Atta Halilintar dan Kesadaran Politik untuk Bangun Daerah

politik muda

Oleh Ardillah Arrahman*

BELAKANGAN ini, hampir semua ketua umum partai membanggakan keikutsertaan selebritis dalam barisan partai politik yang mereka pimpin.

Bacaan Lainnya

Seperti PDIP yang mengumumkan sederet nama orang populer, mulai dari Marcell Siahaan hingga Denny Cagur.

Kemudian PAN ada Uya Kuya, hingga Pasha Ungu. Disusul Nasdem ada Annisa Bahar hingga Nafa Urbach.

Akan tetapi ada satu selebriti yang sadar akan dirinya yang belum saatnya maju ke politik. Ia adalah Atta Halilintar.

Politik Berat

Menurut menantu Anang Hermansyah itu, politik berat. Walaupun banyak partai politik besar meminangnya, Atta masih belum menyetujui.

“Kalau di politik itu berkali-kali lipat lebih berat,” katanya seperti dilansir detikHot. Atta mengaku kalau dirinya terjun ke dunia politik semua aib dan kejelekan serta keburukan masa lalu akan kembali dikorek-korek.

“Mungkin semua aib aku di masa lalu aku, kejelekanku, keburukanku, akan diangkat dan aku akan ngerasa anak-anak aku akan lihat,” tegasnya.

Meski begitu suatu waktu kalau merasa sudah saatnya, Atta Halilintar akan masuk ke dalam dunia politik.

Suhardi

Santernya pemberitaan selebriti masuk politik menjadi poin berita tersendiri. Publik juga akan mengikuti, karena ada kedekatan secara informasi paling tidak.

Akan tetapi bagaimana dengan calon yang bukan selebriti. Dari kalangan organisatoris yang tak populer. Katakanlah Suhardi yang akan maju sebagai DPD RI dari Sulawesi Tengah.

Tentu saja Suhardi harus berusaha menaikkan popularitasnya. Sebab demokrasi sekarang bicaranya kuantitas bukan kualitas person yang akan maju dalam pileg nanti.

Namun demikian, karena informasi sudah sedemikian masif, tidak keliru kalau rakyat juga aktif mencari, mana sosok yang akan dipilih. Siapkan data dari sekarang.

Siapa yang akan jadi DPRD II, DPRD I hingga DPR RI sampai ke DPD RI. Langkah ini penting agar suara kita tidak mengarah pada person yang kurang mutu hanya karena termakan popularitas seorang calon.

Berbeda dengan Atta Halilintar, Suhardi terjun ke politik dengan niat dan tekad yang jelas untuk menjurubicarai daerah.

Bung Suhardi ingin memberikan solusi pada tiga bidang. Yaitu pemerataan akses terhadap pendidikan untuk semua lapisan masyarakat, pewadahan skil terhadap generasi muda, dan kepaduan dalam pembangunan. Demikian seperti dilansir Nasional.news kemarin.

Kita tidak mungkin berharap negara akan diisi oleh pemimpin baik kalau kita sebagai rakyat acuh tak acuh terhadap siapa calon yang akan dipilih. Kalau rakyat masih menganggap popularitas sebagai hal utama, maka kualitas pemimpin akan jadi nomor sekian.

Jadi, dari fakta Atta Halilintar dan Suhardi, kita harus paham, bahwa kita harus mencari calon pemimpin yang sadar siapa dirinya dan mengapa ia maju sebagai pemimpin Indonesia untuk 2024-2029.*

*) Penulis adalah mahasiswa asal Sulawesi Tengah yang meminati kajian sosial, politik, sastra, dan peradaban.

Pos terkait