PENDIDIKAN Kewarganegaraan (PKn) memainkan peran strategis dalam membentuk generasi bangsa yang sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga negara. Salah satu pendekatan inovatif dalam PKn modern adalah konsep civic happiness.
Lebih dari sekadar kesejahteraan material, civic happiness menekankan keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan lahir dan batin, keadilan sosial, serta pemberdayaan individu dalam masyarakat yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila.
Konsep civic happiness merujuk pada kebahagiaan warga negara yang tidak hanya terfokus pada aspek material tetapi juga aspek mental, spiritual, dan sosial. Sebagai visi yang terintegrasi dalam PKn, civic happiness menjadi manifestasi konkret dari keadilan sosial yang diamanatkan oleh Pancasila, terutama sila kelima.
Martin Seligman, seorang psikolog positif, menegaskan bahwa kebahagiaan dapat dicapai melalui praktik kebajikan yang konsisten, yang relevan dengan pendekatan pendidikan berbasis nilai Pancasila.
Tiga jenis kebahagiaan menurut Seligman, yakni kehidupan yang menyenangkan (pleasures), kehidupan yang baik (engagement), dan kehidupan yang bermakna (meaning), memberikan landasan teoritis untuk mengembangkan civic happiness dalam PKn.
Konsep ini memandu siswa untuk tidak hanya memahami tetapi juga menginternalisasi nilai Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah, dan keadilan sosial dalam kehidupan sehari-hari.
Civic Happiness dan Keadilan Sosial
Dalam konteks keadilan sosial, civic happiness menekankan pentingnya kesejahteraan sosial yang inklusif dan berkelanjutan.
Indonesia sebagai negara-bangsa yang menganut asas Ketuhanan, sebagaimana termaktub dalam Pasal 29 Undang-Undang Dasar 1945, memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa seluruh warga negara dapat menikmati hak-hak dasar mereka, baik dalam aspek lahir maupun batin.
PKn sebagai salah satu wahana pendidikan formal harus mampu menjadi instrumen untuk, Pertama, meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kedua, memupuk karakter humanis dan tanggung jawab sosial, dan, Ketiga, mengembangkan kecerdasan digital untuk memberdayakan individu dan komunitas.
Dengan demikian, civic happiness menjadi pondasi dalam mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, dan bahagia.
Dalam pada itu, PKn modern harus mampu beradaptasi dengan kebutuhan zaman. Metode pembelajaran yang kolaboratif, kontekstual, dan partisipatif menjadi kunci untuk menciptakan pengalaman belajar yang bermakna.
Salah satu pendekatan yang relevan adalah konsep flow yang diperkenalkan oleh Mihaly Csikszentmihalyi. Flow menggambarkan keadaan di mana seseorang sepenuhnya tenggelam dalam aktivitas yang mereka nikmati, sehingga menghasilkan kebahagiaan yang mendalam.
Dalam konteks PKn, flow dapat dicapai diantaranya, melalui pengajaran berbasis proyek yang relevan dengan isu-isu sosial, diskusi kelompok yang mendorong keterlibatan siswa dalam pemecahan masalah, dan penggunaan teknologi digital untuk eksplorasi nilai-nilai kewarganegaraan.
Dengan pendekatan ini, siswa tidak hanya memahami teori civic happiness tetapi juga merasakan dampaknya secara langsung dalam kehidupan mereka.
Relevansi dengan Nilai Pancasila
Nilai-nilai Pancasila sangat relevan dengan konsep kebahagiaan yang hakiki. Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah, dan keadilan sosial adalah prinsip-prinsip yang tidak hanya membentuk dasar moral tetapi juga memberikan kerangka kerja untuk mencapai kebahagiaan warga negara.
Jika dijabarkan, Sila Pertama, menekankan pentingnya keimanan dan ketakwaan sebagai fondasi kebahagiaan spiritual. Sila Kedua dan Ketiga, mendorong persatuan dan solidaritas antarwarga negara sebagai sumber kebahagiaan sosial. Sila Keempat, mengajarkan musyawarah sebagai mekanisme untuk menyelesaikan konflik secara damai, dan Sila Kelima, menuntut keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sebagai landasan kesejahteraan material.
PKn harus mampu menghubungkan nilai-nilai ini dengan teori-teori kebahagiaan modern seperti yang dikemukakan oleh Seligman dan Csikszentmihalyi, sehingga pembelajaran tidak hanya berbasis teori tetapi juga berdampak nyata.
Civic happiness bukan hanya tujuan tetapi juga modal sosial bagi pembangunan bangsa. Warga negara yang bahagia cenderung lebih produktif, kreatif, dan berdaya saing.
Dengan bahagia, mereka juga akan lebih cenderung berkontribusi dalam aksi sosial yang partisipatif, yang pada akhirnya memperkuat demokrasi dan mempercepat pencapaian keadilan sosial.
PKn harus memastikan bahwa pembentukan karakter siswa mencakup pengembangan iman dan takwa, keterampilan sosial, kecerdasan digital, serta kepekaan terhadap isu-isu global. Dengan begitu, civic happiness tidak hanya menjadi visi tetapi juga realitas yang dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.
Dengan berlandaskan nilai-nilai Pancasila, civic happiness menjadi paradigma baru yang memadukan kesejahteraan material dan spiritual, pembentukan karakter, serta pemberdayaan individu dengan bekal kemampuan untuk menjadi agen perubahan dalam mewujudkan keadilan sosial yang inklusif dan berkelanjutan.
*) Agil Nanggala, penulis dosen Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung