ARAH jarum jam sebentar lagi menimpali pukul angka 02:00 dinihari. Beberapa orang sudah terjaga dari tidurnya. Selepas menuntaskan hajat dan bersuci, mereka menuju ke masjid.
Diantara orang orang itu, tampak seorang pria yang berjalan sambil dituntun. Dialah Ahmad Ustadz Sunanul Huda. Pria ini memang tak bisa melihat. Ia tunanetra sejak lahir.
Malam itu ia akan memimpin ibadah shalat tahajjud rutin yang digelar Masjid Kampus Pondok Pesantren Hidayatullah Holtekamp, Jayapura, Provinsi Papua.
Sejak menuntaskan tugas sekolah di Pondok Pesantren Hidayatullah Gunung Tembak, Balikpapan, Sunanul memang ditugaskan berdakwah di Bumi Cendrawasih itu.
Kendati mengalami “keterbatasan”, lelaki kelahiran Lombok ini telah menghafal Al-Qur’an. Ia memiliki suara yang khas, fasih, dan acapkali bikin bergetar setiap kali ia membaca Al Qur’an dengan senandung yang syahdu.
Selain menjadi imam tetap di Masjid Kampus Pondok Pesantren Hidayatullah Holtekamp, Ustadz Sunanul juga masih mampu memenuhi permintaan menjadi guru ngaji dan khatib di berbagai masjid dan mushalla di kawasan itu.
Bukan hanya di kota Jayapura, tak jarang ia juga mendapat tugas membina umat hingga ke titik titik pelosok pedalaman yang jauh dari sorotan kamera.
Ustadz Sunanul Huda merupakan utusan Papua sebagai salah satu dari 27 peserta Workshop Bimtek Dai Tangguh yang digelar oleh Laznas BMH- YBM Brilian selama 3 hari di Kota Depok, Jawa Barat, yang baru ditutup kemarin, Kamis (15/3/2023).
“Berdakwah sampai mati, jadikan Al Qur’an selalu di hati,” kata pria lulusan Ma’had Tahfidzul Qur’an Ahlus Shuffah Balikpapan ini pada kali waktu saat ditanyakan motto hidupnya.
Selamat jalan meniti perjuangan dakwah, bersama dai membangun negeri, memberi makna untuk Indonesia!
YACONG B. HALIKE