Duta Hidayatullah Memperkuat Dakwah di Timor Leste

Di bawah naungan cahaya Subuh yang masih malu-malu, empat duta dakwah Hidayatullah berangkat ke Timor Leste pada Jumat, 15 Maret 2024. Mereka berangkat membawa misi menyebarkan pesan Islam dengan semangat yang sama seperti Rasulullah SAW.

1000184869

Duta, dalam bahasa Sansekerta, berarti utusan—dan itulah peran yang dijalani oleh Imam Muhammad, Ustadz Fathun Qorib ibnu almarhum pendiri Hidayatullah, Ustadz Willy, dan Ustad Mir dari Solo, dalam perjalanan ini.

Mereka memulai perjalanan dari Balikpapan, ‘Kota Minyak’, transit di Surabaya, kemudian melanjutkan ke Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Setelah bermalam di Rumah Quran Hidayatullah Kupang dan bersantap sahur, rombongan melanjutkan perjalanan darat selama dua belas jam menuju Dili, ibu kota Timor Leste, dengan bus yang dinamai Bagong.

Kendati terik matahari Kupang mengiringi, kenikmatan perjalanan tetap terasa dengan berhenti untuk makan siang dengan menu khas Padang dan persiapan solat zuhur dan ashar.

Sempat tertahan di perbatasan karena masalah paspor, namun semangat mereka tidak kunjung padam.

Pukul sembilan malam, mereka tiba di Dili, menutup hari dengan beristirahat di Masjid Agung An Nur.

Gerak di Dili

Kegiatan dakwah dimulai dua hari berikutnya. Dili, Baucau, Lospalos, Viqueque, Maliana, dan Same menjadi sasaran pembinaan mualaf.

Ustadz Fathun menuju Same, Ustad Willy berada di Dili, sementara Imam Muhammad bersama Ustadz Mir Fahry berangkat ke Viqueque dengan bus milik pengusaha lokal.

Misi mereka di Viqueque berpusat di Masjid Nurul Huda, yang juga merupakan penampungan anak yatim piatu.

Anak-anak mualaf yang mayoritas orang tua mereka beragama Katolik atau Protestan, mendapatkan pembinaan agama dan bahasa Arab.

Kedatangan mereka disambut dengan tawa dan salaman anak-anak yang menunjukkan kegembiraan yang tulus.

Selama lima hari, mereka mengajarkan Al-Quran dan Iqro, berinteraksi dan mendidik anak-anak tentang Islam dengan kasih sayang.

Keperluan mendesak seperti guru mengaji, baju solat, mukena, sarung, dan sajadah sangat dirasakan, terutama ketika harus berpisah, yang menyisakan kesedihan dalam diri anak-anak seperti Jamilah yang berharap mereka tidak harus pergi.

Rombongan ini juga membawa bingkisan sembako dari Hidayatullah dan Sahabat Al Aqsho sebagai amal jariyah.

Mereka meninggalkan bukan hanya pelajaran, tapi juga harapan dan semangat hijrah yang murni di hati anak-anak mualaf di Timor Leste.

Pola Dakwah

Pola dakwah Hidayatullah yang mengutamakan pendekatan tarbiyah (pendidikan) ini tidak hanya memperkuat iman, tapi juga membangun jembatan-jembatan baru antara berbagai komunitas di Timor Leste, menanamkan semangat baru dalam menjalani kehidupan yang penuh dengan tantangan dan keterbatasan.

Ini adalah bukti nyata semangat dakwah yang tak pernah padam, sekalipun di tengah keterbatasan. Selamat berjuang, para duta dakwah.

Semoga Allah SWT memudahkan jalan ini dan menjadikan setiap langkah sebagai sarana memperoleh rahmat-Nya. Amin.*/Ybh_yth

Pos terkait