HARU penuh kebahagiaan dirasakan oleh Ibu Rohani. Impiannya yang sejak lama ingin menunaikan ibadah umrah ke tanah suci Baitullah, akhirnya menjadi kenyataan. Dia tak pernah menyangka, kini akhirnya ia dapat menginjakkan kakinya di tanah Haram.
Rohani adalah istri nelayan yang menggantungkan hidupnya dari memancing ikan di laut, setiap harinya mereka bertarung dengan gelombang demi sesuap nasi. Namun, di balik perjuangan tersebut, tersimpan harapan besar untuk menginjakkan kaki di tanah suci Baitullah.
Ibu Rohani tinggal Flores, tepatnya di kampung Rorurangga, Kecamatan Pulau Ende, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Tinggal di daerah terpencil seperti Rorurangga ini jelas tidak mudah, apalagi akses dari pulau ini ke daerah lainnya harus ditempuh dengan jarak yang tidak sebentar. Ditambah lagi dengan fasilitas transportasi berupa motor taksi yang belum terlalu memadai.
Saat mengetahui dirinya dapat berangkat umrah melalui travel biro perjalanan haji umrah PT Manasik Haji Umrah (MHU), Ibu Rohani pun tak bisa menyembunyikan rasa haru dan bahagianya.
Dari kampung halamannya yang indah itu, Ibu Rohani berangkat bersama dengan delapan orang keluarga lainnya termasuk dua orang imam dan satu muadzin masjid kampung Rorurangga.
“Saya bahagia sekali. Masih dengar, belum juga lihat dengan mata kepala sendiri, belum juga (tiba) di tempatnya (Baitullah), terasa nikmatnya sudah luar biasa. Alhamdulillah,” kata Ibu Rohani penuh haru, usai mengikuti manasik di Ibis Hotel, Bandara Soekarno Hatta, Jakarta.
Sebagai orang kampung dengan pengasilan tak seberapa, Ibu Rohani merasa amat bahagia dan terharu karena impiannya sejak lama untuk ke Baitullah akhirnya terkabul.
“Kita orang ini tidak punya apa apa, penghasilan hanya dari mancing saja. Hidup di laut memancing ikan. Senang dan bahagia. Luar biasa, Alhamdulillah,” katanya dengan suara bergetar dan mata yang berkaca kaca.
Dilepas Bersama Warga
Keberangkatan Ibu Rohani bersama delapan anggota keluarganya, termasuk dua imam dan satu muadzin, adalah momen yang mengharukan bagi seluruh warga kampung.
Masyarakat berkumpul di pelabuhan Pulau Ende untuk mengantar mereka dengan penuh doa dan harapan. “Mau keluar dari rumah semua menangis, melepas masyarakat desa diantar ke pelabuhan ke Pulau Ende,” kata Ibu Rohani dengan mata berkaca-kaca, mengenang momen perpisahan yang penuh emosional itu.
Bagi Ibu Rohani, bisa umrah ke Baitullah bersama PT Manasik Haji Umrah adalah anugerah luar biasa. Apalagi dia mengaku sudah menabung dan mendaftar sejak 2021 untuk hajat mulianya tersebut.
Walaupun dari ketersediaan dananya secara pribadi belum memadai, Alhamdulillah berkat berbagai kemudahan yang diberikan PT Manasik Haji Umrah, Ibu Rohani akhirnya dapat menunaikan ibadah umrah pada Juli 2024.
Kini Ibu Rohani sudah tiba di Kota Madinah bersama dengan 36 jamaah lainnya. Mereka menginap di Hotel Jawharat Al Rasheed yang dekat dengan Masjid Nabawi dengan jarak hanya sekitar 150 meter.
Selama beberapa hari di Madinah, rombongan akan menjalani serangkaian agenda dan ibadah sebelum nanti melanjutkan safarnya menuju Makkah untuk menunaikan ibadah umrah.
Ibu Rohani tak henti mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas kesempatan istimewa yang diberikan ini, sebuah impian yang telah sejak lama ia dambakan dan kini terwujud. Dia pun mengajak siapapun untuk selalu percaya dan yakin bahwa jika Allah SWT sudah memanggil maka insya Allah akan disampaikan juga ke Baitullah.
“Saya ini bersyukur, saya pesan teman teman dan keluarga, ikutilah yang kami duluan ke sini. Kami bisa umrah, rasanya bagaimana ya rasa hati, deg-degan pak. Kami jalan orang susah dan tua tua semua,” katanya haru.
Impian Ibu Rohani yang tampak mustahil itu kini terwujud, membawa harapan bagi banyak orang di kampung halamannya. Di tengah keterbatasan, ia menunjukkan bahwa mimpi besar bisa diwujudkan dengan usaha dan doa. Ibu Rohani menjadi bukti nyata bahwa dengan keyakinan dan usaha, impian sebesar apapun bisa menjadi kenyataan.*/Zain Amier