Inggris, Australia, dan Kanada Resmi Akui Negara Palestina: Babak Baru Diplomasi Dunia

M Hidayat

Senin, 22 September 2025

pengakuan kedaulatan palestina

Tiga negara Barat berpengaruh—Inggris, Australia, dan Kanada—mengumumkan secara resmi pengakuan mereka terhadap kedaulatan Negara Palestina. Keputusan ini disebut sebagai salah satu peristiwa diplomatik paling signifikan dalam sejarah konflik Israel–Palestina. Tidak hanya menjadi sinyal politik yang kuat, pengakuan ini juga membuka peluang baru bagi terciptanya solusi damai di kawasan Timur Tengah yang selama puluhan tahun terjebak konflik berkepanjangan.

pengakuan kedaulatan palestina

Sejarah Panjang Menuju Pengakuan Palestina

Isu pengakuan Palestina sebagai negara merdeka telah menjadi perdebatan internasional selama beberapa dekade. Sejak Deklarasi Kemerdekaan Palestina pada 1988, lebih dari 130 negara telah mengakui Palestina. Namun, negara-negara Barat utama—termasuk Inggris, Australia, dan Kanada—sebelumnya selalu menahan diri.

Dengan pengumuman terbaru ini, dunia menyaksikan pergeseran paradigma diplomasi Barat. Langkah tersebut dinilai sebagai bentuk pengakuan bahwa solusi dua negara adalah jalan satu-satunya untuk mengakhiri konflik.

Langkah Berani dari Tiga Negara Barat

Inggris: Harapan Baru Perdamaian

Perdana Menteri Inggris Keir Starmer dalam pernyataannya menegaskan bahwa pengakuan terhadap Palestina merupakan bagian dari upaya nyata mendukung solusi dua negara. Ia menekankan, kebijakan ini bukan hadiah bagi kelompok bersenjata, melainkan bentuk pengakuan terhadap hak sah rakyat Palestina untuk merdeka.

Australia: Hak Sah Rakyat Palestina

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese dan Menteri Luar Negeri Penny Wong menyatakan bahwa pengakuan ini adalah pengakuan atas hak dasar rakyat Palestina untuk hidup merdeka. Meski demikian, Canberra juga mendorong reformasi internal pemerintahan Palestina agar lebih transparan dan akuntabel.

Kanada: Anggota G7 Pertama yang Mengambil Langkah

Perdana Menteri Kanada Mark Carney menyampaikan pengakuan lewat pidato kenegaraan. Kanada menjadi negara G7 pertama yang mengambil langkah ini, menyebutnya sebagai “kemitraan untuk masa depan yang damai” bagi Palestina dan Israel.

Reaksi Israel: “Imbalan bagi Teror”

Tak butuh waktu lama bagi Israel untuk menanggapi. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengecam pengakuan tersebut sebagai “imbalan bagi terorisme”. Menteri kontroversial Itamar Ben-Gvir bahkan menyerukan aneksasi penuh Tepi Barat dan pembubaran Otoritas Palestina.

Sikap keras Israel ini mencerminkan kekhawatiran bahwa pengakuan negara-negara Barat terhadap Palestina dapat memperlemah posisi diplomasi Tel Aviv dan meningkatkan tekanan internasional agar menghentikan kebijakan okupasi.

Dampak Internasional: Efek Domino Pengakuan Palestina

Pengakuan dari tiga negara Barat besar ini diyakini akan menciptakan efek domino. Negara-negara Eropa lainnya yang selama ini ragu-ragu bisa jadi akan mengikuti jejak Inggris, Australia, dan Kanada. Pengakuan tersebut juga memperbesar peluang Palestina untuk mendapatkan status penuh sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Bagi rakyat Palestina, legitimasi ini bukan sekadar simbol. Pengakuan dari negara-negara Barat membawa dampak praktis seperti pembukaan kedutaan besar, peningkatan bantuan kemanusiaan, dan akses lebih luas pada forum internasional.

Solusi Dua Negara: Kembali Mengemuka

Konflik Israel–Palestina telah berlangsung lebih dari tujuh dekade. Upaya perdamaian yang difasilitasi berbagai negara kerap berakhir buntu. Solusi dua negara—yang mengakui keberadaan Israel dan Palestina berdampingan secara damai—sejak lama dianggap jalan keluar paling realistis, tetapi selama bertahun-tahun hanya menjadi retorika diplomatik.

Dengan pengakuan ini, solusi dua negara kembali hidup. Inggris, Australia, dan Kanada menegaskan bahwa mereka mendukung pembentukan negara Palestina yang hidup damai berdampingan dengan Israel dalam batas wilayah yang disepakati.

Makna Strategis Bagi Palestina

Bagi Palestina, pengakuan dari tiga negara besar ini ibarat oksigen baru. Setelah puluhan tahun berjuang di bawah bayang-bayang okupasi, Palestina kini mendapatkan legitimasi diplomatik yang lebih kuat.

Pengakuan ini diharapkan:

  • Memperkuat posisi Palestina dalam perundingan damai.
  • Meningkatkan akses bantuan internasional di bidang kemanusiaan dan pembangunan.
  • Memperluas pengakuan global, terutama di negara-negara Barat.

Tantangan di Depan: Jalan Panjang Menuju Perdamaian

Meski pengakuan ini menjadi langkah maju, jalan menuju perdamaian belum sepenuhnya jelas. Israel masih menunjukkan sikap keras, sementara Amerika Serikat belum mengumumkan perubahan sikap resmi terkait pengakuan Palestina.

Selain itu, pemerintah Palestina juga menghadapi tantangan internal seperti pembenahan tata kelola, penguatan institusi, dan rekonsiliasi antara faksi-faksi politik di dalam negeri agar legitimasi ini tidak sia-sia.

Perubahan Lanskap Diplomasi Global

Pengakuan Inggris, Australia, dan Kanada menandai perubahan besar dalam lanskap diplomasi global. Selama ini, negara-negara Barat utama cenderung berhati-hati dalam mengambil posisi terkait Palestina. Kini, langkah berani ini menjadi sinyal bahwa peta kekuatan internasional mulai bergeser ke arah dukungan yang lebih besar terhadap hak-hak rakyat Palestina.

Ke depan, dunia akan menyaksikan apakah langkah ini memicu gelombang pengakuan baru atau justru memunculkan resistensi yang lebih keras dari Israel dan sekutunya.

Babak Baru Timur Tengah

Keputusan Inggris, Australia, dan Kanada mengakui Palestina bukanlah akhir dari perjalanan panjang menuju perdamaian, tetapi awal babak baru diplomasi dunia.

Bagi Palestina, ini adalah kemenangan diplomatik yang membuka pintu harapan baru. Bagi Israel, ini adalah peringatan keras bahwa dunia semakin mendesak perubahan kebijakan.

Dengan pengakuan resmi tiga negara Barat berpengaruh ini, jarum jam Timur Tengah kini bergerak ke arah baru. Dunia menanti apakah langkah berani ini akan memantik babak perdamaian, atau justru percikan konflik yang lebih besar. Namun satu hal pasti, peta diplomasi global tidak akan lagi sama setelah hari ini.

TERKAIT LAINNYA