Ardi Andono, ditunjuk sebagai kontak utama informasi publik program ini.

Sementara itu, Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Kerjasama Luar Negeri Kementerian Kehutanan, Krisdianto, bertindak sebagai penanggung jawab berita.

Program ini menandai fase baru konservasi nasional Indonesia. Dengan menjaga keberlangsungan Badak Jawa, pemerintah sekaligus mempertegas komitmen menjaga kekayaan hayati bangsa untuk generasi mendatang.

TERKAIT LAINNYA