Berjuang Capai Desa Terpencil untuk Salurkan Al Qur’an dan Hijab di Bengkulu

motor dai

PAGI itu Ustadz Hadi Sukmawan memeriksa motornya. Selepas shalat shubuh dan dzikir At Tawajjuhat, dia bergegas mendirikan standar ganda motor bebek 4-tak pertama Yamaha itu. Terdengar suara motor itu meraung raung sedang dipanaskan.

Kembali ia mengecek memastikan kondisi armada dakwahnya itu. Setelah memeriksa angin ban untuk memastikan kelayakan jalan, ia memasukkan beberapa perkakas ke jok motor.

Bacaan Lainnya

Tak lama kemudian, ada 3 buah kardus besar ia naikkan ke motor yang tanpa kaca spion itu. “Kaca spionnya sudah rusak, rapuh. Sudah setahun ini nggak pakai spion,” katanya.

Ustadz Hadi sadar, motor tanpa spion tentu rawan. Apalagi perjalanan jauh. Namun, karena kendala klasik, ia belum bisa memasang spion baru. “Belum sempat,” katanya tersenyum sambil beberapa kali menggesek antara jari jempol dan telunjuknya ala tanda hati saranghae itu.

hijabb

Dengan keyakinan yang mantap, Dai Tangguh Laznas BMH ini meluncur dengan motor andalannya. Meski sudah berumur, Yamaha Vega R berkapasitas 105 cc warisan dari Yamaha Crypton itu masih cukup gahar membawa Ustadz Hadi menembus jalanan Bengkulu yang cukup menantang.

Ustadz Hadi Sukmawan, berjuang menempuh perjalanan selama dua jam dengan sepeda motor untuk menyalurkan Al Quran dan hijab kepada 40 orang di Desa Karang Are, Kecamatan Pagar Jati, Kabupaten Bengkulu Tengah, Provinsi Bengkulu, (16-17/9/2023).

Desa ini adalah salah satu desa binaan majelis taklim dan Rumah Quran yang dibina oleh Ustadz Hadi Sukmawan. Saban waktu, dari Kota Bengkulu ia ke Bengkulu Tengah. Mengajar mengaji adalah aktifitas rutinnya.

Kedatangan Ustadz Hadi Sukmawan disambut haru dan gembira warga desa, terutama para anak anak didiknya yang merupakan generasi pelanjut di desa itu.

Pos terkait