Politisi, Bagaimana Sebenarnya Mereka Berpikir?

pikiran politisi

POLITISI merupakan salah satu profesi yang paling sering disorot oleh publik. Setiap gerak-gerik dan keputusan mereka selalu menjadi perhatian. Tak jarang, perilaku dan manuver politik mereka menimbulkan kegelisahan dan keresahan di kalangan publik.

Seperti hari ini, publik menjadi sangat “resah” melihat manuver dari Partai Nasdem yang menetapkan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin sebagai cawapres Anies Baswedan.

Bacaan Lainnya

Padahal, sebelumnya santer, sempat beredar berita bahwa Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang akan mendampingi Anies maju dalam Pilpres 2024.

Riuh rendah ulasan soal itu pun menjadi trending topic di berbagai platform media, termasuk media sosial. Sebagian menyayangkan itu terjadi, sebagian memandang itu wajar. Dan, yang lain juga menilai manuver itu perlu sebagai upaya konkret untuk menang pilpres 2024.

Lalu, bagaimana sebenarnya para politisi berpikir? Apa yang menjadi pertimbangan mereka dalam mengambil keputusan?

Pengaruh Ideologi

Salah satu faktor yang paling dominan dalam cara berpikir seorang politisi adalah ideologi. Ideologi merupakan seperangkat keyakinan dan nilai-nilai yang mendasari tindakan seseorang.

Politisi yang memiliki ideologi yang kuat akan cenderung mengambil keputusan yang sejalan dengan ideologinya tersebut. Misalnya, politisi yang memiliki ideologi sosialis akan cenderung mengambil keputusan yang anti-kapitalisme.

Dalam tataran ini, sebagian publik menilai Partai Demokrat sebaiknya tidak meninggalkan koalisi perubahan. Karena secara ideologi agak sukar untuk bisa berkompromi dengan PDIP. Karena pandangan ideologinya tidak bertemu.

Pengaruh Kepentingan Pribadi

Selain ideologi, kepentingan pribadi juga merupakan faktor yang penting dalam cara berpikir seorang politisi. Politisi, pada dasarnya, juga manusia biasa yang memiliki kepentingan dan tujuan pribadi.

Kepentingan pribadi ini bisa berupa keinginan untuk meraih kekuasaan, kekayaan, atau popularitas. Politisi yang memiliki kepentingan pribadi yang kuat akan cenderung mengambil keputusan yang menguntungkan dirinya sendiri atau pihak-pihak yang memiliki kepentingan yang sama dengannya.

Sayangnya tidak ada alat yang bisa kita jadikan pengukur, kapan seorang politisi mementingkan urusan pribadi daripada urusan bersama, apalagi urusan rakyat. Nanti setelah terpilih, barulah kita bisa melihat itu, melalui kebijakan-kebijakan yang politisi tetapkan.

Pengaruh Situasi dan Kondisi

Faktor lain yang juga berpengaruh dalam cara berpikir seorang politisi adalah situasi dan kondisi yang sedang terjadi.

Situasi dan kondisi yang kompleks dan dinamis dapat memaksa para politisi untuk mengambil keputusan yang tidak sesuai dengan ideologi atau kepentingan pribadi mereka. Dari sini diksi pragmatisme kadang kerap menyandera politisi.

Misalnya, dalam situasi krisis, politisi mungkin terpaksa mengambil keputusan yang tidak populer demi menyelamatkan negara. Atau bahkan sebaliknya, dalam situasi sulit, ia terjebak pada hedonisme, sehingga mementingkan diri dan kelompoknya kemudian mengabaikan rakyat.

Mengapa Publik Sering Resah?

Publik sering resah memandang perilaku dan manuver politik politisi karena berbagai faktor. Salah satu faktornya adalah ketidakpahaman publik tentang cara berpikir politisi.

Ketika publik tidak memahami cara berpikir politisi, mereka cenderung menilai tindakan politisi secara subjektif. Hal ini dapat menimbulkan kesalahpahaman dan kecemasan.

Faktor lain yang menyebabkan publik resah adalah adanya konflik kepentingan antara politisi dan rakyat. Konflik kepentingan ini dapat terlihat dari perilaku politisi yang lebih mengutamakan kepentingan pribadi atau kelompoknya daripada kepentingan rakyat.

Apa yang Utama dalam Cara Berpikir Seorang Politisi?

Pada akhirnya kita perlu memahami bagaimana politis berpikir. Cara berpikir seorang politisi dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik ideologi, kepentingan pribadi, maupun situasi dan kondisi. Namun, yang utama dalam cara berpikir seorang politisi adalah kepentingan rakyat. Itu idealnya, ketika politisi memahami politik progresif beradab.

Itulah yang akan menjadi sikap dari politisi yang memiliki jiwa negarawan. Ia akan mengutamakan kepentingan rakyat dalam mengambil keputusan. Mereka akan berusaha untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

Oleh karena itu, penting bagi publik untuk memahami cara berpikir politisi agar dapat menilai tindakan mereka secara objektif. Dengan demikian, publik dapat memberikan masukan dan pengawasan yang konstruktif terhadap kinerja politisi.

Satu hal yang pasti, kalau publik, rakyat dan masyarakat ini cerdas dalam memahami politik dan cara berpikir politisi, maka manuver politisi dan suhu politik yang terjadi akan lebih progresif. Mungkin sesekali tetap ada suhu panas, namun itu tidak membakar emosi kita.*

*) Mas Imam Nawawi, penulis adalah kolumnis dan analis opini publik. Aktif bergiat dalam kajian sosial, politik, peradaban, dan pengembangan pemuda pada lembaga Progressive Studies & Empowerment Center (Prospect)

Pos terkait