NASIONAL.NEWS — Armada sipil internasional Global Sumud Flotilla (GSF) menegaskan bahwa mereka tidak akan menghentikan pelayaran menuju Gaza, meskipun pengawalan kapal perang Italia segera dihentikan.
Para aktivis menyatakan tekad mereka bulat, menolak kompromi, dan menegaskan bahwa misi kemanusiaan ini tidak bisa dibelokkan.
“Kami tegaskan lagi: armada terus berlayar. Angkatan Laut Italia tidak akan menggagalkan misi ini. Tuntutan kemanusiaan untuk mematahkan blokade tidak dapat ditarik kembali ke pelabuhan,” demikian keterangan resmi GSF.
Armada ini terdiri lebih dari 40 kapal sipil yang membawa lebih dari 500 orang, termasuk anggota parlemen, pengacara, hingga aktivis iklim Greta Thunberg. Tujuannya adalah menembus blokade laut Israel yang selama bertahun-tahun menutup akses langsung ke Gaza.
Namun, situasi semakin tegang setelah Kementerian Pertahanan Italia mengumumkan bahwa kapal-kapal perang mereka akan berhenti memberikan pengawalan ketika armada mencapai jarak 150 mil laut dari garis pantai Gaza.
“Kami memperkirakan hal itu akan terjadi sekitar pukul 00.00 GMT,” demikian pernyataan resmi Italia, dikutip Reuters dan Al Arabiya, Rabu (1/10/2025).
Tolak Kompromi, Lawan Blokade
Italia sebelumnya menawarkan kompromi agar bantuan kemanusiaan diturunkan di pelabuhan Siprus untuk kemudian disalurkan lewat jalur darat. Usulan itu ditolak mentah-mentah oleh perwakilan flotilla.
Mereka menegaskan bahwa tujuan utama pelayaran ini adalah untuk menentang blokade, bukan sekadar mengirimkan barang bantuan.
Keputusan Italia ini menimbulkan kekhawatiran besar. Tanpa pengawalan militer, para aktivis lebih rentan terhadap intersepsi angkatan laut Israel.
Terlebih, armada ini baru saja mengalami insiden ketika dihantam drone bersenjata granat kejut di perairan internasional lepas pantai Yunani. Meskipun flotilla menuding Israel sebagai dalang, pihak Israel tidak memberikan tanggapan resmi.
Sebaliknya, Israel berjanji akan menggunakan “segala cara” untuk mencegah armada tersebut mencapai Gaza.
Pemerintah Israel berdalih bahwa blokade merupakan langkah sah dalam kerangka perang melawan Hamas. Ancaman ini membuat para aktivis kian waspada.
Siap Hadapi Kemungkinan Terburuk
Seorang juru bicara flotilla dari Italia, Maria Elena Delia, menyatakan bahwa para peserta sudah bersiap menghadapi kemungkinan serangan baru.
“Israel mungkin akan menyerang kami malam ini, karena semua sinyal menunjukkan hal ini akan terjadi,” ujarnya dalam sebuah video yang diunggah di Instagram.
Menteri Pertahanan Italia Guido Crosetto bahkan memperkirakan armada akan dicegat di laut lepas dan para aktivis ditangkap.
Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni pun menyerukan agar misi flotilla dihentikan, dengan alasan langkah itu dapat merusak harapan perdamaian yang sedang dibangun berdasarkan proposal 20 poin Presiden AS Donald Trump.
Meski demikian, suara flotilla tetap satu, yakni misi ini tidak sekadar soal bantuan kemanusiaan, melainkan juga pesan politik terhadap blokade yang dinilai mengekang hak hidup masyarakat Gaza.
Dengan lebih dari 500 orang di atas kapal, GSF menjadi simbol bahwa solidaritas internasional tetap hidup, bahkan ketika risiko penangkapan, serangan, atau intersepsi militer menghantui setiap mil laut yang mereka tempuh.