Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, baru-baru ini menjadi sorotan ketika ia menanggapi permintaan beberapa pihak agar dirinya mendukung Anies Baswedan dalam Pilkada 2024.
Dalam pidatonya di acara PDIP, Jakarta, pada Kamis (22/8/2024), Megawati menyatakan ketidaksetujuannya dan mempertanyakan alasan di balik permintaan tersebut.
“Oh gitu, eh aku bilang, ‘Eh enak saja ya, ngapain gue suruh dukung Pak Anies’, dia bener nih mau sama PDIP? Kalau mau sama PDIP, jangan gitu dong ya, tinggal mau nggak nurut ya, iya dong,” ucap Megawati.
Sikap ini menegaskan pentingnya nilai-nilai konsistensi dan prinsip dalam dunia politik, terutama dalam menghadapi tekanan dan permintaan dari berbagai pihak. Dan, seperti biasa, gaya Megawati selalu memosisikan kader partai sebagai petugas. Kata “mau nggak nurut” adalah bagian dari indikasi langsung akan hal itu.
Tentu saja ungkapan itu akan membuat sebagian pendukung Anies lebih baik tidak maju Pilkada Jakarta, apalagi gabung dengan PDIP. Selain Megawati tidak mudah untuk setuju, Anies juga harus siapkan mental jadi petugas partai.
Insiden yang Menjadi Pemicu
Dalam acara PDIP tersebut, Megawati mengaku terkejut melihat seorang anggota satgas yang membawa gambar Anies Baswedan. Ia bertanya kepada rekan satgas tentang dukungan tersebut, dan hal ini memicu diskusi lebih lanjut mengenai apakah Anies benar-benar siap bekerja sama dengan PDIP dan mematuhi aturan yang berlaku di partai tersebut.
Pertanyaan tentang Dukungan
Megawati secara tegas mempertanyakan, “Untuk apa saya mendukung Anies Baswedan?”
Baginya, dukungan politik bukanlah sesuatu yang bisa diberikan begitu saja tanpa pertimbangan matang. Ia menyatakan bahwa jika Anies ingin mendapatkan dukungan PDIP, ia harus siap mengikuti aturan dan nilai-nilai yang dipegang oleh partai. Hal ini menunjukkan bahwa dalam politik, nilai-nilai dasar seperti integritas dan konsistensi harus menjadi landasan utama dalam pengambilan keputusan.
Kebingungan dan Konsistensi
Megawati juga mengungkapkan kebingungannya karena banyak pihak yang kini mencari dukungan dari PDIP, meskipun sebelumnya tidak ada komunikasi yang jelas. Situasi ini menyoroti pentingnya konsistensi dalam berpolitik.
Sikap Megawati menunjukkan bahwa dukungan politik tidak bisa didasarkan pada kepentingan jangka pendek atau tekanan eksternal, melainkan harus didasarkan pada kesesuaian nilai dan prinsip yang dipegang teguh.
Akan tetapi boleh jadi Megawati lupa, kadernya yang bernama Jokowi, kini benar-benar tidak nurut, bahkan telah melawan, merasa nyaman di bawah pohon Beringin.
Nilai dalam Berpolitik
Dalam politik, nilai-nilai seperti integritas, konsistensi, dan komitmen terhadap prinsip sering kali menjadi kompas yang membimbing para pemimpin dalam mengambil keputusan.
Sebagai contoh, John F. Kennedy pernah mengatakan, “Politics is too important to be left to the politicians alone” yang artinya, “Politik terlalu penting untuk diserahkan hanya kepada para politisi.”
Hal ini menekankan bahwa nilai-nilai moral harus menjadi bagian integral dari setiap keputusan politik. Jika nilai-nilai ini diabaikan, politik bisa berubah menjadi permainan kekuasaan semata, yang pada akhirnya merugikan masyarakat.
Pada akhirnya potensi Anies maju jadi cagub dari PDIP tampaknya menemui jalan terjal. Anies harus siap menjadi petugas dan tentu saja itu akan sulit untuk dia berkiprah dengan cergas.
Namun sisi lain, sikap Megawati Soekarnoputri dalam menanggapi permintaan dukungan untuk Anies Baswedan mengajarkan kita pentingnya nilai dalam berpolitik. Dukungan politik tidak bisa diberikan begitu saja tanpa mempertimbangkan kesesuaian nilai dan prinsip. Boleh jadi Megawati “trauma” dengan fenomena Jokowi, sosok yang diusung kemudian menelikung.
Dalam dunia politik yang penuh dengan tekanan dan kompromi, tetap berpegang pada nilai-nilai inti adalah kunci untuk menjaga integritas dan meraih kepercayaan publik. Anies masih punya kesempatan, tetapi celah sekecil apapun harus jadi peluang untuk melakukan perbaikan bagi bangsa dan negara. Karena Anies memang punya kapasitas.
Kemudian, kita sebagai rakyat dapat belajar bahwa dalam hidup, termasuk berpolitik harus mengutamakan nilai-nilai kebaikan dalam menilai para pemimpin dan keputusan politik yang mereka ambil.*
*) Mas Imam Nawawi, penulis kolumnis Nasional.news