Refleksi Akhir Tahun, Merenungi Apa yang Sudah Terjadi dan Dilakukan

ist 5

KINI kita sudah berada di penghujung tahun. Ada tiga hal yang jangan dilupakan. Pertama, jangan tinggalkan shalat. Kedua, cari rejeki yang halal, dan, Ketiga, perbanyak sedekah.

Tidak terasa tahun 2023 menapak akan meninggalkan kita. Tidak ada salahnya kita merenungkan kembali apa yang sudah terjadi dan dilakukan.

Yang pasti, yang sudah terjadi tidak dapat ditarik kembali. Ia bukan bagaikan gas yang menguap dan menghilang, tetapi ia dapat diingat tentang kejadian kejadian yang menimpa diri kita.

Masa lalu itu dapat berupa kejadian baik atau sebaliknya. Sedangkan hal-hal yang pernah dilakukan, itulah yang perlu direnungkan untuk dijadikan landasan perbaikan ke depan.

Melihat ke dalam diri sendiri merupakan upaya instrospeksi diri. Dalam bahasa agama disebut muhassabah. Tidak terasa waktu berjalan. Kita sekarang berada di penghujung tahun 2023 Masehi.

Pertanyaannya, apa saja yang telah kita perbuat pada masa setahun ke belakang tersebut ?

Di penghujung tahun 2023 ini dan memasuki tahun 2024, kita perlu bermuhassabah diri. Sebaiknya instropeksi diri itu kita lakukan setiap saat, tidak harus menunggu akhir tahun atau awal tahun.

Bila perlu itu kita lakukan setiap detik. Apa saja yang sudah kita perbuat dalam hal kebaikan berupa amalan serta perangai apa pula yang kita lakukan dalam hal keburukan. Tentulah diri kita masing-masing yang mampu untuk menghisabnya.

Tulisan ini tidak ada kaitannya dengan Perayaan Tahun Baru 2024 Masehi. Mengapa? Di dalam ajaran Islam tidak ada dalil yang kuat untuk merayakan Tahun Baru Islam apa lagi tahun Baru Masehi.

Pada tulisan ini, penulis membatasi pembahasan secara umum terkait dengan Muhasabah Diri di akhir Tahun 2023 Masehi.

Shalat, Al Quran, dan Shaum

Sehubungan dengan tiga hal yang disebutkan awal di atas, kita coba melakukan muhasabah diri berkenaan dengan shalat kita, kebiasaan kita membaca Al Quran, kemauan kita terhadap shaum.

Untuk itu, bagaimana posisi kita saat ini dan target target apa yang akan kita capai ke depan.

Beberapa waktu yang lalu, penulis pernah mengangkat tema berkenaan dengan Tahun Qomariah dan Tahun Syamsiah. Perbedaan antara keduanya terletak pada penanggalan.

Penanggalan Tahun Qomariah selalu berubah setiap tahunnya. Tahun Syamsiah selalu tetap untuk setiap tahunnya.

Mengapa demikian? Karena penanggalan tahun Qomariah selalu berubah terhadap penanggalan tahun Syamsiah. Berselisih 11 hari dari tahun Masehi sebelumnya.

Sementara itu, untuk tahun Syamsiah (Masehi) penanggalannya selalu tetap. Ambil contoh adalah Tahun Baru 2024, pasti pada tanggal 1 Januari. Hari Buruh se-Dunia tahun 2024 pasti pada tanggal 1 Mei. Begitu seterusnya.

Yang lebih pasti lagi dari semua itu adalah usia kita. Jika dihitung memakai penanggalan tahun Qomariah atau penanggalan tahun Syamsiah, usia kita saat ini telah mengalami pengurangan.

Karena itu, sisa usia yang kita miliki itu, harus lebih mampu kita optimalkan untuk berlomba lomba dalam hal investasi amal. Jangan berlomba lomba dalam hal menumpuk dosa.

Shalat dan Zakat

Banyak ayat di dalam Al Quran menyertakan kata “shalat” dan kata “zakat”, antara lain (Q.S. Al-Baqarah [20]: 43).

Penyertaan kata shalat dan kata zakat ini memberi makna dua hubungan, yaitu hubungan vertikal antara manusia dengan Allah Ta’ala (hablumminallah) dan hubungan horizontal antar sesama manusia (hablumminannaas).

وَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ وَٱرْكَعُوا۟ مَعَ ٱلرَّٰكِعِينَ

“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang orang yang ruku'”

Ingat! Di alam kubur nanti, pertanyaan yang pertama ditujukan kepada kita adalah tentang shalat. Jika shalat kita baik maka baik pulalah amalan yang lainnya. Bukankah mendirikan shalat itu untuk mencegah perbuatan yang keji dan mungkar?

Pertanyaan berikutnya, apakah shalat yang kita dirikan setiap waktu itu memberi dampak pada perbuatan kita?

Hal itu perlu kita jadikan muhassabah diri untuk menghindari perbuatan yang berulang merugikan kita di sisa hidup yang semakin mendekati limit perjanjian kita kepada Sang Pencipta, Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

40 Rakaat selama 24 Jam

Selaku pengikut Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, maka ciri lahiriah pertama yang tampak pada diri seseorang adalah shalatnya.

Amit-amit ya, jangan sampai mendirikan shalat hanya sekali dalam sepekan dan jangan pula terjadi ikut shalat tahunan, yaitu Shalat Idul Fitri dan Shalat Idul Adha.

Penulis berkeyakinan, In syaa Allah yang membaca Artikel ini, shalatnya pastilah sangat bagus.

Rasulullah SAW mendirikan shalat dalam satu hari satu malam minimal sebanyak 40 rakaat yang terinci seperti berikut:

Shalat wajib 5 waktu (fardhu ‘ain) sebanyak 17 rakaat, shalat rawatib qobliah dan da’diah sebanyak 10 rakaat, shalat (tahajud + witir) sebanyak 11 rakaat, shalat dhuha sebanyak 2 rakaat. Dan, total jumlah rakaat rakaat (17+10+11+2) = 40 rakaat setiap hari!.

Bagaimana dengan kita? Ini yang perlu kita lakukan muhassabah diri di penghujung tahun 2023 ini dengan satu tekad pada tahun depan, rakaat rakaat shalat kita lebih sempurna lagi dibandingkan dengan tahun tahun sebelumnya. In syaa Allah.

Al Qur’an

Al Qur’an merupakan mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Dua bekal pegangngan hidup yang ditinggalkan oleh Rasulullah Muhammad SAW kepada umatnya, yaitu Sunnahnya dan Al Quran.

Barangsiapa yang membaca Al Quran ia akan mendapatkan 10 pahala pada setiap huruf yang dibacanya. Disamping itu, bagi yang membacakan dan yang mendengarkan ayat-ayat Al Quran, batinnya terasa tentram.

Apakah kita sudah terbiasa setiap hari membaca Al Quran? Atau dia (Al Quran) hanya kita jadikan sebagai pajangan yang menghiasi estalase lemari rumah kita? Hal itu perlu kita jadikan muhassabah diri kita di akhir tahun ini untuk kita tingkatkan di tahun-tahun mendatang.

Al Quran umumnya di setiap juz terdiri dari 10 lembar atau sama dengan 20 halaman. Jikalau dalam satu hari selesai kita mendirikan shalat fardhu, kita mampu membaca 4 halaman (20/5), maka hal itu setara dengan 2 lembar.

Jika kita konsisten melakukannya, maka dalam satu bulan kita dapat mengkatam 30 juz Al Quran. Apakah hal itu sudah dapat kita realisasikan?

Shaum

Selain puasa atau shaum wajib setiap tahun di bulan Ramadhan, ada pula shaum Sunnah di hari Senin dam hari Kamis. Ada juga shaum Sunnah di setiap tgl 13, 14, 15 setiap pertengahan bulan Hijriah (shaum ayyamul bidh).

Apakah itu sudah pula kita tunaikan sebagaimana mestinya? Hal itu perlu juga kita jadikan muhassabah diri di akhir Tahun ini.

Jika muhassabah diri untuk ketiga hal tesebut terhadap tahun yang akan kita tinggalkan itu nilai negatifnya lebih besar, maka mulai dari sekarang, sembari berikhtiar dan beristighfar dan mengucap “Bismillah”, kita bertekad untuk tahun-tahun mendatang nilai positip harus mampu kita raih.

Di akhir tulisan ini, penulis mengingatkan diri sendiri dan mengajak kita semua untuk dalam hal muhassabah diri tidak perlu kita menunggu setiap akhir tahun atau awal tahun. Setiap detik hal itu dapat kita lakukan.

Shalat farhdu yang 17 rakaat itu jangan sampai kita tinggalkan. Kita biasakan pula untuk melaksanakan shalat rawatib qobla dan ba’da Dzuhur tidak terlewatkan, begitu pun dengan rawatib ba’da Isya dan rawatib qobla Subuh.

Shalat Tahajud memang berat dan penuh dengan tantangan karena kita berhadapan dengan keinginan untuk tetap tidur dari pada bangun di tengah malam.

Seberat apa pun, usahakan jangan sampai kita tidak melakukan tahajjud sama sekali. Begitu pun esok harinya, dirikanlah shalat dhuha.

Usahakan selalu untuk shalat berjamaah ke masjid, minimal pada waktu shalat Mahgrib, shalat Isya, dan shalat Subuh.

Jadikan membaca Al Quran sebagai hobi, seperti kita hobi membaca buku. Jadikan pula Al Quran sebagai kebutuhan. Seperti kebutuhan kita makan dan minum.

Jikalah tidak dapat setiap ba’da shalat yang lima waktu dalam sehari semalam untuk membaca Al Quran, usahakan minimal ba’da shalat Magrib, ba’da shalat Isya dan ba’da shalat Subuh kita membaca Al Qur’an.

Jika tidak mampu mengkatam Al Quran setiap bulannya, lakukan saja semampu kita.

Puasa itu sehat, jika kita belum mampu puasa di setiap tanggal 13, 14 dan 15 setiap pertengahan bulan Hijriyah, usahakan berpuasa di hari Senin dan hari Kamis. Jika pun tidak mampu, pilih saja diantara ke dua hari tersebut.

Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala selalu memberikan kekuatan dan Hidayah-Nya kepada kita untuk selalu dapat menjalankan Perintah perintah-Nya,

Serta semoga Allah Ta’ala memberikan pula kita kemampuan dan kekuatan untuk selalu menjauhi segala Larangan larangan-Nya. Semoga…!!. Aamiin Yaa Rabbalallamiin.

*) Bambang Subekti Sukardi, penulis adalah pengusaha tinggal di Jakarta

Pos terkait