LANGIT Jakarta menyaksikan sebuah peristiwa simbolis yang sarat makna. Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, dengan penuh penghormatan mengantarkan keberangkatan Sekretaris Jenderal Komite Sentral Partai Komunis Vietnam (PKV), Tô Lâm, beserta Ibu Ngo Phu’o’ng Ly, menuju Singapura dari Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Selasa (11/3/2025).
Momen ini merupakan seremoni perpisahan dan penutup dari kunjungan kenegaraan yang kaya akan dialog strategis, menegaskan komitmen bersama untuk mempererat tali diplomatik antara Indonesia dan Vietnam.
Kunjungan ini sekaligus menandai 70 tahun hubungan diplomatik kedua negara, menjadi titik pijak penting yang mencerminkan semangat kemitraan yang telah terjalin sejak 1955 dan kini menapaki fase baru yang lebih kokoh.
Di Gedung Nusantara Senayan, Sekjen Tô Lâm telah bertemu dengan para pimpinan lembaga tinggi negara—Ketua MPR, DPR, dan DPD—dalam suasana yang mencerminkan penghargaan timbal balik. Pertemuan ini menjadi panggung untuk menajamkan visi kerja sama strategis, dari isu ekonomi hingga keamanan regional.
Saat tiba di ruang tunggu naratetama, Presiden Prabowo menyambut tamunya dengan senyum hangat dan jabat tangan yang menjembatani keakraban. Percakapan singkat di antara keduanya, sebelum melangkah menuju pesawat melalui barisan pasukan jajar kehormatan, menjadi gambaran nyata dari hubungan yang tak lagi sebatas protokoler.
Ketika pesawat lepas landas pada pukul 11.55 WIB, sejumlah pejabat tinggi turut hadir melepas keberangkatan: Menteri Luar Negeri Sugiono, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, serta para duta besar kedua negara.
Namun, di balik kemeriahan seremoni, esensi sejati kunjungan ini terletak pada momentum yang ia ciptakan. Bertepatan dengan 70 tahun hubungan diplomatik, kehadiran Sekjen Tô Lâm di Indonesia adalah cerminan dari kepercayaan yang telah matang dan ambisi untuk memperdalam kemitraan strategis.
Indonesia dan Viet Nam, sebagai dua kekuatan di Asia Tenggara, memiliki kepentingan bersama dalam menjaga stabilitas kawasan, mendorong perdagangan yang saling menguntungkan, dan menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim serta ketahanan pangan.
Lebih jauh, hubungan bilateral ini telah menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Dari perdagangan yang terus meningkat hingga kolaborasi di forum ASEAN, Indonesia dan Viet Nam telah membuktikan bahwa kemitraan mereka bukanlah ikatan yang rapuh.
Kunjungan Sekjen Tô Lâm menjadi penegasan bahwa kedua negara siap melangkah lebih jauh, menjadikan peringatan 70 tahun ini bukan hanya sebagai kilas balik, tetapi juga sebagai fondasi untuk masa depan yang lebih ambisius.
Di tengah dunia yang penuh dinamika, momen seperti ini mengajarkan bahwa hubungan antarnegara adalah seni membangun jembatan—bukan hanya untuk kepentingan saat ini, tetapi juga untuk generasi mendatang.
Ketika pesawat yang membawa Sekjen Tô Lâm meninggalkan Jakarta, ia tak hanya membawa kesan hangat dari Tanah Air, tetapi juga harapan akan kerja sama yang kian erat. Momentum ini adalah bukti bahwa Indonesia dan Viet Nam, dengan sejarah panjang dan visi yang selaras, tengah menapaki jalan menuju kemitraan yang tak hanya strategis, tetapi juga abadi. (nas/nsk)