Lewat Gerakan Indonesia Menanam, Prabowo Genjot Swasembada Pangan dari Lahan Kritis

Presiden Prabowo Subianto meresmikan Gerakan Indonesia Menanam (Gerina) di Banyuasin, Sumatera Selatan, sebagai strategi nasional baru untuk mendorong swasembada pangan. Gerakan ini mengedepankan inovasi pertanian yang memungkinkan produksi pangan di lahan sempit hingga tanah kritis—langkah besar di tengah tantangan krisis pangan global dan pertumbuhan penduduk Indonesia yang kian pesat.

gerakan indonesia menanam

Dalam peluncuran yang digelar di Desa Sungai Pinang, Kecamatan Rambutan, Senin (22/4/2025), Presiden menegaskan bahwa masa depan pertanian Indonesia harus berpijak pada riset dan teknologi. “Lahan yang dulu tidak bisa ditanami, kini bisa menjadi sawah dan kolam ikan. Inilah masa depan kita,” ujarnya.

Solusi Inovatif: Menanam Padi di Lahan Kering dan Tambak Ikan Sekaligus

Salah satu terobosan yang diperkenalkan Gerina adalah Solusi Olah Padi Terapung atau Si Opung. Teknologi ini memungkinkan penanaman padi di lahan marginal yang selama ini dianggap tidak produktif. Lahan yang kering, miskin unsur hara, atau terendam air kini bisa dimanfaatkan, dengan tambahan fungsi sebagai tambak ikan.

Konsep ini telah diuji di kawasan rawa seluas 105.000 hektar di Desa Simpang Pelabuhan Dalam, Ogan Ilir, dan hasilnya positif. Para petani bisa memanen padi sekaligus ikan air tawar dalam satu siklus, meningkatkan efisiensi sekaligus pendapatan.

Pertanian Urban dengan Sistem Vertikal

Gerina juga menyasar masyarakat perkotaan lewat pertanian vertikal. Warga kota kini bisa menanam sayuran di ruang sempit seperti pekarangan rumah atau balkon apartemen. Presiden menekankan bahwa setiap keluarga bisa ikut serta dalam memperkuat ketahanan pangan nasional, sekecil apa pun kontribusinya.

“Inovasi ini bukan hanya solusi teknis, tapi juga gerakan moral untuk mencintai tanah air lewat pangan,” tegas Prabowo.

Dari Tanah Kering ke Kebun Subur dalam 3 Bulan

Desa Sungai Pinang sebelumnya dikenal memiliki tanah podsolik merah kuning—jenis tanah masam yang sulit diolah. Namun, dalam waktu tiga bulan, lahan ini berhasil disulap menjadi kebun produktif. Kuncinya adalah penerapan teknologi modern dan ilmu pertanian berkelanjutan yang didukung penuh oleh riset.

Setiawan Ichlas, Utusan Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Perbankan, menyumbangkan lahan 7.200 meter persegi untuk pengembangan riset Gerina. “Kita ingin gerakan ini jadi bukti nyata bahwa swasembada itu mungkin. Ini kolaborasi antara keilmuan, keagamaan, dan ekonomi rakyat,” katanya.

Kolaborasi Nasional: Dari Ulama hingga Pengusaha

Gerina lahir dari kolaborasi lintas sektor. Inisiatornya adalah Ustaz Adi Hidayat, yang menggagas ide ini bersama Wakil Menteri Pertanian Sudaryono. Tak hanya pemerintah, gerakan ini juga menggandeng pengusaha, akademisi, hingga tokoh agama.

“Gerina bukan sekadar gerakan menanam, ini adalah gerakan membangun optimisme bangsa,” kata Adi Hidayat.

Dukungan dari sektor swasta juga mengalir. Pengusaha dari Kalimantan Selatan dan Palembang turut berkontribusi dalam pengadaan alat, bibit, hingga pelatihan.

Misi Besar: Indonesia Jadi Lumbung Pangan Dunia

Gerakan ini sejalan dengan visi besar Indonesia Emas 2045, yakni menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia. Dengan strategi yang tepat, pemerintah percaya bahwa Indonesia bisa tidak hanya mencukupi kebutuhan dalam negeri, tapi juga menjadi pengekspor pangan global.

“Dengan semangat gotong royong dan pemanfaatan teknologi, saya yakin kita akan jadi bangsa besar dan kuat secara pangan,” ucap Presiden.

Gerakan Indonesia Menanam menandai babak baru dalam perjalanan pertanian nasional. Dengan pendekatan inovatif dan kolaboratif, gerakan ini menjawab tantangan klasik pertanian Indonesia: keterbatasan lahan, produktivitas rendah, dan ketergantungan impor.

Jika dijalankan secara konsisten, Gerina bukan hanya akan memperkuat ketahanan pangan, tapi juga mempercepat transformasi Indonesia menuju swasembada yang berkelanjutan.

Pos terkait