Laga Hidup Mati Pasukan Garuda Menjamu China Menuju Putaran Final Piala Dunia 2026

NN Newsroom

19 Mei 2025

4
Min Read
Foto: dok. PSSI

PADA 5 Juni 2025 mendatang, Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) di Jakarta akan menjadi panggung penentu bagi nasib Timnas Indonesia. Di sanalah, di tengah sorak puluhan ribu suporter, Skuad Garuda akan menghadapi China dalam laga kesembilan putaran ketiga Grup C Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.

Laga kali ini jelas bukan pertandingan biasa. Ini adalah titik balik, mungkin satu-satunya kesempatan tersisa, untuk menjaga asa menembus pentas dunia yang telah lama menjadi impian kolektif bangsa.

Peluang masih terbuka. Tiket langsung ke Piala Dunia bisa diraih jika mampu finis di posisi kedua, atau setidaknya melalui jalur putaran keempat jika berada di peringkat tiga atau empat.

Artinya, laga melawan China akan menjadi ujian sesungguhnya bagi strategi, mental, dan komitmen tim di bawah asuhan Patrick Kluivert. Tidak ada ruang untuk kesalahan.

Posisi Jauh Dari Keadaan Aman

Timnas Indonesia kini menempati peringkat keempat Grup C dengan sembilan poin dari delapan pertandingan. Kemenangan 1-0 atas Bahrain lewat gol tunggal Ole Romeny di Maret 2025 memberi secercah harapan.

Tapi, harapan itu nyaris terhapus setelah kekalahan telak 1-5 dari Australia. Konsistensi masih menjadi tantangan besar. Untuk menjawab tantangan itu, Kluivert memanggil 32 pemain, termasuk kejutan seperti kiper PSM Makassar, Reza Arya Pratama, serta kembalinya Asnawi Mangkualam dan duo kembar Yakob-Yance Sayuri.

Pemusatan latihan di Bali sejak 26 Mei 2025 menjadi momen krusial. Chemistry tim perlu dibangun ulang. Pemain diaspora seperti Kevin Diks dan Dean James, yang baru pulih dari cedera, diharapkan mampu menyuntikkan energi baru.

Indonesia memang unggul tujuh gol dari China secara selisih gol, tapi sejarah tak berpihak: hanya dua kemenangan dari sepuluh pertemuan terakhir.

Kluivert Ditengah Ekspektasi dan Tekanan Publik

Meski begitu, dukungan penuh dari tribun SUGBK, yang tiketnya telah habis terjual, bisa menjadi kekuatan tambahan.

Kluivert, yang mengawali debutnya dengan kekalahan dari Australia, harus menjawab keraguan. Inilah waktunya ia membuktikan kapasitas sebagai manajer di tengah tekanan dan harapan besar publik.

Kehadiran Kluivert di kursi pelatih semula disambut dengan euforia. Tapi euforia itu cepat berubah menjadi ekspektasi dan kini perlahan bergeser menjadi tekanan.

Kita tahu PSSI sudah menggelontorkan investasi besar, termasuk pemusatan latihan dan rekrutmen pemain diaspora. Ini bukan proyek jangka pendek—ini tentang transformasi yang dimulai sejak era Shin Tae-yong. Kluivert wajib menjawabnya dengan kinerja nyata.

Taktik matang, rotasi pemain yang presisi, dan manajemen mental yang solid menjadi prasyarat mutlak. China bukan lawan mudah, tapi punya titik lemah—terutama di sektor belakang—yang bisa dimanfaatkan jika Indonesia bermain disiplin.

Kritik terhadap Kluivert tak bisa diabaikan. Filosofi sepak bola Eropa yang ia bawa belum sepenuhnya menyatu dengan karakter tim. Namun, kemenangan atas Bahrain menunjukkan adaptasi itu sedang berlangsung.

Kesempatan Emas dan Kegagalan Bukan Opsi

Laga melawan China akan menjadi tolak ukur. Sejauh mana Kluivert bisa memaksimalkan potensi Romeny, yang telah mencetak dua gol dari dua penampilan? Seberapa kokoh Jay Idzes mampu memimpin lini belakang?

Jika gagal meraih tiga poin, tekanan dari publik dan federasi bisa memuncak. Apalagi laga pamungkas melawan Jepang di Suita City Football Stadium pada 10 Juni 2025 dipastikan jauh lebih berat.

Inilah momen emas. Dengan dua pertandingan tersisa, kemenangan atas China akan mengokohkan posisi Indonesia di empat besar Grup C. Dukungan suporter, yang pada laga kontra Bahrain menjadi kekuatan nyata, kembali diharapkan menciptakan atmosfer yang mengguncang.

Namun, sekali lagi, modal semangat saja tak cukup. Keberhasilan bergantung pada eksekusi strategi dan disiplin penuh di lapangan.

Laga 5 Juni nanti bukan semata perjumpaan dua negara yang memiliki catatan jomplang kepesertaan dalam kompetisi resmi internasional level dunia. Ia adalah refleksi dari ambisi sebuah bangsa yang ingin melihat Merah Putih berkibar di Piala Dunia 2026.

Patrick Kluivert dan stafnya kini berdiri di persimpangan. Apakah mereka akan mengubah investasi dan harapan menjadi hasil nyata? Atau justru tenggelam dalam gelombang ekspektasi?

Bagaimanapun, kita harus selalu optimis. Dengan persiapan yang matang dan dukungan publik, Garuda punya peluang mengatasi China.

Pada titik ini, kegagalan bukan opsi. Inilah saatnya membuktikan bahwa Timnas Indonesia bukan lagi sekadar penggembira di Asia, melainkan penantang serius di jalan menuju panggung dunia.[]

EDITORIAL NASIONAL

TERKAIT LAINNYA