Membangun Kepemimpinan Digital untuk Penyiaran Publik Masa Depan

NN Newsroom

20 Mei 2025

3
Min Read
Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria dalam Pembukaan Program Pelatihan Digital Leadership Academy Mitra LPP RRI Tahun 2025 di RRI Multiplatform Broadcast Center, Depok, Jawa Barat, Senin, 19 Mei 2025 (Foto: dok. Komdigi/ komdigi.go.id)

NASIONAL.NEWS — Transformasi digital bukan lagi sebuah pilihan, melainkan keniscayaan, terutama bagi lembaga penyiaran publik seperti Radio Republik Indonesia (RRI).

Dalam menghadapi tantangan era disrupsi media, Kementerian Komunikasi dan Digital melalui Program Digital Leadership Academy (DLA) mendorong penguatan kapasitas pemimpin digital di tubuh RRI.

Langkah ini merupakan bagian dari strategi nasional untuk memastikan media publik tetap relevan, inklusif, dan adaptif terhadap dinamika zaman.

Wakil Menteri Komunikasi dan Digital, Nezar Patria, menyampaikan bahwa DLA bertujuan untuk membekali para pemimpin RRI dengan keterampilan strategis dalam menghadapi kompleksitas dunia digital.

Dalam sambutannya saat membuka Pelatihan Digital Leadership Academy Mitra LPP RRI Tahun 2025 di Depok (19/5/2025), ia menegaskan pentingnya upskilling bagi para pemimpin RRI dari berbagai daerah di Indonesia.

“Pelatihan ini diharapkan menjadi momentum untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan digital para pimpinan RRI,” ujar Nezar.

Nezar menegaskan urgensi untuk tidak hanya mengadopsi teknologi, tetapi juga menciptakan perubahan budaya organisasi yang mengedepankan inovasi, ketangkasan, dan keberpihakan pada kepentingan publik.

Sebagai lembaga penyiaran milik negara dan aset bangsa, RRI dituntut tidak hanya bertahan, tetapi juga bertransformasi menjadi media yang kompetitif dan mampu menjangkau masyarakat luas di berbagai platform.

Inovasi Digital sebagai Pilar Relevansi

Nezar Patria mengapresiasi langkah-langkah inovatif RRI dalam mengadopsi teknologi digital. Namun, ia menekankan bahwa transformasi digital bukanlah proses yang selesai dalam satu tahap, melainkan sebuah proses berkelanjutan.

Dalam lanskap media yang semakin kompleks dan heterogen—ditandai oleh dominasi platform digital, kecerdasan buatan, dan personalisasi konten—RRI dituntut untuk terus berinovasi agar tetap menjadi suara rakyat.

Dalam konteks ini, kemampuan untuk mengolah data, memanfaatkan kecerdasan buatan (AI), dan mengintegrasikan otomasi dalam proses produksi dan distribusi konten menjadi kebutuhan strategis.

Tantangan utamanya bukan hanya pada aspek teknologi, tetapi juga pada kesiapan sumber daya manusia dan visi kepemimpinan yang berorientasi ke masa depan.

Perubahan Paradigma Penyiaran Publik

Direktur Utama LPP RRI, Hendrasmo, menggarisbawahi pentingnya penguatan kapasitas pemimpin RRI agar mampu membaca arah perubahan industri penyiaran.

Menurutnya, program DLA relevan untuk mendorong RRI masuk lebih dalam ke dalam ekosistem digital nasional. Tema pelatihan tahun ini, “Smart Digital Broadcaster: Optimalisasi Ekosistem Penyiaran Multiplatform LPP RRI”, mencerminkan pendekatan strategis yang mencakup tidak hanya aspek teknologi, tetapi juga perubahan pola pikir.

“RRI harus memperkuat perannya dalam ekosistem digital nasional, tidak hanya lewat teknologi cerdas seperti AI dan data analitik, tetapi juga melalui transformasi budaya kerja dan pola pikir digital,” tegas Hendrasmo.

Menurutnya, transformasi digital di tubuh RRI harus dimaknai sebagai transformasi menyeluruh—bukan hanya teknis, tetapi juga struktural dan ideologis.

Dalam dunia yang makin dipengaruhi oleh logika algoritma, media publik seperti RRI perlu mempertahankan nilai-nilai demokrasi, kebinekaan, dan keberpihakan terhadap suara rakyat kecil, seraya tetap kompetitif dalam penyajian informasi.

Masalah dan Tantangan Terkini

Di tengah gempuran media sosial dan konten viral yang seringkali bias dan dangkal, RRI punya peluang besar untuk mengisi ruang informasi publik yang kredibel dan berkualitas.

Namun tantangan, utamanya adalah trust deficit terhadap media konvensional, serta ketertinggalan dalam adopsi format digital yang digemari generasi muda.

Sebagai lembaga publik, RRI juga harus menjawab ekspektasi publik akan transparansi, kecepatan, dan interaktivitas. Kualitas kepemimpinan digital di lingkungan internal RRI akan sangat menentukan apakah lembaga ini bisa tetap menjadi institusi penyiaran yang kuat secara teknologis dan bermakna secara sosial.

Jika RRI gagal beradaptasi, maka ancaman terbesarnya bukan hanya kehilangan pendengar, tetapi juga kehilangan relevansi sosial di tengah masyarakat digital yang terus bergerak maju.

TERKAIT LAINNYA