Laporan TomTom Traffic Ungkap Wajah Baru Kemacetan Nasional, Bandung Juara

Ardillah M Nurdin

Kamis, 17 Juli 2025

Kota Bandung memiliki jalur sepeda terpanjang di dunia (Foto: Dok. Humas Bandung)

NASIONAL.NEWS — Laporan TomTom Traffic Index 2024 menempatkan Bandung sebagai kota juara dengan waktu tempuh rata-rata terlama di Indonesia.

Kota ini mencatat durasi perjalanan sejauh 10 kilometer mencapai 32 menit 37 detik, disusul Medan (32:03), Palembang (27:55), Surabaya (26:59), dan Jakarta (25:31).

Meski kerap diasosiasikan sebagai kota paling macet, Jakarta justru berada di posisi kelima dalam daftar ini.

TomTom, perusahaan teknologi asal Belanda, menganalisis kemacetan lalu lintas di lebih dari 500 kota di 62 negara.

Data dikumpulkan dari sistem floating car data (FCD), yang berasal dari perangkat navigasi kendaraan aktif.

“Sepanjang 2024, TomTom mencatat setidaknya 737 miliar kilometer perjalanan sebagai bahan analisis,” tertulis dalam laporan tersebut.

12 Indikator Penilaian

Penilaian dilakukan melalui 12 indikator, termasuk waktu tempuh per kilometer, tingkat kemacetan, total waktu terbuang saat jam sibuk, dan panjang antrean kendaraan.

Bandung menempati posisi ke-12 secara global dalam waktu tempuh terpanjang. Tingkat kemacetan kota ini mencapai 48 persen, dengan 108 jam per tahun waktu terbuang akibat kemacetan saat jam sibuk.

Kemacetan tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah kendaraan. Berbagai studi internasional menunjukkan bahwa penyebab kemacetan terbagi dalam dua level: mikro dan makro.

Laporan European Conference of Ministers of Transport (ECMT) menyebut, “Kemacetan dipicu oleh faktor mikro di lapangan, namun didorong oleh dinamika makro.”

Faktor mikro mencakup kejadian di jalan seperti kecelakaan, sinyal lalu lintas, hingga perilaku pengguna jalan. Sedangkan faktor makro meliputi pertumbuhan penduduk, pola pekerjaan, hingga tata guna lahan.

Korelasi Aktivitas Ekonomi dan Jumlah Penduduk

Analisis oleh Kolak dan Wach menunjukkan korelasi antara peningkatan aktivitas ekonomi dan jumlah penduduk dengan tingkat kemacetan.

Transportation Research Board mengidentifikasi tujuh penyebab utama, termasuk cuaca, zona konstruksi, acara khusus, dan kapasitas jalan yang tidak memadai.

Lebih lanjut, Federal Highway Administration membaginya dalam tiga kategori: peristiwa lalu lintas (cuaca, konstruksi), fluktuasi permintaan, dan kondisi fisik jalan.

Riset dari Afrin dan Yodo menambahkan variabel penyempitan jalan atau bottleneck, sistem lalu lintas yang lemah, serta kejadian tak terduga.

Di Ghana, studi Agyemang dan Agyapong menyoroti tata kota, perilaku pengguna jalan, dan ketidakteraturan angkutan umum sebagai faktor krusial.

Dengan dimensi penyebab yang kompleks, laporan ini menggarisbawahi pentingnya pendekatan multidisipliner dalam memahami dan mengatasi kemacetan di kota-kota besar.

TERKAIT LAINNYA