Komoditas Aren Jadi Pilar Nasional untuk Ketahanan Pangan dan Bioenergi

NN Newsroom

Senin, 1 September 2025

Zoominar Penyuluh Kehutanan bertema Peran Teknologi dalam Upaya Pengembangan Komoditas digelar Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Kehutanan (Foto: Dok. Kemenhut)

NASIONAL.NEWS — Aren kini dipandang sebagai komoditas strategis yang tidak hanya mendukung ketahanan pangan, tetapi juga berpotensi besar menjadi sumber energi terbarukan.

“Aren akan menjadi komoditas potensial untuk mendukung kemandirian pangan serta menjadi penghasil biodiesel atau sumber energi yang berkelanjutan,” kata Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BP2SDM) Kementerian Kehutanan, Indra Exploitasia.

Pernyataan tersebut disampaikan dalam Zoominar Penyuluh Kehutanan bertema Peran Teknologi dalam Upaya Pengembangan Komoditas Aren pada Kamis dan dikutip laman resmi Kemenhut, Senin (1/9/2025).

Kegiatan virtual yang diikuti sekitar 1.000 penyuluh dari seluruh Indonesia ini digelar sebagai upaya meningkatkan kapasitas dalam memanfaatkan teknologi untuk pengembangan komoditas aren di tingkat tapak.

Indra menjelaskan, pengembangan aren memiliki posisi penting dalam program prioritas nasional Asta Cita kedua, terutama dalam mewujudkan swasembada pangan, energi, dan air.

Nilai Transaksi Capai Rp 28,27 Miliar

Menurut data Sistem Informasi Manajemen Penyuluhan (SIMLUH), hingga Agustus 2025 terdapat 335 Kelompok Tani Hutan yang mengelola komoditas aren, dengan nilai transaksi ekonomi mencapai Rp 28,27 miliar. Angka ini menunjukkan bahwa aren telah memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat.

Dalam forum tersebut, hadir dua narasumber yang menekankan peran teknologi dan energi terbarukan. Dr. Willie Smits, Penasihat Utama Menteri Kehutanan, menjelaskan penggunaan aplikasi digital untuk identifikasi pohon induk aren unggul.

“Teknik pemilihan pohon unggul aren menggunakan aplikasi digital dapat membantu penyuluh mengidentifikasi karakteristik terbaik dari pohon aren, mulai dari produktivitas nira hingga kualitas genetik,” terang Smits.

Sementara itu, Andree Harahap, VP Business Development Pertamina New & Renewable Energy (PNRE), menekankan kontribusi aren terhadap ketahanan energi nasional.

“Aren memiliki produktivitas tinggi dengan potensi menghasilkan 24 kiloliter bioetanol per hektare per tahun, jauh lebih tinggi dibandingkan sumber bioetanol lainnya seperti jagung atau singkong,” jelas Andree.

Pertamina sendiri telah mengembangkan produk Pertamax Green 95 yang mengandung 5 persen bioetanol. Program ini sudah diterapkan di 116 SPBU di berbagai wilayah dengan kapasitas produksi mencapai 30 ribu kiloliter per tahun.

Ke depan, pemerintah menargetkan campuran bioetanol 10 persen (E10) pada 2029, dengan aren sebagai salah satu bahan baku utama.

Potensi lahan aren di Indonesia yang mencapai 1,2 juta hektare membuka peluang produksi hingga 28,8 juta kiloliter bioetanol per tahun. Keunggulan lain dari komoditas ini adalah tidak bersaing dengan tanaman pangan dan dapat tumbuh baik di lahan masyarakat lokal.

Penyuluh Ujung Tombak

Kementerian Kehutanan mencatat, terdapat 10.212 Penyuluh Kehutanan yang terdiri atas 3.300 aparatur sipil negara, 6.029 penyuluh swadaya masyarakat, dan 883 penyuluh swasta.

Mereka disebut menjadi ujung tombak dalam mendampingi masyarakat mengembangkan aren secara produktif dan berkelanjutan.

Melalui peningkatan kapasitas penyuluh dalam pemanfaatan teknologi, BP2SDM menargetkan lahirnya Forestry Human Excellence, yaitu sumber daya manusia kehutanan yang unggul, adaptif, dan inovatif.

Zoominar ini pun disebut menjadi bagian dari upaya memperkuat mekanisme penyuluhan agar pembangunan kehutanan mampu berjalan efektif, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa mengabaikan kelestarian hutan.

TERKAIT LAINNYA