SHIN TAE-YONG, pelatih Timnas Indonesia U-23, tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya atas absennya Elkan Baggott dalam laga melawan Guinea di playoff Olimpiade Paris 2024 yang akan digelar di Centre National du Football de Clairefontaine, Paris, Prancis, Kamis (9/5/2024).
Absennya sang pemain telah memicu tanda tanya besar di antara para penggemar sepak bola Tanah Air. Namun, apakah alasan sebenarnya di balik absennya Baggott ini?
Menyikapi absennya Baggott, Shin Tae-yong dengan tajam menyoroti sikap pemain tersebut. Dalam pernyataannya, Shin Tae-yong mengisyaratkan bahwa keputusan Baggott untuk absen mungkin terkait dengan “kepentingan pribadi”. Sang pelatih bahkan menyerahkan tanggung jawab untuk mencari tahu kepada media Indonesia dengan gaya yang terkesan mengejek.
“Tentang Elkan, mungkin dari media Indonesia bisa mengikuti jadwal (klub) atau kelakuan Elkan seperti apa bisa cari tahu sendiri. Lalu bisa dilihat sendiri Elkan bagaimana,” kata Shin Tae-yong, saat memberikan keterangannya pada Rabu malam (8/5/2024).
Alasan yang muncul di media sosial pun cukup menarik untuk dicermati. Kabar beredar bahwa Baggott memilih absen karena ingin menikmati masa liburan.
Betapa ironisnya, di tengah panggilan Timnas yang seharusnya dianggap sebagai sebuah kehormatan, Baggott justru lebih memilih bersantai-santai di bawah sinar matahari.
Tapi kabar mengenai Baggot lebih pilih liburan daripada membela Timnas masih simpang siur, sebab Baggot sendiri belum memberikan keterangan sampai naskah ini diterbitkan. Kita masih menunggu angin membawa kabar.
Publik pecinta sepakbola Tanah Air pun diliputi tanda tanya, bahkan tak sedikit yang berspekukasli apakah klub yang menahan Baggott ataukah Baggott sendiri yang enggan untuk bergabung dengan Timnas?
Namun, ada satu hal yang tak boleh dilupakan adalah fans sepakbola kita. Sebab, meski terkesan konyol, tapi boleh jadi justru faktor ini yang menjadi alasan mengapa ada pemain yang dipanggil membela Timnas tapi enggan datang. Padahal, ini laga penting bahkan sangat krusial.
Risakan tanpa ampun yang dialami Pratama Arhan pasca Timnas bentrok hidup mati dengan Uzbekistan, makian pedas yang diterima Merselino Ferdinan pasca duel dengan Irak pada hajatan Asia Cup U23 2024, adalah diantara beberapa sikap kekanak kanakan fans sepakbola kita. Jelas kondisi seperti ini akan selalu menghantui pemain Timnas.
Dan, jangan jangan, Baggott melihat ketidakdewasaan fans sepakbola Tanah Air ini sebagai masalah vital hingga memutuskan untuk tak datang, daripada harus jadi bulan bulanan jika tim akhirnya mengalami hal tak diinginkan.
Terlepas dari itu, absennya Baggott dalam beberapa kesempatan penting bagi Timnas Indonesia U-23 tidak hanya merugikan tim, tetapi juga menciptakan keraguan terhadap komitmen sang pemain.
Dalam sebuah turnamen sebesar Piala Asia U-23, absennya Baggott bukanlah hal yang sepele. Apakah ini hanya sebuah kesalahan komunikasi atau memang sebuah pernyataan bahwa prioritasnya bukanlah sepenuhnya untuk Timnas? Wallahu ‘alam.
Keputusan Elkan Baggott untuk absen dalam laga penting bagi Timnas Indonesia U-23 menjadi bahan perdebatan hangat. Dalam sebuah dunia di mana komitmen dan kehormatan bermain bersama, absennya Baggott menimbulkan pertanyaan pertanyaan yang belum terjawab secara memuaskan.
Apakah ini hanya permulaan dari banyaknya pertimbangan yang harus dipertimbangkan dalam mengukir sebuah karir sepak bola yang berkelanjutan? Ataukah ini adalah refleksi dari pergeseran nilai-nilai dalam sepak bola modern yang semakin mengedepankan kepentingan pribadi daripada kolektifitas tim?
Namun, yang pasti, absennya Baggott tidak hanya menciptakan sebuah celah dalam kekuatan Timnas Indonesia U-23, tetapi juga menjadi cermin dari perdebatan yang lebih besar dalam dunia sepak bola.
Akhirnya, kita harus terus berdoa dan mendukung Timnas kita. Disamping itu, sebagai negara dengan fanatisme sepakbola yang amat tinggi, kita amat perlu melakukan refleksi dalam rangka terus merawat sikap dewasa dalam menyikapi kemenangan dan kekalahan dalam setiap event. Dalam sebuah kompetisi, kalah dan menang adalah hal biasa.
Tak perlu lagi ada risakan dan makian pada pemain Timnas yang dianggap melakukan kesalahan atau biang kerok kekalahan, toh mereka sudah berjuang hidup mati dengan patriortisme yang tak perlu diragukan. Kita harus semakin dewasa karena kedewasaan berbanding lurus dengan kemajuan persepabolaan suatu negara.
Patriotisme memang seringkali diuji ketika berhadapan dengan tawaran menggiurkan lainnya. Dalam pada itu, keputusan individu dan komitmen kolektif haruslah seimbang dalam menjaga integritas olahraga yang kita cintai ini.[]
EDITORIAL NASIONALNEWS