Digelontor Rp135 Miliar, Komoditas Kopi dan Kelapa Jateng Kuatkan Peta Perkebunan Nasional

NN Newsroom

Rabu, 10 September 2025

Gubernur Ahmad Luthfi menerima Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Perkebunan Kementan RI, Abdul Roni Angkat (Foto: Dok. Dok Humas Pemprov Jateng)
Gubernur Ahmad Luthfi menerima Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Perkebunan Kementan RI, Abdul Roni Angkat (Foto: Dok. Humas Pemprov Jateng)

NASIONAL.NEWS — Sektor perkebunan di Jawa Tengah menempati posisi strategis dalam perekonomian nasional. Tidak hanya tebu yang menjadi perhatian utama, tetapi juga kopi sebagai komoditas unggulan.

Data menunjukkan, luas areal kopi di provinsi ini mencapai 47.714,53 hektare dengan produksi 26.507,79 ton. Perkebunan kopi tersebar di 28 kabupaten/kota dengan dua jenis utama, robusta dan arabika.

Beberapa daerah bahkan telah ditetapkan sebagai kawasan kopi nasional, yaitu Kabupaten Temanggung, Wonosobo, Semarang, Magelang, dan Jepara.

Selain kopi, komoditas kelapa juga menempati peringkat penting. Jawa Tengah tercatat sebagai salah satu dari sepuluh provinsi dengan produksi kelapa tertinggi secara nasional.

Pada tahun 2024, luas areal perkebunan kelapa mencapai 200.863 hektare dengan hasil produksi sebesar 161.233 ton. Kontribusi dua komoditas ini memperkuat posisi Jawa Tengah sebagai salah satu penopang sektor perkebunan di tingkat nasional.

Dana Rp135 Miliar untuk Hilirisasi

Sejalan dengan potensi tersebut, Kementerian Pertanian Republik Indonesia memberikan alokasi dana sebesar Rp135 miliar untuk mendukung hilirisasi perkebunan di Jawa Tengah.

“Khusus Jawa Tengah, setelah kita mapping (petakan) dapatlah alokasi Rp135 miliar. Salah satunya untuk tebu dengan kawasan seluas 11 ribu hektare,” jelas Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Perkebunan Kementan RI, Abdul Roni Angkat, usai menemui Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi, Rabu (10/9/2025).

Roni menegaskan, program tersebut harus berjalan cepat. “Program itu akan dimulai pada September dan harus selesai pada awal Desember 2025,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa gubernur telah memberikan dukungan penuh. “Gubernur Ahmad Luthfi sangat support sekali untuk mengawal ini, terutama untuk (mengawal) kawan-kawan kabupaten/kota,” katanya.

Fokus utama dari program ini adalah peningkatan produktivitas tebu. Hal itu berkaitan langsung dengan kebutuhan gula konsumsi nasional.

“Sekarang produksi kita ada di angka 2,4 juta ton, (kebutuhan) konsumsi kita ada di angka 2,9 juta ton sampai 3 juta ton. Dengan tambahan 500 ribu ton itu, tahun depan gula kristal putih kita aman, dan sudah swasembada gula konsumsi,” kata Roni.

Dukungan Pemerintah Daerah

Dari sisi daerah, Gubernur Ahmad Luthfi menegaskan kesiapannya. Instruksi langsung juga diberikan kepada dinas terkait agar segera berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota.

“Intinya, kami akan dukung. Kami akan maksimalkan,” katanya.

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Jawa Tengah, Defransisco Dasilva Tavares, menuturkan kesiapan daerah.

“Untuk tiga komoditas yang menjadi target, kelapa kita sudah 100 persen siap, kemudian kopi juga 100 persen siap, sedangkan tebu masih 80,75 persen,” jelasnya.

Defransisco menambahkan bahwa percepatan akan dilakukan melalui rapat koordinasi dengan bupati dan wali kota.

Data Perkebunan Jateng

Data menunjukkan Jawa Tengah menempati posisi ketiga produsen tebu nasional setelah Jawa Timur dan Lampung.

Pada 2024, luas areal tebu mencapai 58.633,39 hektare dengan hasil produksi 3.718.519,02 ton. Dari hasil tersebut, gula kristal putih yang dihasilkan mencapai 258.776,845 ton.

Melalui kontribusi tebu, kopi, dan kelapa, Jawa Tengah dinilai mampu memperkuat ketahanan pangan dan energi nasional.

“Produksi tahun 2024 dari tiga komoditas itu 100 persen, bahkan lebih. Dari potensi itulah, maka Kementan melihat Jateng bisa meningkatkan lebih tinggi lagi, karena kita support nasional,” jelas Defransisco.

TERKAIT LAINNYA