Kapan, Dimana, dan Bagaimana Akhir Kehidupan Kita?

0
787
kematian

ANDA mungkin pernah mendengar dua lagu ini, yaitu lagu ‘Kapan-Kapan’ dari Grup Band Koes Plus dan lagu berjudul ‘Dimana’ dari Grup Band Golden Wing.

Dua lagu itu di era tahun 70an bagi para pembaca yang lahir pada tahun 50-60an bisa jadi sangat familier dengan lirik kedua lagu tersebut.

Sedangkan kata Bagaimana merupakan kata penunjuk arah untuk mencapai sesuatu tujuan.

Setiap yang bernyawa pasti alami kematian’ merupakan salah satu firman Allah SWT tentang kematian. Dalam Al-Qur’an banyak lagi ayat yang menerangkan tentang kematian.

Kematian akan dialami siapapun yang bernyawa. Momen ini tidak bisa dihindari, ditunda, atau bahkan diprediksi kapan datangnya. Allah SWT memiliki hak prerogatif atas kematian makhluknya.

Kematian merupakan keniscayaan yang pasti dialami semua manusia dan makhluk yang bernyawa. Ada banyak ayat Al Quran yang menjelaskan tentang kematian.

Dalam Islam, tanda tanda kematian sudah diingatkan kepada tiap manusia diantaranya kulit mulai keriput, rambut beruban, dan daya ingat melemah. Karena itu, tak seorang pun yang bisa menghindar dari kematian.

Ketika Imam Al Ghazali bertanya kepada para muridnya, “Siapakah yang paling dekat dengan kalian”?. Para murid menjawab dengan berbagai macam jawaban.

Ada yang berkata yang paling dekat dengannya adalah ibu. Ada lagi yang menjawab yang dekat itu adalah waktu. Ada pula yang menjawab yang dekat itu adalah mata, karena dengan mata orang dapat mengetahui dekat dan jauhnya sesuatu.

Murid yang lain menjawab yang dekat itu adalah jarak. Serta banyak lagi yang menjawab dengan berbagai macam jawaban.

Imam Al Ghazali berkata, “Semua jawaban yang kalian utarakan itu adalah salah”. Imam Al Ghazali mengatakan yang paling dekat dengan kalian itu adalah kematian.

Lantas, Kapan kematian itu datang? Dimana kematian itu akan terjadi. Dan, Bagaimana dengan kematian itu sendiri.

Kapan adalah terkait dengan waktu. Tidak ada satu orang pun yang tahu Kapan dia akan menemui kematian.

Begitu pula dengan Dimana, ia terkait dengan tempat. Tidak ada pula satu orang pun yang tahu Dimana dia akan menemui kematian.

Tentang Kapan Kematian itu terjadi?

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ ثُمَّ اِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ

Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan kematian. Kemudian, hanya kepada Kami kamu dikembalikan (QS. Al-‘Ankabūt : 57).

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa kematian di mana pun kalian berada, maut pasti akan mendapati kalian.

Maka, jadilah kalian orang-orang yang selalu berada dalam ketaatan kepada Allah di mana pun kalian berada, sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah kepada kalian. Karena sesungguhnya hal ini lebih baik bagi kalian, sebab maut pasti akan menjemput kalian tanpa bisa dielakkan.

Sudah siapkah kita? Ayo, jangan siasiakan waktu.

Dapatkah kita menghindari datangnya kematian? Tidak mungkin dapat. Dimana pun kita berada kematian itu akan menjemput.

Perhatikan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam Surat An-Nisa ayat 78 yang artinya:

“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh”

Makna yang dimaksud ialah setiap orang pasti akan mati, tiada sesuatu pun yang dapat menyelamatkan dia dari kematian, baik dia ikut dalam berjihad ataupun tidak ikut berjihad.

Karena, sesungguhnya umur manusia itu ada batasnya dan mempunyai ajal yang telah ditentukan serta kedudukan yang telah ditetapkan baginya.

Masihkah kita merasa jago dan sombong? Ayo, jangan berlagak sok sokan, apalagi sok kuasa.

Waktu dan tempat kematian tidak dapat kita prediksi. Yang dapat kita persiapkan adalah bagaimana menyongsong kematian itu.

Amal perbuatan dan perilaku seseorang selama hidup di dunia ini akan merupakan satu bentuk bekal menyongsong kematian.

Seseorang yang semasa hidupnya penuh gelimang dosa, cara kematiannya pun pastilah tidak mengenakan. Kematiannya tidak akan jauh dengan apa yang dia perbuat.

Akhir dari perjalanan hidupnya adalah su’ul khatimah, yaitu hal yang sangat ditakuti oleh setiap muslim, karena dapat mengancam keselamatan iman dan akhiratnya.

Sebaliknya, seseorang yang selama hidupnya penuh dengan amal perbuatan baik, seperti shalatnya, zakatnya, infak, dan sedekahnya, serta amalan lain yang tanpa riya’ yang dilakukan, In syaa Allah kematiannya pun akan husnul khatimah. Yaitu, akhir kehidupan yang baik dan mulia.

Tentang Kapan, Dimana, dan Bagaimana pada judul tausiyah ini tidak lain untuk mengingatkan penulis dan kita semua tentang pentingnya mengingat kematian.

Sebagaimana dalil yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA. Yang artinya, Rasulullah SAW bersabda: “Jika ada orang yang meninggal dunia, maka malaikat berkata apa yang telah lalu (amal), sedangkan manusia membicarakan apa yang ia tinggalkan (warisan),” (HR Baihaqi).

Dengan demikian, perbanyaklah amalan dan jangan memperbanyak warisan sebagai peninggalan. Karena harta, tahta (jabatan, kedudukan), wanita (isteri), dan anak, semua itu akan tinggal. Yang kita bawa untuk menghadap-Nya hanyalah amal shaleh.

Allahumma innii as-aluka ‘ilman naafi’a, wa rizqon thoyyibaa, wa ‘amalan mutaqobbalaa.

“Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat (bagi diriku dan orang lain), rizki yang halal dan amal yang diterima (di sisi-Mu dan mendapatkan ganjaran yang baik).” (HR. Ibnu Majah, dan Ahmad).

Orang yang selalu ingat mati tentu mempersiapkan kehidupan sesudah mati. Dia memahami bahwa ada lagi kehidupan setelah mati.

Bekal kehidupan setelah kematian bukanlah harta melimpah, rumah mewah, perhiasan berkilo kilo dan sejenisnya. Bekal yang hanya berlaku adalah “amal kebaikan”.

Kebenaran itu sesungguhnya datang dari Allah SWT dan Dia-lah Yang Maha Benar.

Kesalahan merupakan kedhaifan dari penulis. Dan, kepada-Nya jualah penulis memohon ampunan atas segala kelemahan, kealpaan, dan kesalahan.

Selamat pagi. Salam sehat selalu.

Jakarta, 22 September 2023