SITUASI politik menjelang Pemilu 2024 kian mengundang perhatian publik. Terbaru adalah doa dari Anies Baswedan dalam agenda Apel Siaga Perubahan di Stadion Geloran Bung Karno, Ahad (16/7/2023).
Kemudian “mangkirnya” Budiman Sudjatmiko dari “komando” PDIP dengan mengunjungi Capres Gerindra, Prabowo Subianto.
Eep Saefullah Fatah menilai Anies melakukan langkah strategis dengan memilih berdoa dalam Apel Siaga Perubahan itu.
Sosok yang piawai dalam menjabarkan fenomena politik itu mengatakan dengan (doa) begitu Anies menjadi matang, cerdas dan sehat.
“Berdoa adalah menghadapkan hamba tak berdaya dengan Tuhan Sang Maha Digdaya. Berdoa mewakili dua lapis fenomena sekaligus: Horizontal saat Sang Hamba menyapu lingkungan sekitarnya untuk menemukan bahan bagi doa-doanya, dan vertikal-transendental ketika Sang Hamba bersimpuh memohon pada Sang Maha Perkasa lagi Bijaksana. Sang Aziz dan Hakim,” tulis Eep dalam artikelnya yang berjudul ‘Doa Anies.’
Doa Anies
Pandangan Eep itu mungkin juga karena memperhatikan diksi dalam doa Anies Baswedan.
“Ya Tuhan Yang Maha Perkasa dan Yang Maha Kuat, dalam perjalanan ke depan lindungi kami dari kedengkian dan kezaliman. Jangan engkau jadikan kami sasaran fitnah, sibukkanlah orang zalim dengan yang zalim lainnya, selamatkan kami dari tipu daya dan kejahatan, limpahkanlah kesabaran kami dan teguhkan pendirian kami.”
Jika doa itu Tuhan kabulkan, maka itulah energi doa, jauh lebih dahsyat dari kekuatan apapun di dunia ini. Dan, ini juga sebuah fenomena yang akan menyejarah, bagaimana menghadapi Pilpres, ada Capres yang ternyata mengutamakan doa yang dipublikkan.
Padahal, kalau mengukur kapasitas Anies, ia bisa saja memilih berorasi dan menyerang kesana kemari. Namun, sebagai pribadi matang, ia lebih mengundang kekuatan langit daripada kemampuan manusia yang sangat dan amat terbatas.
Budiman yang “Menyimpang”
Seperti ramai dalam pemberitaan media belakangan, Budiman Sudjatmiko menjadi sorotan banyak pihak usai bertemu Capres Gerindra, Prabowo Subianto.
Reaksi atas hal itu tentu saja hadir dari PDIP sendiri, tempat Budiman selama ini berkiprah secara politik.
Ketua Bidang Kehormatan DPP PDIP Komarudin Watubun menganggap, tindakan Budiman Sudjatmiko tak sesuai arahan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri tentang dukungan calon presiden pada Pemilu 2024.
Sebab PDIP telah mendeklarasikan dukungannya untuk Ganjar Pranowo. “Ketika kader mendatangi calon lain itu namanya melakukan perlawanan terhadap keputusan partai dan itu harus diminta pertanggungjawabannya,” ujar Komarudin dihubungi awak media, Rabu (19/7/2023).
Dalam kata yang lain, posisi PDIP semakin “rumit” karena “penyimpangan” mulai terang. Sebelum Budiman ada Effendi Simbolon.
Dari dua fakta ini kita bisa ambil asumsi bahwa Anies Baswedan semakin matang secara pribadi dan tentu akan kian mengundang rasional publik untuk memahami lebih dalam, bahkan mendukungnya.
Sisi lain, alih-alih mampu “memoles” Ganjar dengan baik, PDIP menghadapi masalah internal yang mulai terbuka di ruang publik. Itu belum soal dinamika dukungan Jokowi yang belakangan juga mulai terang terbaca mengarah kepada Prabowo Subianto.
PDIP benar-benar berada dalam situasi yang mungkin untuk kasus-kasus belakangan, sepertinya tidak mudah untuk mereka tangani seperti biasanya. Ketika itu terjadi, maka nama Ganjar, boleh jadi akan pudar dari simpati dan perhatian publik.
Sementara Anies Baswedan akan semakin terang. Sisi lain, Prabowo jika benar mendapat dukungan Jokowi, maka ini benar-benar sebuah pukulan yang tak terperikan yang dialami oleh PDIP. Namun, akan seperti apa situasinya nanti?
Kita perlu menanti hari-hari yang akan datang.*
Mas Imam Nawawi