PARA raksasa teknologi belakangan ini menggemparkan dunia kerja dengan gelombang PHK yang tak terduga. Sejumlah perusahaan besar seperti Alphabet, Amazon, Meta, dan Microsoft tidak luput dari aksi PHK ini.
Bahkan eBay, Unity Software, SAP, dan Cisco turut mengalami hal serupa. Wall Street, dengan mayoritas dukungan, memandang langkah perampingan ini sebagai strategi untuk meningkatkan efisiensi dan keuntungan perusahaan.
Namun, di balik kenaikan rekor saham, ribuan karyawan teknologi harus menghadapi kenyataan pahit: kehilangan pekerjaan mereka.
Menurut data dari Layoffs.fyi, sejak awal tahun ini saja, lebih dari 50.000 pekerja di lebih dari 200 perusahaan teknologi telah diberhentikan.
Angka ini merupakan kelanjutan dari tahun sebelumnya, di mana lebih dari 260.000 pegawai di hampir 1.200 perusahaan teknologi kehilangan pekerjaan.
PayPal, sebagai salah satu contoh, mengumumkan PHK sebesar 9% dari tenaga kerjanya pada bulan Januari, yang setara dengan sekitar 2.500 karyawan.
Tantangan Pasca PHK
Tidak hanya para karyawan yang baru di-PHK, namun juga para mantan karyawan teknologi yang telah berkecimpung di industri ini selama bertahun-tahun mengalami kesulitan yang sama dalam mencari pekerjaan baru.
Mereka menemukan bahwa pasar tenaga kerja semakin kompetitif dengan persyaratan kualifikasi yang ketat dan gaji yang lebih rendah dibandingkan pekerjaan sebelumnya.
Bagi para developer dan ilmuwan data, realitas ini merupakan pukulan telak. Mereka yang dulu dianggap memiliki keterampilan paling berharga dan bernilai tinggi di dunia sekarang harus bersaing ketat demi mendapatkan pekerjaan dengan imbalan yang mungkin lebih rendah dari sebelumnya.
Banyak di antara mereka bahkan mempertimbangkan untuk meninggalkan industri teknologi ini demi kesempatan yang lebih baik.
Salah satu contoh yang mencengangkan adalah kisah Allison Croisant, seorang ilmuwan data berpengalaman yang di-PHK oleh PayPal awal tahun ini.
“Semua orang juga terkena PHK,” kata Croisant, yang tinggal di Omaha, Nebraska, dikutip Nasional.news dari CNBC.
Croisant, yang telah memiliki pengalaman sekitar satu dekade, menggambarkan proses mencari pekerjaan saat ini sebagai sesuatu yang ‘gila’.
Croisant harus bersaing dengan ratusan pesaing untuk mendapatkan pekerjaan, dan akhirnya harus menerima peran analis data tingkat rendah dengan pengurangan gaji yang signifikan.
Bahkan bagi mantan karyawan Google, yang selama ini dianggap sebagai rumah bagi para elit teknologi, tantangan mencari pekerjaan yang mempertahankan tingkat gaji sebelumnya tidaklah mudah.
Google sendiri telah melakukan aksi PHK besar-besaran, memangkas ratusan posisi pada berbagai divisi.
Bagi mereka yang terdampak, mendapatkan pekerjaan yang sepadan dengan penghasilan sebelumnya menjadi sebuah perjuangan.
Tentu saja, kondisi ini menunjukkan bahwa industri teknologi tidak lagi menjadi tempat yang ‘aman’ atau ‘mentereng’ bagi para pekerja.
Tantangan yang dihadapi oleh ribuan karyawan yang terkena PHK adalah sebuah cerminan dari dinamika pasar tenaga kerja yang semakin kompleks.
Semoga dengan kesabaran dan ketekunan, mereka dapat menemukan titik terang di tengah gelapnya pasar kerja yang kini penuh dengan ketidakpastian. (ybh/nas)