Ponorogo Dorong Batu Akik Jadi Simbol Nasional

NN Newsroom

Sabtu, 13 September 2025

Foto: Dok. Humas Pemkab Ponorogo

NASIONAL.NEWS — Daya tarik batu akik kembali mencuat ke permukaan. Tatkala Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mempromosikan batu bacan, demam batu akik waktu itu langsung meluas.

Namun, seiring waktu, tren tersebut perlahan surut. Kini, muncul tanda-tanda popularitas batu akik bangkit lagi.

Fenomena ini terlihat jelas dari antusiasme masyarakat mengikuti kontes batu akik tingkat nasional yang digelar di eks Pasar Lanang Ponorogo.

Acara yang berlangsung Jumat (12/9/2025) itu berhasil menarik 1.236 peserta dari berbagai daerah.

Batu Ponorogo

Dalam kesempatan tersebut, Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko juga meluncurkan “Batu Ponorogo” sebagai identitas baru daerahnya.

“Menjadi awal yang baik bahwa kekayaan kita ternyata tidak hanya pertanian, tidak hanya budaya. Tapi ada batu mulia untuk kita kembangkan bersama-sama,” ungkap Kang Giri, sapaan akrab bupati.

Bupati dua periode itu menegaskan, kebangkitan minat terhadap batu akik bisa menjadi peluang besar. Ia mengingatkan kembali kejayaan batu bacan pada era Presiden SBY, lalu menyambungkannya dengan situasi hari ini. “Kita coba ulik bersama-sama,” katanya.

Melihat animo masyarakat yang begitu tinggi, Kang Giri berencana menjadikan kontes batu akik sebagai bagian dari Grebeg Suro 2026 mendatang.

“Tahun depan kita buat serentak dengan Grebeg Suro agar lebih dahsyat,” tegasnya.

Akademisi Bidik Potensi Batu Mulia

Tidak hanya pemerintah daerah, kalangan akademisi pun melihat potensi besar di balik batu mulia Nusantara.

Ketua Pusat Studi Peradaban Universitas Brawijaya Malang, Muhammad Fadli, menilai Indonesia masih tertinggal dalam memaksimalkan kekayaan alam tersebut.

Ia mencontohkan bagaimana Thailand dan Inggris mampu menjadikan batu mulia sebagai salah satu daya tarik wisata dan sumber pendapatan negara. “Sehingga menjadi salah satu sumber pendapatan negara,” jelas Fadli.

Fadli menyoroti kondisi ironis di Indonesia, di mana batu mulia justru diekspor dalam bentuk bahan mentah. Negara lain kemudian mengolahnya menjadi produk bernilai tinggi.

“Sekitar tahun 2012, kita baru sadar. Padahal, kita yang punya, mengapa tidak kita olah dan pasarkan sendiri untuk mensejahterakan masyarakat,” ujarnya.

Menurutnya, upaya kebangkitan industri batu mulia tidak bisa dilakukan secara parsial. Ia menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor, mulai dari dukungan modal bagi pebisnis, pemberdayaan penambang dan perajin, hingga penyediaan fasilitas pameran.

“Saya sangat berharap kontes malam ini menjadi momentum kebangkitan batu mulia di Ponorogo,” tuturnya.

Sementara itu, ketua panitia kontes, Sugeng Prasetyo, menegaskan acara yang mereka gelar bukan sekadar perlombaan.

Sugeng menekankan bahwa kegiatan tersebut juga berfungsi sebagai ruang bagi para pecinta batu akik untuk memamerkan koleksi sekaligus mengangkat potensi kekayaan alam lokal.

“Seperti potensi batu mulia dari Kecamatan Sawoo dan Badegan yang memiliki kekhasan. Mari kita memajukan batu akik dari Ponorogo,” katanya.

Dengan antusiasme ribuan peserta, dukungan pemerintah daerah, serta sorotan akademisi, Ponorogo tampak berupaya menempatkan diri sebagai pusat kebangkitan baru batu akik di Indonesia.

Dari sekadar tren sesaat di masa lalu, kini batu mulia itu kembali dicoba dihidupkan sebagai identitas, peluang ekonomi, sekaligus kebanggaan nasional.

TERKAIT LAINNYA

Exit mobile version