Desa Patengan Jadi Model Pemberdayaan Nasional Melalui Kolaborasi Akademisi

NN Newsroom

Jumat, 19 September 2025

Foto: Dok. Hilda Hilaliyah

NASIONAL.NEWS — Desa Wisata Patengan di Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, menjadi wadah pertemuan ilmu pengetahuan dan kearifan lokal dalam sebuah kegiatan nasional.

Sebanyak 150 dosen dari 67 perguruan tinggi negeri dan swasta turut ambil bagian dalam kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Kolaborasi berskala nasional digagas oleh Universitas Persada Indonesia Y.A.I Jakarta yang dirancang khusus untuk menjawab kebutuhan masyarakat desa.

Salah satu pesertanya adalah Hilda Hilaliyah dari Universitas Indraprasta (Unindra) PGRI Jakarta.

Selama dua hari, para dosen menyatu dengan kehidupan warga, menginap di homestay milik penduduk, dan berinteraksi langsung dengan komunitas-komunitas lokal yang menjadi sasaran program pemberdayaan.

Penggerak Sosial dan Ekonomi Desa

Hilda Hilaliyah menuturkan, fokus utama kegiatan ini adalah memperkuat sepuluh kelompok masyarakat yang menjadi penggerak sosial dan ekonomi Desa Patengan.

Kelompok tersebut mencakup ibu PKK, pelaku UMKM dodol stroberi, pengrajin kopi dan bandrek, pengelola Taman Baca Masyarakat, kader posyandu, guru PAUD dan TK, petani sayuran, kelompok sadar wisata (Pokdarwis), pengelola homestay, serta Karang Taruna.

“Setiap kelompok mendapat pendampingan lintas universitas dan disiplin ilmu,” ujar Hilda dalam keterangannya, Jum’at (19/9/2025).

Para dosen tidak hanya menyampaikan materi teknis, tetapi juga membuka dialog untuk menggali potensi lokal, merumuskan kebutuhan riil, dan mencari solusi aplikatif.

Di kelompok PKK, ibu-ibu dilatih mengenai manajemen rumah tangga, pencegahan stunting, serta produksi kreatif berbasis bahan lokal. Sementara itu, pelaku UMKM dodol stroberi menerima pelatihan pengemasan, promosi, dan pemasaran digital.

Pelaku usaha kopi dan bandrek mendapatkan bimbingan peningkatan kualitas produk sekaligus peluang kemitraan. Para petani sayuran dikenalkan pada pertanian organik, pupuk alami, dan teknik pascapanen.

Adapun Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dan pengelola homestay dibimbing tentang manajemen pariwisata desa, layanan tamu, promosi media sosial, hingga pengembangan paket wisata berbasis pengalaman lokal.

dosen23

Beragam Pelatihan Digelar

Tak kalah penting, kader posyandu dilatih pencatatan data berbasis aplikasi sederhana dan edukasi kesehatan balita. Guru-guru PAUD dan TK diberi keterampilan membuat media belajar kreatif dengan biaya rendah.

Karang Taruna pun difokuskan pada pelatihan wirausaha digital, produksi konten kreatif, serta peran aktif dalam menggerakkan komunitas melalui teknologi.

“Selama kegiatan berlangsung, suasana desa menjadi sangat hidup,” kata Hilda. Malam hari para dosen berbincang dengan pemilik homestay, menikmati makanan khas desa, dan berdiskusi santai dengan warga.

Interaksi ini menghadirkan pengalaman bermakna, tidak hanya bagi masyarakat, tetapi juga bagi para akademisi.

Pengelola Taman Baca Masyarakat atau Bunda Literasi bahkan mengikuti Workshop Kreatif Bercerita. Pelatihan ini mencakup cara bercerita ekspresif, menghidupkan pojok baca, hingga motivasi mengadakan sesi mendongeng.

image003

Wisata Edukatif

Di hari kedua, peserta diajak menyusuri Ecopark Curug Tilu dan Situ Patengan. Wisata edukatif tersebut memperlihatkan potensi alam desa sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan.

Kepala Desa Patengan, Asep Kurniadi, menyampaikan apresiasi. “Saya melihat semangat warga tumbuh, ide-ide baru muncul, dan rasa percaya diri meningkat,” katanya.

Direktur LPPM Universitas Persada Indonesia Y.A.I, Dr. Sularso Budilaksono, menegaskan program ini bukan sekadar agenda sementara.

“Kegiatan ini meneguhkan kolaborasi lintas kampus. Desa Patengan direncanakan menjadi desa binaan dengan pendampingan berkelanjutan,” ujarnya.

Inisiatif tersebut selaras dengan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), yang melibatkan mahasiswa dalam kegiatan nyata di tengah masyarakat.

Dengan demikian, Desa Wisata Patengan menunjukkan bahwa transformasi dapat dimulai dari desa ketika dunia akademik hadir untuk memperkuat kapasitas lokal.

TERKAIT LAINNYA