JAKARTA – Dalam era modern ini, gaya hidup yang sering didominasi oleh duduk dalam waktu yang lama telah menjadi rutinitas bagi banyak orang. Namun, sedikit yang menyadari bahwa praktik ini dapat membawa konsekuensi serius bagi kesehatan tubuh.
Salah satu kondisi yang mulai diperbincangkan adalah dead butt syndrome atau sindrom bokong mati dimana area sekitar pantat dan punggung dekat tulang ekor sering mengalami mati rasa seperti keram. Dalam bahasa medis, sindrom ini disebut dengan istilah gluteal amnesia.
Dalam artikel ini, kami akan membahas secara mendalam tentang dead butt syndrome atau sindrom bokong mati, gejala, penyebab, dan langkah-langkah pencegahannya.
Apa itu Sindrom Bokong Mati?
Dilansir dari sejumlah sumber, Sindrom Bokong Mati adalah kondisi yang terjadi ketika otot gluteus medius meradang dan lupa untuk berfungsi secara normal.
Fenomena ini umumnya dipicu oleh kebiasaan duduk dalam waktu yang terlalu lama, yang menyebabkan aliran darah terhambat di area gluteal.
Akibatnya, otot-otot tersebut gagal berfungsi dengan baik, yang dapat mengakibatkan nyeri pinggul, nyeri punggung bawah, dan masalah pada pergelangan kaki.
Gejala Sindrom Bokong Mati
Salah satu gejala yang umum dirasakan oleh individu yang mengalami Sindrom Bokong Mati adalah sensasi tubuh bagian tertentu yang “tertidur”. Istilah teknis untuk hal ini adalah “paresthesia”, yang merupakan sensasi abnormal yang dirasakan dalam tubuh akibat tekanan atau iritasi pada saraf. Gejala paresthesia dapat bervariasi dari ringan hingga parah, dan bisa bersifat sementara atau berlangsung lama.
Penyebab Sindrom Bokong Mati
Penyebab utama Sindrom Bokong Mati adalah kurangnya aktivitas fisik atau kebiasaan duduk dalam waktu yang terlalu lama.
Saat otot gluteus kekurangan aktivitas dan stimulasi, hal ini dapat menyebabkan beban tambahan pada otot dan sendi lainnya, yang pada akhirnya dapat mengarah pada “dominasi sinergistik”.
Kondisi tersebut membuat otot-otot kecil di sekitar pinggul dan kaki mengambil alih gerakan dan mengendalikan gaya yang diterapkan pada pinggul, tulang belakang, dan punggung bagian bawah.
Pencegahan Sindrom Bokong Mati
Langkah-langkah pencegahan Sindrom Bokong Mati melibatkan aktivitas fisik yang teratur dan menjaga fleksibilitas otot. Berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu mencegah kondisi ini:
Pertahankan Aktivitas Fisik: Lakukan aktivitas fisik yang melibatkan gerakan-gerakan seperti mendaki, jongkok, berlari, lunges, dan berjalan. Aktivitas ini membantu menjaga kekuatan dan fleksibilitas otot gluteus.
Istirahat Teratur: Jika Anda sering duduk dalam waktu yang lama, luangkan waktu untuk berdiri, meregangkan tubuh, dan berjalan-jalan setiap jamnya. Ini membantu mengaktifkan kembali otot-otot belakang secara teratur.
Peregangan: Lakukan peregangan sebelum dan setelah berolahraga, terutama bagi mereka yang sering melakukan lari jarak jauh atau bersepeda. Peregangan ini membantu menjaga kekuatan dan fleksibilitas otot gluteus, terutama gluteus medius.
Produk Pendukung
Selain itu, terdapat produk-produk di pasaran yang dapat membantu mencegah Sindrom Bokong Mati, seperti bantal duduk yang dirancang khusus untuk meredakan tekanan sambil mendukung berat badan secara merata.
Kesimpulan
Sindrom Bokong Mati dapat menjadi masalah serius bagi mereka yang memiliki gaya hidup yang kurang aktif atau terlalu sering duduk dalam waktu yang lama.
Untuk mencegah kondisi ini, penting untuk tetap aktif, menjaga fleksibilitas otot, dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat. Dengan demikian, kita dapat menjaga kesehatan tubuh dan menghindari risiko Sindrom Bokong Mati yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan yang tepat, kita dapat mengatasi Sindrom Bokong Mati dan menjaga kesehatan tubuh secara menyeluruh. Ingatlah bahwa kesehatan adalah aset berharga yang perlu dijaga dengan baik.(nas/kes)