DEPOK – Ada banyak cara untuk memanfaatkan waktu dengan hal bermanfaat. Hal itulah yang dilakukan oleh Departemen Kerohaniaan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Hidayatullah, Sabtu malam Minggu (24/2/2024).
Kegiatan ini sudah kesekian kalinya digelar dengan memanfaatkan venue lapangan basket di lingkungan kampus STIE Hidayatullah di bilangan Kebon Duren, Kelurahan Kalimulya, Kecamatan Cilodong, Jawa Barat ini.
Di sudut lapangan, satu persatu anak muda datang dan duduk di alas terpal biru. Mereka tertawa riang, berbagi cerita, dan menikmati kebersamaan di bawah sinar lampu yang memancar lembut di atas kepala mereka.
Sambil menyeruput kopi ditemani kudapan kacang dan rebus rebusan lainnya, malam itu rasanya seperti sebuah pesta rahasia di alam semesta, di mana setiap orang merasa di rumah dan diterima dengan hangat.
Acara bertajuk Ngobrol Perkara Iman atau Ngopi ini dimulai dengan pembacaan ayat suci Al Qur’an yang dengan merdu dilantunkan oleh Hamdi, mahasiswa semester 2 asal Filipina.
Hadir pula membersamai pada kesempatan tersebut Waka Kemahasiswaan STIE Hidayatullah, Alfarobi Nurkarim, dan Abdul Holik selaku musyrif.
Ketua BEM STIE Hidayatullah Giri Novela Azali dalam sambutannya menyampaikan, program Ngopi merupakan agenda rutin yang digelar kabinetnya sebagai mimbar terbuka untuk menyerap ilmu dan spirit dari narasumber.
“Melalui kegiatan ini, temen temen juga bisa langsung berdiskusi dan bertanya kepada narasumber,” kata Giri.
Dia menambahkan, kegiatan ini akan digulirkan terus dengan melibatkan tidak hanya mahasiswa tetapi juga generasi muda yang duduk di bangku SMA.
“Kali ini, karena sudah dekat Ramadhan, kita angkat tema mempersiapkan diri untuk menggapai bulan suci,” tandasnya.
Tiga Dimensi Puasa
Sementara itu, Ainuddin Chalik sebagai narasumber menyampaikan materi tentang relevansi puasa Ramadhan dengan kehidupan seorang muslim.
Dia mengatakan, ibadah puasa, termasuk puasa di bulan suci Ramadhan, memiliki banyak relevansi dengan kehidupan seorang muslim dalam masyarakat, baik secara spiritual, sosial, maupun personal.
Secara spiritual, puasa akan meningkatkan ketaqwaan kepada Allah. Apalagi puasa Ramadhan yang merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dijalankan oleh setiap muslim yang baligh dan berakal sehat.
“Dengan menjalankan puasa, seorang muslim menunjukkan ketaatan dan kepatuhannya kepada Allah,” katanya.
Puasa Ramadhan tidak hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan hawa nafsu dan emosi. Maka, secara spiritual, puasa akan mengantar muslim untuk mensucikan diri dari dosa dan meningkatkan kualitas spiritualnya.
Dari dimensi sosial, jelas Ainuddin, puasa yang dilakukan akan meningkatkan rasa empati dan kepedulian terhadap sesama. Karena dengan puasa, kita akan merasakan bagaimana rasanya lapar dan haus sehingga dapat meningkatkan rasa empati serta kepedulian terhadap orang lain yang kurang mampu.
“Dimensi sosial dari puasa Ramadhan juga merupakan momen kebersamaan, dimana ia dirayakan oleh seluruh umat Islam di dunia sehingga akan semakin memperkuat rasa persatuan dan kesatuan umat Islam,” imbuhnya.
Lebih jauh, puasa Ramadahan secara sosial juga mendorong kebiasaan berbagi dan bersedekah dengan adanya kewajiban zakat fitrah. Dengan berbagai kegiatan sosial, seperti buka puasa bersama, pembagian zakat, dan santunan kepada anak yatim piatu, dimensi ini mendorong kebiasaan berbagi dan bersedekah di antara umat Islam.
Berikutnya, puasa dengan dimensi personal. Dimensi ini melatih kedisiplinan dan kontrol diri dimana seorang muslim dituntut disiplin dalam menahan lapar dan haus, serta mengendalikan hawa nafsu dan emosi.
Secara personal puasa juga mengantar kita lebih sadar akan kesehatan fisik dan mental karena puasa Ramadhan telah terbukti memiliki banyak manfaat bagi kesehatan seperti meningkatkan metabolisme tubuh, membuang racun dalam tubuh, dan meningkatkan fokus dan konsentrasi.
Lebih jauh, terang dia, puasa yang benar juga akan mengantar pelakunya secara personal membentuk karakter yang kuat, seperti sabar, tekun, dan pantang menyerah.
“Semoga kita dapat menjalankan puasa Ramadhan tahun ini dengan penuh maksimal dan Allah Ta’ala mampukan kita meriah predikat takwa,” tandasnya.
Acara kemudian dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab. Peserta cukup antusias dalam sesi ini.
Mereka yang terlibat dalam sesi tanya jawab diantaranya ada Agus Sugianto, mahasiswa asal Labuan Bajo, Fajar Satria, mahasiswa asal Banten, dan Husein, murid kelas 3 SMA Sekolah Pemimpin (SP) yang berasal dari Liang, Ambon, Maluku.*/Abdullah Stalin