NASIONAL.NEWS — Komitmen Pemerintah Kota (Pemkot) Malang dalam meningkatkan kualitas pendidikan kembali mendapatkan pengakuan di tingkat nasional.
Capaian ini ditunjukkan melalui peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang mencapai 84,68 pada tahun 2024, naik 0,68 poin dari tahun sebelumnya.
Pencapaian tersebut menempatkan Kota Malang sebagai peringkat kedua tertinggi di Jawa Timur.
Sejalan dengan itu, Pemkot Malang juga mengalokasikan anggaran sebesar Rp7,08 miliar untuk pembangunan dan rehabilitasi sarana prasarana sekolah dasar dan menengah pertama sepanjang tahun 2025.
Komitmen Pemda Malang
Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, menyatakan bahwa langkah ini merupakan bagian dari komitmen besar daerah dalam memastikan kualitas pendidikan tetap menjadi prioritas utama.
“Kami terus berupaya menciptakan sistem pendidikan yang transparan, berkeadilan, dan inklusif,” ujarnya.
Upaya tersebut mendapatkan apresiasi nasional melalui penghargaan Apresiasi Daerah Peduli Akses dan Infrastruktur Pendidikan yang diterima Kota Malang.
Penghargaan ini diserahkan langsung oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) RI, Abdul Mu’ti, kepada Wali Kota Malang pada Malam Puncak HUT ke-14 Kompas TV bertajuk “Harmones14” di Jakarta, Kamis (11/9/2025).
Penghargaan tersebut diberikan sebagai bentuk pengakuan terhadap konsistensi Kota Malang dalam memperluas akses pendidikan yang merata serta memperkuat infrastruktur pendidikan.
“Pendidikan adalah modal utama untuk mencetak sumber daya manusia unggul yang mampu mendorong kemajuan daerah,” tegas Wahyu Hidayat.
Berbagai program telah dijalankan untuk mendukung visi tersebut. Pemkot Malang menyediakan beasiswa, bantuan pendidikan, seragam gratis, hingga bus sekolah.
Infrastruktur pendidikan juga diperkuat melalui revitalisasi sekolah, pembangunan akses jalan, serta dukungan digitalisasi berupa jaringan internet dan perangkat digital.
Selain itu, program Sekolah Rakyat SRMP 16 menjadi wujud nyata kontribusi Kota Malang terhadap program prioritas nasional.
“Alhamdulillah Kota Malang menjadi satu dari seratus pemda yang sudah melaksanakan kebijakan ini,” ungkap Wali Kota.
Progran Jarik Ma’Siti
Langkah inklusif juga diperlihatkan melalui keberadaan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Layanan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), yang memberikan perhatian bagi anak-anak autis dan berkebutuhan khusus lainnya.
Program inovatif seperti Jarik Ma’Siti turut direplikasi di sejumlah sekolah negeri untuk memperluas akses pendidikan inklusif.
Dampak dari kebijakan tersebut mulai terlihat. Data menunjukkan bahwa jumlah Anak Tidak Sekolah (ATS) berhasil ditekan hingga 41 persen. Dari 5.555 anak pada tahun 2024, kini tinggal sekitar 3.250 anak di tahun 2025.
“Ini tantangan bersama yang harus dihadapi seluruh satuan pendidikan. Kami mendorong kolaborasi dan aksi nyata untuk membangun ekosistem pendidikan yang memulihkan dan memberdayakan anak-anak kita,” kata Wahyu.
Apresiasi nasional ini menjadi bukti bahwa Kota Malang terus menjaga komitmen dalam pengembangan akses dan kualitas pendidikan.
“Ke depan tentu tantangannya akan semakin besar, dan diperlukan sinergi serta kolaborasi dari banyak pihak. Mari kita melangkah bersama agar iklim pendidikan di Kota Malang semakin baik ke depannya,” tutup Wali Kota Wahyu.