Kolonel Inf Rahman Leho Ajak Diaspora Sulteng Terus Rawat Semangat Kekeluargaan

JAKARTA – Kepala Pembinaan Mental Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kabintal Kostrad) TNI Kolonel Inf H. Rahman T. Leho, M.Si, mengajak masyarakat yang tergabung dalam paguyuban Ikatan Keluarga Diaspora Sulawesi Tengah (IKDST) untuk terus merawat semangat kebersamaan dan kekelaurgaan.

ikdst kolonel rahman

“Mari kita terus menjaga keharmonisan melalui tradisi halal bihalal dalam rangka membangun silaturrahim, merawat semangat kekeluargaan sesama anak bangsa, terkhusus bagi kita yang tergabung dalam paguyuban Ikatan Keluarga Diaspora Sulawesi Tengah,” kata Kolonel Inf H. Rahman T. Leho, seperti dilansir Sulteng.news (Nasional Dotnews Network).

Bacaan Lainnya

Hal itu disampaikan Kolonel Inf H. Rahman T. Leho saat menjadi penceramah yang menyajikan hikmah halal bihalal dalam kegiatan Halal bi Halal Ikatan Keluarga Diaspora Sulawesi Tengah (IKDST) di Graha Bhima Sakti, Komplek TNI AU, Pancoran, Jakarta Selatan., Sabtu (11/5/2024).

Dalam ceramahnya, Kolonel Rahman terlebih dahulu mengulas sejarah munculnya tradisi halal bihalal. Dimana ketika itu sekitar pertengahan Ramadhan pada 1948, Presiden Soekarno tengah dihadapkan dengan permasalahan ancaman disintegrasi bangsa yang kian memanas.

Ditengah situasi yang tidak mudah itu, para elit bangsa pada saat itu justru saling bertengkar dan tak mau duduk bersama mencari solusi.

Presiden Soekarno lalu meminta pendapat kepada KH. Wahab Chasbullah untuk mencarikan solusi dalam mengatasi pergesekan antar elit bangsa yang majemuk, beragam suku, budaya, dan agama.

“Saat itu, Presiden Soekarno berpikir bagaimana agar persatuan diperkuat yang semuanya harus dijahit menjadi satu tubuh. Maka tercetuslah nama halal bihalal sebagai langkah dalam melakukan ishlah atau perbaikan hubungan antar anak bangsa,” kata Kolonel Rahman yang juga putra Sulteng ini.

Halal bihalal adalah tradisi yang begitu kental dengan masyarakat muslim di Indonesia, khususnya disaat memasuki bulan Syawal.

Menurut Kolonel Rahman, istilah halal bihalal ini memiliki makna yang sangat dalam. Meskipun menggunakan bahasa Arab, tradisi ini bahkan tidak ditemukan di belahan dunia manapun.

“Halal bihalal adalah satu kebiasaan yang hanya ada di negeri kita. Hal ini muncul sebagai ungkapan saling menghalalkan kesalahan dan kekhilafan. Saling memaafkan satu sama lain, ada harmoni dalam perbedaan” imbuhnya.

Dengan spirit halal bihalal ini, setiap orang sadar tidak ada yang lepas dari kesalahan karena adanya refleksi diri bahwa manusia tempatnya salah dan lupa.

“Idul Fitri dengan kegiatan halal bihalalnya, membuat umat melebur kesalahannya dengan berbagi maaf tanpa sekat yang membatasi,” terangmantan Dandim 1401 Majene tersebut.

Kolonel Inf H Rahman T Leho
Kepala Pembinaan Mental Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat TNI Kolonel Inf H. Rahman T. Leho, M.Si, (kanan) berfoto bersama Gubernur Sulteng H. Rusdy Mastura (Foto: Ist/ Sulteng.news)

IKDST dan Peneguhan Kerukunan

Masih dalam ceramahnya, Kolonel Rahman mengaitkan kondisi kita saat ini, khususnya yang tergabung dalam paguyuban IKDST agar berupaya untuk meneguhkan kerukunan bersama di tengah kemajemukan warga Sulawesi Tengah.

Kolonel Rahma menegaskan, perbedaan ras, agama, suku, budaya, dan bahasa harus menjadi modal bagi semua untuk semakin kuat dan maju, saling mengenal, dan bergotong royong.

“Sehingga dengan spirit halal bihalal ini mengantarkan kita untuk menjadi bangsa yang lebih kuat,” katanya, seraya menukil firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al Qur’an surah Al-Hujurat ayat 13:

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”

Dari ayat tersebut, secara tegas Allah Subhanahu wa Ta’ala menginformasikan kepada kita bahwa awal mula penciptaan manusia adalah berawal dari diri yang satu yaitu tanah. Sehingga tidak elok apabila merendahkan antara satu dengan yang lain karena merasa yang paling baik dan mulia.

Di dalam perspektif peneguhan kesamaan dan kebersamaan, Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta benda kalian, tetapi Dia melihat hati dan amal perbuatan kalian.” (HR Muslim)

Dalam Islam, yang membedakan antara satu dengan yang lain adalah ketakwaan dan amal saleh. Selebihnya semuanya sama dimata Allah Subhanahu wa Ta’ala.

“Kita diseru oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan kalimata ‘Hai sekalian manusia’, tanpa dibatasi oleh agama, ras, suku, budaya dan bahasa,” tegas Perwira Menegah yang juga putra Palu ini.

Kolonel Rahman lantas menutup ceramahnya dengan menekankan pentinya selalu menjaga harmoni dalam perbedaan.

Ia menegaskan, bahwa setiap perbedaan yang dikelola dengan baik, maka akan melahirkan keharmonisan yang menjauhkan kita dari perpecahan dan permusuhan.*/Adam Sukiman

Pos terkait