Jusuf Hamka, atau yang kerap disapa Babah Alun, adalah sosok pengusaha yang sudah tidak asing lagi di ranah publik Indonesia. Namanya melambung sebagai seorang filantropis yang tak segan berbagi kepada sesama. Namun, dunia politik yang penuh dinamika ternyata bukan panggung yang nyaman bagi dirinya.
Hal itu diakui Anggota Dewan Penasihat Partai Golkar ini usai ia menyatakan pengunduran diri dari partai berlambang pohon beringin tersebut. Menurut Jusuf Hamka, dunia politik yang keras dan kasar tidak sesuai dengan karakter dirinya.
“Tidak pantas dengan karakter saya, tidak pantas, dan saya lihat dengan Airlangga mundur ini satu momentum karena Airlangga mundur pasti ada satu alasan besar, yang kita enggak tahu. Akan tetapi, buat saya, ya saya cukup tahu dan saya cukup mengerti, saya tidak ingin main kasar dan saya tidak ingin main keras,” jelasnya, seperti dikutip dari Antara, Ahad (11/8/2024).
Terlepas dari hiruk pikuk politik, sosok pengusaha sukses ini memang selalu menarik perhatian. Sosoknya yang flamboyan amat menarik publik, sebab ia juga merupakan orang tajir yang sering berderma. Yuk kita kenal lebih jauh bos sejumlah perusahaan besar ini:
Pengusaha Terkemuka
Jusuf Hamka, atau yang akrab disapa Babah Alun, adalah sosok pengusaha sukses yang telah mencatatkan namanya dalam berbagai bidang usaha di Indonesia. Lahir dengan nama Jauw A Loen pada 5 Desember 1957 di Sawah Besar, Jakarta Pusat, perjalanan hidup Jusuf Hamka penuh dengan liku-liku yang inspiratif. Ia tidak hanya dikenal sebagai pengusaha, tetapi juga sebagai politikus dan motivator yang telah memberikan banyak inspirasi bagi masyarakat Indonesia.
Latar Belakang Keluarga Tionghoa
Jusuf Hamka lahir dalam keluarga Tionghoa yang cukup terpelajar. Ayahnya, Dr. Joseph Suhaimi, S.H., merupakan seorang dosen di Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta, sementara ibunya, Suwanti Suhaimi, adalah seorang guru. Ia merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara, tumbuh dalam lingkungan yang menjunjung tinggi nilai-nilai pendidikan dan kebudayaan.
Sejak kecil, Jusuf sudah menunjukkan kecerdasan yang luar biasa, namun ia memiliki ketidaknyamanan terhadap pendidikan formal. Hal ini tercermin dari perjalanan pendidikannya yang tidak selesai di beberapa perguruan tinggi ternama di Indonesia. Ketidaksukaannya terhadap formalitas dalam pendidikan tidak menghalangi Jusuf untuk menjadi sosok yang sangat berpengaruh di dunia bisnis dan sosial.
Perjalanan Spiritual dan Masuk Islam
Kisah hidup pria yang memiliki nama Tiongkok, Jauw A Loen, ini mengalami titik balik saat ia memutuskan untuk memeluk agama Islam pada tahun 1981. Pertemuan dengan Buya Hamka, seorang ulama besar Indonesia, menjadi momen penting dalam hidupnya.
Pada usia 23 tahun, Jusuf yang saat itu masih menggunakan nama Jauw A Loen, melihat seseorang yang masuk Islam di Masjid Agung Al-Azhar melalui majalah Tempo. Tertarik, ia langsung menuju masjid tersebut dan bertemu dengan Ustaz Zaimi, yang kemudian membawanya ke rumah Buya Hamka.
Di bawah bimbingan Buya Hamka, Jusuf mengucapkan dua kalimat syahadat dan namanya pun diubah menjadi Jusuf Hamka. Tidak hanya itu, Jusuf juga diangkat sebagai anak oleh Buya Hamka dan Adam Malik, yang pada saat itu menjabat sebagai Wakil Presiden Indonesia. Keputusan Jusuf untuk memeluk Islam diterima dengan baik oleh keluarganya, bahkan ibunya sangat mendukung dengan membelikan penggorengan baru untuk menyiapkan makanan sahur saat puasa pertama Jusuf.
Kiprah di Dunia Bisnis dan Politik
Jusuf Hamka dikenal sebagai pengusaha yang sangat sukses, terutama di bidang infrastruktur. Ia merupakan pemilik PT Citra Marga Nusaphala Persada (CMNP), perusahaan yang berperan penting dalam pembangunan jalan tol di Indonesia. Di bawah kepemimpinannya, perusahaan ini berkembang pesat dan menjadi salah satu perusahaan infrastruktur terbesar di Indonesia. Jusuf juga menjabat sebagai Komisaris Utama di beberapa perusahaan ternama lainnya, termasuk PT Mandara Permai, PT Indosiar Visual Mandiri, dan PT Citra Margatama Surabaya.
Selain sukses di dunia bisnis, Jusuf juga aktif di dunia politik. Ia pernah menjadi Bendahara Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo dan Ma’ruf Amin pada pemilihan presiden 2019. Sebagai politikus, Jusuf menunjukkan komitmen yang kuat dalam mendukung pemerintahan dan turut serta dalam berbagai program pembangunan nasional.
Dedikasi Sosial dan Warisan Kebajikan
Jusuf Hamka tidak hanya dikenal sebagai pengusaha sukses, tetapi juga sebagai sosok yang dermawan. Ia mendirikan Warung Nasi Kuning untuk kaum duafa, yang menyediakan makanan murah bahkan gratis bagi masyarakat kurang mampu. Selain itu, Jusuf juga mendirikan Masjid Babah Alun di bawah jalan tol Ir. Wiyoto-Wiyono, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Masjid ini menjadi simbol dari dedikasi Jusuf dalam membantu sesama dan memberikan kembali kepada masyarakat.
Salah satu hal yang paling menarik dari sosok Jusuf Hamka adalah kesederhanaannya. Meskipun memiliki harta yang melimpah, Jusuf tetap menjalani hidup dengan rendah hati dan selalu berusaha untuk membantu orang lain. Filosofi hidupnya yang sederhana namun penuh makna telah menginspirasi banyak orang untuk menjalani hidup dengan penuh rasa syukur dan berbagi kepada sesama.
Warisan yang Terus Berkembang
Jusuf Hamka adalah sosok yang tidak hanya fokus pada kesuksesan pribadi, tetapi juga pada kesejahteraan orang lain. Dedikasinya dalam berbagai bidang, baik itu bisnis, politik, maupun sosial, telah meninggalkan jejak yang mendalam dalam masyarakat Indonesia. Sosoknya yang sederhana namun penuh semangat dan keyakinan, menjadikan Jusuf sebagai panutan bagi banyak orang.
Keputusan Jusuf untuk tidak memaksa anak-anaknya mengikuti jejaknya dalam hal agama menunjukkan betapa bijaksananya ia dalam menghargai kebebasan pilihan. Putrinya, Fitria Jusuf, baru memutuskan untuk memeluk Islam pada tahun 2020, setelah sebelumnya menjalani hidup sesuai dengan keyakinan yang dianutnya. (nas/cha)