Forum ‘Pesmadai Talk’ dan Membangun Nalar Kritis Mahasiswa untuk Kemajuan Bangsa

pesmadai talk

KETIKA sebagian besar kantor, sekolah, dan kampus merayakan libur, sekelompok mahasiswa berkumpul untuk sebuah acara bertajuk “Pesmadai Talk” digelar Pesantren Mahasiswa Dai (Pesmadai) di Ciputat, Tangerang, Banten, Sabtu (11/5/2024).

Acara ini menjadi magnet tersendiri yang memaksa para hadirin untuk meninggalkan kenyamanan tidur siang mereka. Seminar ini menjadi istimewa karena menghadirkan salah satu tokoh penting yang dikenal sebagai aktifis, praktisi, yang juga intelektual, Reza Indragiri Amriel, S.Psi., M.Crim.

Acara dimulai dengan sambutan pembukaan yang disampaikan oleh Direktur Pesmadai, Ahmad Muzakky. Selain memperkenalkan Pesmadai, Ahmad berharap, kegiatan positif seperti ini diharapkannya melahirkan generasi muda intelektual yang kelak siap mengabdi untuk kemajuan agama dan bangsa.

Setelah itu, pembawa acara mempersilahkan Direktur Progressive Studies & Empowerment Center (Prospect), Imam Nawawi, untuk memandu acara ini.

Sebelum mempersilahkan Reza, sang moderator memantik forum dengan menelisik berbagai isu dan problem kebangsaan dewasa ini. Menurutnya, sebagai pelanjut estafeta kepemimpinan bangsa, para mahasiswa harus menempa diri.

Usai menyajikan sejumlah realita, fakta, dan berbagai analisa seputar tema yang diangkat, Imam lantas mempersilahkan narasumber untuk membedah masalah masalah tersebut.

Pemaparan Reza Indragiri

Peserta talkshow, sebagian besar mahasiswa, menyimak dengan seksama setiap kata yang diucapkan oleh Reza Indragiri Amriel. Ia dikenal karena kedalaman dan ketegasannya dalam menyampaikan ide-ide.

Dengan tema “Menjadi Intelektual Kritis dan Visioner,” paparan Reza mengundang pertanyaan dan membuat suasana menjadi semakin hidup.

Namun, di awal pemaparannya, Reza memberikan catatan bahwa ia sebetulnya amat menghindari berbicara yang berkaitan dengan tema profetik. Karena, menurutnya, tema ini amat krusial dan ia selalu menolak untuk berbicara perihal topik berat seperti ini.

“Kalau dari awal saya tau temanya begini, pasti saya tidak hadir,” katanya. Kendati demikian, Reza berkenan berbagi inspirasi ihwal pemikiran dan pengalaman seraya menggaris bawahi bahwa dirinya bukanlah role model dari apa yang ia sampaikan.

Reza menggunakan sebuah analogi dengan angka untuk menyampaikan poin-poin penting yang perlu dipahami. Misalnya, 3×3 menunjukkan tiga poin yang akan dibahas, 3×2 adalah dua poin berikutnya, dan 2×3 merupakan dua poin terakhir yang akan dijelaskan. Meskipun inovatif, penggunaan analogi ini membutuhkan perhatian ekstra dari para peserta untuk memahami setiap poin yang disampaikan.

Salah satu poin yang penting adalah telaah Reza tentang bagaimana kesiapan generasi sekarang menghadapi tantangan masa depan. Reza menyoroti pentingnya menjadi intelektual yang kritis dan visioner. Dalam konteks ini, Reza memberikan gambaran tentang beberapa masalah yang perlu dihadapi sebagai bangsa.

Reza membagikan pemikirannya tentang kondisi politik saat ini, dengan mengaitkannya pada kinerja pemimpin sebelumnya, adanya nepotisme, dan penyalahgunaan sumber daya alam.

Dia menggambarkan kondisi politik sebagai sebuah pertunjukan sirkus, di mana kekuasaan seringkali hanya berpindah tangan tanpa perubahan substansial.

Dalam forum ini, Reza mengajak para mahasiswa untuk lebih peduli terhadap politik dan menjadi agen perubahan. Dia menekankan pentingnya kritik yang membangun dan memperjuangkan kebenaran.

Reza juga menyoroti peran media sosial dalam menyebarkan informasi, seringkali tanpa validasi yang memadai.

Reza mengakhiri sajiannya dengan menegaskan pentingnya memiliki pemimpin yang mampu membawa perubahan positif bagi Indonesia.

Disamping itu, dia menilai penting adanya keterlibatan aktif angkatan muda dalam mengawasi dan mengontrol setiap pemimpin bangsa yang harus menggunakan kekuasaannya untuk kebaikan bersama, bukan untuk kepentingan pribadi atau kelompok.

Seminar ini tidak hanya memberikan wawasan baru bagi para peserta, tetapi juga membangkitkan semangat untuk berkontribusi dalam membangun masa depan Indonesia yang lebih baik. Melalui pemikiran kritis dan sikap visioner, kita dapat menjadi agen perubahan yang sesungguhnya. []

HASMAN DWIPANGGA

Pos terkait