SEBAGAI perempuan, apa yang kamu pikirkan tentang pendidikan, pekerjaan dan pernikahan? Apakah kamu berpikir salah satunya penting? Atau bahkan semuanya?
Seperti yang kita ketahui bahwa ibu adalah madrasatul ula, atau madrasah pertama. Novi Dwi Arianti dalam opininya mengatakan bahwa pendidikan dan karir tidak hanya membuka peluang bagi perempuan, tetapi juga bisa memainkan peran penting untuk menunjukan potensi diri dan kontribusi mereka ke masyarakat.
Opini yang ditulis oleh Novi Dwi Arianti ini membuka pikiran saya lebih dalam tentang perempuan.
Kita lihat kisah yang terjadi 1.400 tahun silam. Hidup seorang wanita yang kaya raya, pedagang ulung, pandai memanajemen bisnisnya dan sangat percaya diri. Ialah ibunda Khadijah binti Khuwailid.
Ibunda Khadijah adalah wanita karir. Ia anak seorang pedagang sukses, karena itulah ia bisa menjadi pebisnis andal. Ia sudah menikah dua kali sebelumnya.
Hingga akhirnya dia memutuskan untuk menikah lagi di usia 40 tahun dengan sosok lelaki berusia 25 tahun yang jujur dan bertanggung jawab, Muhammad SAW.
Sosok Cerdas
Dari kisah tersebut, saya renungkan sosok bunda Khadijah ini. Ia pasti orang cerdas. Bagaimana bisa saya simpulkan demikian? Khadijah mendidik keempat putrinya agar tetap berpegang teguh terhadap islam.
Putri bungsunya, Fatimah, ia didik sehingga ia melahirkan dua anak laki-laki yang menjadi pimpinan pemuda penduduk surga. Ditambah lagi ia seorang yang kaya raya. Bahkan ia menyedekahkan seluruh hartanya demi kejayaan islam. Ia tak takut untuk jatuh miskin selama ia melakukannya di jalan Allah.
Ia menjadi sosok motivator yang hebat dikala Rasulullah SAW merasa sedih, gelisah, gundah dan takut. Rasulullah pernah bersabda: “Dia percaya disaat tidak ada yang percaya, dia menerimaku disaat yang lain menolakku, dia memberiku anak keturunan sedangkan kalian tidak”
Jika kita kaitkan dengan pendidikan, pekerjaan, dan pernikahan bagi perempuan, ibunda Khadijah adalah role model terbaik. Dengan pendidikan, perempuan bisa menentukan jalan karirnya yang bisa memberikan kontribusi di kehidupan masyarakat.
Dengan pekerjaan, perempuan mampu berjalan sendiri tanpa perlu merepotkan orang lain, selama ia belum memiliki pendamping. Perempuan yang menjalani karir bisa memanajemen finansial, kehidupan serta keputusannya dengan baik.
Dari dua poin tersebut, maka perempuan bisa lebih matang dalam menjalani karirnya sebagai seorang istri dan ibu. Perempuan yang berpendidikan bisa menuntun anaknya agar memiliki pendidikan yang baik dan berkualitas.
Tak hanya itu, perempuan juga bisa menjalani tugasnya sebagai seorang istri yang taat dan patuh terhadap suami. Jika ada lelaki hebat, lihat di belakangnya ada seorang ibu dan istri yang hebat. Jika suatu negara baik, lihatlah perempuannya, dan jika suatu negara kacau, lihat juga perempuannya.
Maka dari itu pendidikan, pekerjaan dan pernikahan memiliki kedudukan yang tinggi juga penting bagi perempuan. Tiga poin tersebut bisa menjadi fondasi bagi para perempuan untuk menjalani hidupnya.
Sekarang tak perlu takut untuk berpendapat dan berkarir. Kita sudah diberikan kebebasan, tak seperti dahulu. Dimana perempuan memiliki kedudukan yang rendah, tak berguna dan hanya dianggap sebagai barang mainan.
Demikianlah kedudukan pendidikan, pekerjaan, dan pernikahan bagi perempuan menurut saya. Semoga dengan tulisan ini, saya bisa membuka jalan pikir pembaca.
Maka patutlah kita sebagai wanita mempercantik akal dan pikiran agar menjadi perempuan-perempuan hebat yang bisa melahirkan generasi yang juga hebat serta memajukan pendidikan bagi agama, bangsa serta negara.
*) Intan Ilmia, penulis santri SMA Ar-Rohmah Bogor