DUNIA sekarang menumpahkan perhatian begitu mendalam terhadap Palestina. Terbaru, sejak terjadinya serangan Hamas ke Israel yang terus mengundang beragam spekulasi kedepan, publik semakin bertanya-tanya, apa yang akan terjadi selanjutnya.
Akankah perang Palestina-Israel ini menjadi tahap dari terciptanya babak baru dunia?
Jika melihat perhatian publik global, apa yang terjadi di Palestina kini terus mengundang perhatian banyak pihak, termasuk ASEAN.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI Lalu Muhammad Iqbal mengatakan, Indonesia dan negara-negara ASEAN sedang membahas untuk mengeluarkan joint statement atau pernyataan bersama terkait konflik Israel-Hamas.
“ASEAN sedang membahas kemungkinan untuk mengeluarkan posisi sekaligus pernyataan bersama, sedang dibahas,” kata Iqbal dalam konferensi pers di Kantor Kemenlu, Jakarta Pusat, Jumat (13/10/2023).
Rusia jauh lebih jelas pandangannya. Melalui Juru Bicara Kementerian Luar Negeri-nya, Maria Zakharova, solusi atas konfrontasi tersebut adalah pembentukan negara merdeka Palestina berdampingan secara damai dengan Israel.
Sementara itu Presiden Turki, Erdogan dalam pidatonya di Ankara (9/10/23) mengatakan pihaknya siap menjadi mediator untuk mengakhiri konflik itu, jika kedua pihak memiliki usulan akan hal itu, termasuk pertukaran sandera. Erdogan mendesak kedua pihak mampu menahan diri.
Lagi pula solusi dua negara (two-state solution) yang diserukan Maria Zakharova, sebagaimana juga getol sekali disuarakan Israel sebagai satu satunya solusi, rasanya tak mungkin diterima oleh rakyat Palestina.
Rakyat Palestina tidak mengenal istilah ‘two state solution’ (Israel dan Palestina), sebab faktanya, Palestina dulunya negara merdeka lalu datang penjajah mendirikan ‘negara palsu’ yang kemudian merampas tanah warga, mengusir, dan membunuhi penghuninya sejak 1948.
Pada akhirnya seruan normatif itu tidak akan berpengaruh banyak, apalagi kalau melihat cara Israel selama ini menyerang Palestina, publik dapat mengira, bahwa Israel akan kembali membabi buta.
Terbukti, tidak lama kemudian, PBB mengatakan pihaknya diberi tahu oleh militer Israel bahwa warga Palestina dan lainnya di Jalur Gaza utara harus mengungsi ke wilayah selatan dalam waktu 24 jam.
Itu berarti perang Israel-Palestina benar-benar akan menyala dan tentu saja ini bukan soal lokasi semata, pengaruh dan efek perang itu juga akan berpotensi merembet ke belahan negara lainnya.
Sebagai penegasan, Perang Ukraina belum usai hingga sekarang. Konflik dan perang saudara juga menyala di bagian Afrika. Sisi lain, ketegangan Filipina dan Taiwan dengan China juga belum menunjukkan situasi mereda.
Dalam kata yang lain ada titik-titik api konflik atau perang sedang menyala dna berpotensi menyala terjadi di banyak negara.
Jika itu menyala dan saling mempengaruhi, maka dunia akan berada pada level perang besar, perang yang terjadi di banyak tempat di bumi ini.
Terlebih, kabar terbaru menyampaikan bahwa Amerika Serikat telah mengirim kapal perang terbesar yang negeri Paman Sam itu miliki, yakni USS Gerald R. Ford ke laut Mediterania, tujuannya jelas membantu Israel.
Tentu saja pilihan aksi dari AS itu akan mengundang respon militer pula dari Rusia dan sekutunya.
Jika sampai terjadi letusan perang dengan skala besar antara Israel-Palestina yang AS dan Rusia terlibat di dalamnya, sepertinya yang orang sebut dengan Perang Dunia III bisa meletus pada situasi itu.
Dan, itu pertanda bahwa dunia akan memasuki babak baru, geopolitik gaduh, dan eskalasi yang tak menentu, yang boleh jadi kedepan, semua akan berubah 180 derajat.
Kita bisa berharap untuk perang ini tidak terjadi, namun dunia selalu punya fakta dan rekam jejak manusia-manusia yang terlibat perang.
EDITORIAL NASIONAL.NEWS