Cendekiawan Muda Kholili Hasib Raih Gelar Doktor Filsafat Islam

PONOROGO – Cendekiawan muda muslim yang juga pengajar di Institut Agama Islam Darullughah Wadda’wah (IAI DALWA) Pasuruan, Kiai Kholili Hasib, berhasil meriah gelar doktor bidang Akidah dan Filsafat Islam di Universitas Darussalam (Unida) Gontor, Ahad (13/3/2022).

Doktor ke-4 Unida Gontor ini berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul “Al-Ma’rifah al-Hadasiyah ‘inda al-Imam al-Ghazali wa dauruha fi Tahsili al-Ulum al-Kauniyah” (Pengetahuan Intuitif menurut Imam al-Ghazali dan Peranannya dalam Pemerolehan Ilmu Pengetahuan Alam) di hadapan tujuh dewan penguji.

“Hari ini merupakan hari bersejarah untuk Unida dan untuk promovendus,” kata Prof. Dr. Amal Fathullah Zarkasyi, MA selaku ketua sidang pada kalimat pembukannya.

Sidang terbuka promosi doktor pria kelahiran Pasuruan 22 November 1982 ini terbilang istimewa. Karena disertasi ditulis dengan bahasa Arab serta prosesi sidang semuanya juga menggunakan bahasa Arab.

Selain itu, sidang terbuka kali ini mengundang penguji dari luar negeri, yaitu dari Mesir dan Turki melalui online. Penguji itu yaitu Prof. Dr. Abdur Rodhi Muhammad Abdul Mohsen Ridwan yang merupakan Guru Besar bidang Filsafat Islam Universitas Darul Ulum Kairo, Mesir.

Lalu penguji lainnya, Prof. Dr. Ziyad Ar-Rawisydah, Guru Besar bidang Teologi dari Universitas Istanbul Turki, Prof. Dr. Suparman Syukur, MA (dari UIN Walisongo Semarang), Prof. Dr, Roem Rowi (dari UIN Sunan Ampel Surabaya), Prof. Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi (Unida), Prof. Dr. Amal Fathullah Zarkasyi (Unida) dan Dr. Khalid Muslih, MA (Unida).

Kholili pada sidang tersebut menjelaskan empat masalah yang melatar belakangi penelitian disertasinya. Pertama, mayoritas ilmuan tidak memandang penting intuisi dalam konteks epistemologi, Kedua, intuisi tidak dikategorikan sumber ilmu yang sah.

Ketiga, menurut Kholili, ada perbedaan fundamental konsep intuisi para filosof Barat dengan yang dipahami ulama Islam.

“Penelitian ini berusaha membuktikan ada hubungan erat bahkan korelasi penting antara pengetahuan intuitif dengan ilmu pengetahuan alam,” ujar suami Wardatul Jannah ini dalam presentasinya.

Menurut Kholili di antara problematika kajian sains hingga kini, dalam konteks empistemologi, adalah sains masih belum bisa bertemu dengan intuisi. Hal ini dapat dipahami, karena sains memang berkembang dari paradigma empiririsme dan rasionalisme.

Sedangkan intuisi dinilai merupakan pengetahuan yang abstrak, ghaib, dan tidak bisa diukur. Ia menambahkan bahwa hasil dari penelitiannya menemukan relevansi pengetahuan intuitif, berdasarkan pemikiran Imam al-Ghazali, dalam bentuk tiga aspek.

“Pertama, pengetahuan intuitif sebagai asas, kedua, proses pemerolehan dan ketiga, sebagai aksiologi ilmu pengetahuan,” kata Direktur InPAS (Institut Pemikiran dan Peradaban Islam) ini.

Disertasi Kholili mendapatkan apresiasi dari para dewan penguji. “Kajian ini tentang filsafat dan tasawuf. Pembahasan ini sangat rumit. Saya ucapkan selamat, karena Kholili berhasil menyelesaikan penelitian ini,” ujar Prof. Suparman Syukur.

Sementara itu, Prof. Dr. Ziyad, dari Universitas Istambul Turki juga memuji bahwa tema yang ditulis ini tema sulit, tapi oleh peneliti ditulis dengan bahasa yang mudah dan pembahasan yang tidak sulit dipahami.

“Disertasi ini menyajikan hal baru. Yaitu antara sains dan intuisi. Sains itu sesuatu dan intuisi juga sesuatu yang lain. Tetapi disertasi ini berhasil membuktikan keduanya ada hubungan erat,” puji Prof. Amal pada saat akan menutup sidang.

Sebelum sidang ditutup, dilaksanakan prosesi pemakaian baju toga doktoral Unida kepada Kholili Hasib. Pemakaian baju toga ini sebagai pengukuhan secara sah menyandang gelar doktor di Unida.

Kholili Hasib lahir di Bangil Pasuruan, Jawa Timur. Alumni Program Kaderisasi Ulama (PKU) Angatakan ke-2, MUI-Unida Gontor tahun 2009 ini dikenal rajin menulis di berbagai media massa dan aktif dalam kegiatan Islam.

Anggota Dewan Pakar Forum Umat Islam Bersatu (FUIB) Pasuruan ini sejak kecil dididik dalam lingkungan dan tradisi Nahdlatul Ulama (NU) yang kuat.

Ibunya, Sholihah, adalah seorang anggota Muslimat NU, sedang ayahnya (alm) KH. Ahmad Hasib bin Kiai Kholil, pernah menjabat musytasyar NU Kecamatan Pandaan.

Di tengah kesibukannya mengajar, alumni PP Aqdamul Ulama Pandaan ini saat ini juga tercatat sebagai anggota ICMI Jatim bidang Pemikiran Keislaman dan Penerbitan.

Saat ini Kholili mengemban amanah sebagai Pengasuh Kulliyat Dirasah Islamiyah (KDI) Pandaan, pengajar di Ma’had Aly Darul Ihya Li Ukumiddin Bangil dan Sekretaris S3 Pendidikan Agama Islam IAI Dalwa.*/Adam Sukiman

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *