Guru Besar UIN Suska Bahas Karakter Nubuwwah dalam Sidang Senat STIT Hidayatullah

BATAM – Guru Besar psikologi Islam Prof. Dr. Khairunnas Rajab, M.Ag, didapuk menyampaikan orasi ilmiah dalam acara Sidang Senat Terbuka Wisuda Sarjana Strata Satu (S1) angkatan kedua Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Hidayatullah Batam digelar di Hallroom Masjid al-Amin, Tembesi, Batu Aji, Kota Batam, Kepulauan Riau, Rabu (20/7/2022).

Rektor Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN Suska) Riau sekaligus Ketua Kopertais Wilayah XII Riau-Kepulauan Riau ini menyampaikan orasi ilmiah mengangkat tema “Karakter Nubuwwah”.

Prof Khairunnas, demikian ia disapa, menyebut bahwa karakter harus terukur agar kita semua mempersiapkan diri menatap masa depan yang cemerlang dan gemilang. Maka ada hal-hal yang wajib kita miliki yaitu karakter kenabian.

“Karena ini adalah sifat rasul, yang amanah, yang fathanah, tabligh, dan sidik. Makanya hendaknya kita harus terlebih dahulu amanah,” papar alumnus doktor University of Malaya, Malaysia ini.

Kita ini pemimpin bagi diri pribadi, lanjut Prof Khairunnas, yaitu bagaimana menjadi amanah, bagaimana menjadi sidik, bertabligh, dan fathanah (cerdas). Kita mulai dari diri sendiri.

“Saya ingin sampaikan, dalam psikologi, apa yang disebut psikologi wellbeing. Bagaimana kita memperoleh kesejahteraan kejiwaan. Bahwa jiwa ini harus sejahtera. Tentu tidak dengan simbol-simbol banyak makan, banyak rumah dan lain-lain,” imbuh Dewan Pakar Asiosasi Psikologi Islam ini.

Psikologi wellbeing bisa terwujud, sebutnya lebih lanjut, jika kita memiliki self regulation. Bagaimana kita mampu melakukan regulasi diri bahwa kita memahami orang lain, tidak memaksakan orang lain memahami kita. Dalam bahasa lain disebut juga sebagai self adjustment, adaptasi.

“Kita harus mampu beradaptasi sehingga kita tidak memaksakan orang untuk memahami diri kita sendiri, tapi kita harus mampu memahami orang lain. Kita tidak mampu mengunci mulut-mulut orang lain. Tapi mampu mengunci mulut kita untuk tidak menyakiti orang lain,” tegasnya.

Harus bisa mengakumulasi hinaan, cobaan, terpaan yang kita lalui, paparnya lagi. Bahwa kita baik-baik saja. Itu yang dikatakan sebagai sense of crisis. Orang yang memiliki sense of cricis ia cenderung bisa mendewasakan diri. Bisa memahami teks dan konteks dengan baik.

Kedua, lanjut Prof Khairunnas menjelaskan, bagaimana kita memiliki self concept, konsep diri. Self concept, yang kita maksud adalah kita berkomitmen, loyal, istikamah dalam amanah dan tugas tadi.

“Kita ingin istikamah. Loyal kepada kebenaran. Sehingga pemimpin itu harus berlaku amanah, bisa istikamah,” imbuh Prof Khairunnas sambil mengutip Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat ke-147.

Kemudian, katanya lagi, yaitu memiliki asertif, bermakna peduli dengan orang, atau sense beloming, memiliki rasa sayang kepada orang. Rasa peduli, care dengan orang lain. Bahwa kita saling membutuhkan. Sehingga kekurangan kita ditutupi oleh orang lain demikian juga sebaliknya.

“Agar kita semua memang benar benar memiliki psikologi wellbeing, kesejahteraan kejiwaan,” tukas penulis buku Psikoterapi Islam (2019) ini.

Prof Khairunnas menjelaskan agar mudah kita berkreasi, melakukan sesuatu secara mandiri, berkarya, karena pikiran kita sehat, hati bersih, dan bening untuk melakukan yang terbaik. Sehingga ada kesehatan jasmani dan ruhani. Sehat ini ditandai dengan sehat psikologi wellbeing. Maka, akan mudah mendapatkan kehidupan yang layak di tengah-tengah masyarakat.

“Rasa cinta dan sayang dari khalayak akan muncul. Inilah karakter kepemimpinan nubuwwah. Akhirnya bisa beraktualisasi diri. Kelak tumbuh dan berkemang secara terorganisir. Bahwa kita punya tanggung jawab yang besar terhadap diri pribadi, keluarga, masyarakat, dan agama, akhirnya menjadi sosok yang ideal,” imbuhnya memungkasi orasi ilmiah.

Prof Khairunnas mengatakan generasi muda, para sarjana harus bisa menjadi orang yang terdepan memiliki daya cipta, daya saing yang tinggi agar Batam ke depan menjadi bermartabat dan berakhlakul karimah secara integratif.

Karena itu, pesan dia, keilmuan kita tidak boleh berhenti pada ilmu agama saja, tapi harus interconnecting dengan ilmu umum atau sains, seni dan budaya.

“Kalian anak bangsa yang ditunggu-tunggu kiprah dan daya kreasi untuk menjadi jatidiri unggul bagi masyarakat Indonesia. Mudah mudahan pertemuan ini memberikan berkah yang luar biasa untuk kita semua,” tutup Prof Khairunnas Rajab yang kedatangannya didampingi sekretaris Kopertais Dr. Ahmad Masy’ari, M.H

Acara wisuda angkatan kedua ini mengukuhkan dan menetapkan 96 wisudawan-wisudawati strata satu (S1) pada Program Studi Manajemen Pendidikan Islam (MPI) dan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI).

Acara sakral nan khidmat ini dihadiri Ketua Umum DPP Hidayatullah, Dr. Nashirul Haq, LC,MA, Staf Ahli Walikota Batam Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Bapak Demi Haspinul Nasution. Ketua Badan Pembina Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Batam, Ustadz Jamaluddin Nur yang juga ketua dewan senat, Ketua Pengurus Yayasan, Ustadz Khoirul Amri, dewan dosen, unsur organisasi DPW Hidayatullah Kepulauan Riau, unsur Muslimat Hidayatullah, para tamu pendamping, serta undangan lainnya.

Acara Sidang Senat Terbuka Sarjana S1 angkatan kedua ini juga dirangkai dengan penugasan sarjana kader STIT Hidayatullah Batam. Para kader sarjana tersebut akan ditugaskan untuk berkhidmat pada agama dan bangsa yang dikirim ke seluruh pelosok nusantara.*

AZHARI TAMMASE | Kontributor Batam

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *