Mengapa Jokowi Tidak Hadir di Acara Reunian Para Mantan Gubernur Jakarta

Jelang pergantian tahun 2025 beberapa waktu lalu, sebuah momen yang digadang-gadang sebagai reuni akbar para mantan gubernur Jakarta malah menyisakan cerita menarik—dan tentu saja, bahan spekulasi tanpa akhir.

Bertempat di Balai Kota Jakarta, acara “Bentang Harapan JakAsa” dihadiri oleh para mantan Gubernur Jakarta seperti Sutiyoso, Fauzi Bowo, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, Djarot Saiful Hidayat, hingga Anies Baswedan. Namun, ada satu sosok yang absen dan membuat publik bertanya-tanya: mantan gubernur sekaligus mantan presiden RI, Joko Widodo.

IMG 1024

Alasan Jokowi tidak hadir? Oh, sangat sederhana, katanya. “Ada acara di Surakarta, jadi tidak bisa hadir,” ungkapnya ringan, seakan-akan urusan menyambut tahun baru bersama mantan-mantan kolega politiknya adalah perkara sepele.

Bayangkan, sebuah acara yang diinisiasi Pemerintah Provinsi Jakarta dan Penjabat Gubernur Teguh Setyabudi ini digelar demi mempererat hubungan para mantan pemimpin Jakarta, namun salah satu figur terpenting memilih absen karena “acara kecil-kecilan” di Solo. Sebuah alasan yang terdengar begitu klise dan—mohon maaf—sangat tidak meyakinkan.

“Hubungan Kami Baik-Baik Saja”

Ketika ditanya apakah ketidakhadirannya disebabkan oleh hubungan yang kurang harmonis dengan Anies dan Ahok, Jokowi dengan enteng menjawab, “Baik-baik saya dengan semuanya. Baik-baik saya dengan Pak Ahok dan Pak Anies.” Oh, tentu saja, hubungan itu baik—setidaknya di depan kamera.

Tapi mari kita berpikir sejenak. Mengingat suasana politik belakangan ini yang penuh dengan adu manuver, apakah mungkin ketidakhadiran ini semata-mata karena acara di Solo?

Apalagi, Jokowi sendiri mengaku bahwa sudah berbulan-bulan tidak bertemu langsung dengan Anies maupun Ahok. Kalau benar hubungannya baik-baik saja, bukankah momen seperti ini adalah kesempatan sempurna untuk sekadar bertatap muka dan mempererat tali silaturahmi?

Keakraban yang Mengejutkan

Hal menarik lainnya dari acara tersebut adalah kehadiran Anies Baswedan dan Ahok dalam satu panggung. Kita semua tahu, kedua tokoh ini pernah terlibat dalam rivalitas politik yang sangat panas saat Pilgub DKI 2017. Namun, pada malam itu, mereka terlihat akrab, bahkan sempat bercanda dan berbagi tawa.

Ini barangkali sebuah pemandangan yang mungkin membuat sebagian orang bertanya-tanya: apakah ini bentuk rekonsiliasi tulus, atau hanya sekadar formalitas untuk kepentingan pencitraan?

Yang jelas, publik tentu tidak lupa bagaimana perseteruan antara Anies dan Ahok menjadi salah satu episode politik paling dramatis di Indonesia. Kini, melihat mereka saling melempar senyum di Balai Kota, rasanya seperti menonton drama yang alurnya tiba-tiba berubah arah.

Spekulasi Retaknya Hubungan Jokowi dengan Anies dan Ahok

Kembali ke topik utama: absennya Jokowi. Banyak pihak menduga bahwa ketidakhadiran ini adalah sinyal bahwa hubungan Jokowi dengan Anies dan Ahok memang sedang tidak harmonis. Meski Jokowi berulang kali menepis isu tersebut, faktanya adalah: politik bukan sekadar soal kata-kata, tetapi juga simbol dan gestur.

Ketika seorang mantan gubernur sekaligus mantan presiden yang pernah menjadi pusat perhatian di Jakarta tidak hadir dalam acara sebesar ini, sulit rasanya untuk tidak mengaitkannya dengan dugaan adanya keretakan hubungan. Apalagi, isu kerenggangan antara Jokowi dan Anies sudah lama berhembus sejak Anies menjabat sebagai gubernur Jakarta.

Hubungan dengan Ahok pun bukan tanpa friksi. Meskipun Ahok adalah salah satu sosok yang paling dekat dengan Jokowi di masa lalu, perubahan dinamika politik bisa saja mengubah hubungan personal mereka.

Ahok kini lebih dikenal sebagai mantan Komisaris Utama Pertamina, sementara Jokowi telah melewati dua periode masa jabatan sebagai presiden. Barangkali, kesibukan dan perbedaan jalur politik membuat hubungan itu merenggang.

Oh, ya, mari kita tidak lupa soal kain putih sepanjang 500 meter yang dibentangkan di Balai Kota hingga Monas. Kain ini diisi dengan pesan-pesan dan harapan masyarakat Jakarta dalam menyambut tahun baru. Sebuah simbol yang indah, memang. Tapi apakah kain putih ini cukup untuk menutupi “noda” ketidakhadiran Jokowi?

Publik berharap adanya momen reuni yang mengesankan, tetapi justru disuguhi drama politik yang lebih menarik untuk dibahas. Kain putih itu, meski penuh dengan harapan, tidak mampu menyembunyikan kenyataan bahwa ada sesuatu yang janggal dalam hubungan para mantan gubernur.

Pada akhirnya, kita bisa menyimpulkan satu hal: politik adalah panggung drama tanpa akhir. Setiap gestur, setiap kata, bahkan setiap ketidakhadiran memiliki makna tersendiri. Apakah absennya Jokowi benar-benar hanya karena acara di Solo, atau ada alasan lain yang lebih kompleks? Kita mungkin tidak akan pernah tahu pasti.

Namun, yang jelas, momen seperti ini adalah pengingat bahwa di balik senyum dan tawa para politikus, selalu ada cerita yang tidak terungkap. Dan bagi kita, masyarakat biasa, cukup duduk manis, menikmati drama politik ini, dan bersiap untuk babak berikutnya. (jyt/nas)

Pos terkait