JAKARTA – Direktur Progressive Studies & Empowerment Center (Prospect), Imam Nawawi, menyampaikan pesan dan harapan menutup tahun 2023 dengan mendesak pemerintah untuk lebih memperhatikan pegiat literasi di Tanah Air, terutama kalangan muda.
Imam menyoroti beberapa aspek krusial yang memerlukan perhatian serius dari pemerintah. Pertama, banyaknya kaum muda terjebak pinjaman online (pinjol) menjadi isu serius yang harus segera diatasi. Kedua, pentingnya melindungi anak bangsa dari misinformasi yang meluas seperti gelombang.
“Pemerintah dapat hadir secara lebih konkret dalam menguatkan literasi di Indonesia. Pemerintah harus lebih aktif, kreatif, dan agresif dalam memperkuat literasi anak bangsa,” kata Imam kepada Nasional.news, Ahad (31/12/2023).
Kata Imam, dunia digital sebagai sarana literasi harus menjadi wahana untuk meningkatkan kecerdasan, produktivitas, bahkan kegiatan ekonomi anak bangsa, sehingga mampu berkontribusi signifikan untuk mengentaskan kemiskinan.
Meskipun menekankan peran pemerintah, Imam juga memberikan dorongan kepada kaum muda untuk lebih proaktif dalam mengembangkan diri dan memberdayakan diri sendiri.
“Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang mandiri. Sebagai bangsa yang memiliki semangat juang, kita harus mampu bertahan, berdaya, dan memberdayakan diri di era digital ini, yang dapat dimulai dari dunia literasi,” katanya.
Imam Nawawi juga menyoroti data dari UNESCO yang menunjukkan rendahnya minat baca masyarakat Indonesia bahwa dari 1000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang rajin membaca.
Meski temuan UNESCO ini tetap perlu dikritisi karena tak sepenuhnya menjelaskan realitas yang sesungguhnya, namun, tegas Imam, masih rendahnya minat baca masyarakat Indonesia mendesak untuk adanya intervensi pemerintah dalam membangun budaya literasi masyarakat.
Pinjol dan Misinformasi
Berkenaan dengan dua masalah yang dikemukakan di awal, yaitu pinjol dan misinformasi di kalangan generasi muda, Imam menyampaikan bahwa literasi merupakan diantara fondasi utama dalam membangun sumber daya manusia yang cerdas dan berintegritas.
“Karena itu, untuk mengatasi kedua masalah ini, pemerintah perlu melakukan intervensi yang lebih serius untuk mengatasi beberapa tantangan literasi yang dihadapi bangsa kita,” ujarnya.
Menurut Imam, pinjaman online bukan hanya masalah keuangan tetapi juga indikator rendahnya literasi keuangan di masyarakat. Pemerintah harus turun tangan untuk memberikan pemahaman dan perlindungan kepada generasi muda terkait risiko ini.
Lebih lanjut, penulis buku Mindset Surga ini memandang pentingnya intervensi pemerintah untuk memberikan pendidikan dan alat yang diperlukan agar masyarakat dapat memilah informasi dengan bijak di era digital ini.
Imam Nawawi menekankan bahwa pemerintah perlu mengambil peran yang lebih proaktif, kreatif, dan agresif dalam menguatkan literasi di semua lapisan masyarakat.
“Dunia digital harus dijadikan sarana untuk meningkatkan kecerdasan, produktivitas, dan integritas sumber daya manusia kita. Apalagi kita diambang persiapan menuju Indonesia Emas 2045,” paparnya.
Terakhir, Imam berharap bahwa langkah-langkah konkret akan diambil untuk memperkuat literasi di Tanah Air, sehingga Indonesia dapat menjadi negara yang emas pada tahun 2045, diperkuat oleh sumber daya manusia yang unggul dan berintegritas. (ybh/nns)