MAKASSAR – Akademisi yang juga Dekan Pascasarjana IAI Tazkia Bogor, Bayu Taufiq Possumah, Ph.D, mengemukakan pentingnya peran zakat, infaq, dan wakaf (ziswaf) dalam membangun peradaban.
Berbicara di forum Kajian Spirit Ramadhan Pimpinan Pusat Lingkar Dakwah Mahasiswa Indonesia (PP Lidmi), Bayu yang menjadi narasumber memahas topik “Zakat dan Wakaf dalam Membangun Peradaban”, mengungkapkan bahwa zakat dan wakaf merupakan instrumen atau pilar dalam membangun peradaban.
“Bahkan keduanya tidak bisa dilepaskan dari Islam itu sendiri. Sejak awal peradaban Islam dibangun oleh Rasullah maka sejak itu pula zakat dan wakaf menjadi bagian yang sangat penting,” kata Bayu dalam webinar itu, Rabu (13/4/2022).
Bayu menjelaskan, sejak awal masa Islam, zakat dan wakaf telah menjadi bagian yang amat penting fungsi dan perannya. Dalam pada itu, berbicara tentang zakat dan wakaf, tentu tidak terlepas dengan Baitul Maal sebagai lembaga keuangan Islam yang pertama.
“Ketika Rasulullah menyelesaikan persoalan umat melalui masjid, maka Baitul Maal adalah salah satu bagian dari solusi tersebut,” ungkapnya.
Lebih jauh Bayu memaparkan bagaimana sejarah perkembangan zakat dan wakaf dari era awal Islam hingga perkembangannya di era modern. Dia menyebutkan beberapa fakta yang menarik. Misalnya, dia menyebutkan, fakta bahwa pada tahun 1923, 3/4 tanah produktif di Turki ternyata adalah tanah wakaf.
Begitu pula di Pakistan, Bayu menguraikan, salah satu institusi wakaf terkemuka di sana adalah Hamdard Foundation yang membangun Madinat al Hikmah. Daerah ini merupakan sebuah kawasan seluas 120 hektar dekat kota Karachi yang didedikasikan sebagai the City of Education.
“Di dalam kawasan tersebut dibangun universitas, rumah sakit pendidikan, hingga perpustakaan dengan koleksi dua juta buku,” katanya.
Menurut Direktur Waqf Institute ini, zakat dan wakaf memang merupakan hal yang sangat penting bagi umat Islam terutama pada pembangunan ekonomi.
“Zakat dan wakaf adalah hal yang penting jika kita melihat sejarah Islam. Begitu banyak institusi pendidikan misalnya yang berbasis wakaf. Ambil contoh misalnya Universitas al-Azhar di Kairo, Mesir. Atau Universitas Gontor dan UII di Indonesia,” jelasnya.
Menutup materinya, Bayu mengungkapkan bahwa masjid dan Baitul Maal itu layaknya miniatur peradaban Islam.
“Kita dapat melihat bahwa masjid dan baitul mal ini layaknya miniatur peradaban Islam yang berjalan sebagai kesatuan sistem. Zakat dan wakaf adalah bagian dari sistem itu,” pungkasnya.
Kajian Spirit Ramadhan Lidmi sendiri merupakan program khusus bulan Ramadan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang spirit Ramadan dalam kehidupan faktual.
“Tentu Lidmi tidak ingin melewatkan Ramadan ini tanpa mengambil faidah yang besar. Insya allah dalam beberapa pertemuan kedepan akan diisi oleh para ustadz dan ulama yang mumpuni dalam menguraikan tema-tema terkait,” kata Wakil Ketua Umum PP Lidmi, Supriadi, yang memberi kata sambutan dalam acara itu.
Kajian Spirit Ramadan Lidmi ini dilaksanakan dalam 3 pertemuan pada tanggal 18-20 April 2022. Setelah membahas wakaf, tema berikutnya akan membahas mengenai lailatul qadr, memakmurkan masjid, dan bulan Ramadan sebagai bulan al-Qur’an.*/Mario Daeng Makkita