DALAM kehidupan, terkadang kita diuji dengan cobaan yang begitu berat, namun dari setiap cobaan itu, munculah kekuatan yang tak terduga. Begitulah kisah hidup yang membangkitkan semangat dari sosok yang penuh dengan kegigihan dan ketabahan legenda sepakbola Indonesia ini.
Ya, siapa lagi kalau bukan Kurniawan Dwi Yulianto. Ternyata, sebagai asisten pelatih Como 1907, Kurniawan menjadi salah satu dibalik kesuksesan Como 1907 Promosi ke Serie A.
Legenda hidup sepakbola Tanah Air yang dijuluki “si kurus” ini berhasil membawa Como 1907 promosi ke Serie A musim depan setelah 21 tahun lamanya. Prestasi ini menjadi bukti nyata akan tekad dan kerja kerasnya dalam dunia sepak bola.
Lahir pada tanggal 13 Juli 1976 di kota Magelang, Jawa Tengah, Kurniawan Dwi Yulianto telah menorehkan jejak langkahnya dalam dunia sepak bola sejak usia remaja. Bakatnya yang mengagumkan terlihat jelas saat dia bergabung dengan Diklat Salatiga. Dan dari sinilah, awal perjalanannya menuju puncak kejayaan dimulai.
Melangkah di Bumi Italia
Tanah Italia, sebuah tempat yang memancarkan atmosfer sepak bola yang begitu magis. Kurniawan tidak hanya merasakannya, tetapi juga menjadi bagian dari kehidupan sepak bola Eropa melalui perjalanan di tim Primavera Sampdoria.
Prestasinya di awal karirnya itu membuka jalan bagi kariernya yang gemilang di tanah air, membela warna-warni klub seperti PSM Makassar, Persebaya Surabaya, dan Persija Jakarta.
Namun, di balik gemerlap keberhasilannya, Kurniawan sempat menghadapi masa-masa sulit pada akhir 1990-an. Karier sepak bolanya hampir hancur karena masalah narkoba. Namun, dengan tekad yang bulat dan semangat yang membara, dia mampu melawan badai tersebut dan bangkit kembali.
Bagi pelatih yang pernah menukangi beberapa klub papan atas ini, keterpurukan itu bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari sebuah perjalanan yang lebih berarti.
Lahirkan Bibit Muda
Setelah menggantung sepatu, Kurniawan tidak berhenti di situ. Dia memilih untuk berbagi ilmu dan pengalamannya dengan menjadi seorang pelatih. Dari Chelsea Soccer School Indonesia hingga menjadi asisten pelatih untuk Timnas Indonesia U-23, Kurniawan terus memberikan kontribusi positif bagi perkembangan sepak bola Tanah Air.
Langkah mengejutkan datang ketika Kurniawan Dwi Yulianto kembali ke Italia sebagai asisten pelatih untuk Como 1907 di Serie B. Keputusan ini membawanya untuk bekerja bersama pemain-pemain dan pelatih-pelatih ternama, menambah babak baru dalam perjalanan kepelatihannya.
Tak hanya prestasi dalam sepak bola, Kurniawan juga menunjukkan kepribadian dan integritasnya di luar lapangan. Terlibat dalam investigasi tragedi Kanjuruhan sebagai anggota Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF), dia menunjukkan keberanian dan ketulusannya dalam mencari kebenaran.
Prestasinya tidak hanya terlihat dalam karier sepak bolanya, tetapi juga dalam Piala AFF. Dia telah tampil dalam 5 edisi Piala AFF dan masih menjadi pencetak gol terbanyak bagi Timnas Indonesia di ajang tersebut.
Kisah hidup si kurus ini adalah cerminan dari kegigihan, ketabahan, dan semangat yang tak kenal lelah. Dari keterpurukan hingga kejayaan, dari kegelapan menuju cahaya gemilang.
Kurniawan bukan hanya seorang legenda sepak bola, tetapi juga inspirasi bagi kita semua untuk terus berjuang dan tidak pernah menyerah dalam menghadapi tantangan hidup.
Seperti kata pepatah, “Di balik badai pasti ada pelangi”, begitulah kehidupan Kurniawan, striker paling mematikan di zamannya, penuh dengan warna-warni keberhasilan yang menginspirasi banyak orang. (ybh/nas)