Saat Cepat Berubah, Menjadi Kian Takwa dengan Ramadan.

Ramadan tiba, hati kita semua berbahagia. Bayangan bertemu teman bersama keluarga untuk taraweh di masjid atau mushola membuat diri rasanya ingin segera berlari, memeluk malam perdana Ramadan. Kita pun sadar inilah momen perubahan diri paling baik, paling cepat, menjadi lebih bertakwa.

Ramadan

Hal ini karena puasa mendidik diri sendiri, lahir dan batin, tentang bagaimana menumbuhkan cinta, empati dan rasa peduli terhadap sesama.

Bacaan Lainnya

Mungkin, ada begitu banyak orang bicara kemiskinan. Tapi pernah tidak mereka merasakan lapar dan dahaga?

Puasa membuat kita tidak sebatas bicara alias omon-omon. Ramadan mengajak kita merasakan apa yang saudara kita, yang kesulitan ekonomi, yang mereka rasakan hampir setiap hari.

Takwa yang Bagaimana?

Sebagian orang masih memandang takwa itu milik ulama, kiai, dai dan ustadz. Itu tidak benar. Takwa itu milik semua umat Islam. Bentuknya?

Takwa bisa berupa ketaatan dalam bentuk amal ibadah: shalat, dzikir, baca Alquran dan sebagainya.

Bahkan takwa bisa berupa sifat yang baik, seperti menebar cinta, menyemai kasih sayang dan berbagi rezeki kepada kerabat dan orang yang membutuhkan.

Artinya, siapapun kita, asal merasa imannya ada, maka takwa itu bisa kita miliki. Syaratnya satu, fokus untuk menjadikan diri tunduk kepada Allah.

Mulai berlatih tidak mudah marah, mau memaafkan kesalahan orang lain, itu juga jalan menuju takwa. Termasuk terus berusaha melakukan kebaikan universal, seperti menyingkirkan duri dari jalanan dan lain-lainnya.

Dalam kajian Tasawuf kita akan mengenal tiga konsep penting: tajalli (ma’rifat kepada Allah SWT) dan takhalli (menghilangkan sifat-sifat tercela dalam diri). Serta tahalli (menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji).

Nah, puasa adalah bagian strategis untuk menjadikan diri kita semakin mengenal Allah, semakin cinta melakukan kebaikan dan menjauhkan diri dari keburukan.

Buat Tujuan

Problem yang umum orang alami adalah semangat terus terkikis seiring Ramadan yang berjalan. Untuk itu kita penting membuat tujuan.

Tujuan bisa jadi landasan kita untuk melangkah sekaligus evaluasi. Terkait Ramadan, tujuan dapat membantu kita menata hati, disiplin dalam rutinitas ibadah dan semangat agar tak cepat padam.

Oleh karena itu, memiliki tujuan dalam Ramadan adalah perkara esensial. Karena dengan itulah nanti kita bisa mengukur, sudah sampaikah diri ini pada target. Apa yang membuat tidak tercapai. Lalu, bagaimana mengejar, memanfaatkan Ramadan yang ada semaksimal mungkin.

Kita bisa buat tujuan harian. Ini memudahkan kita menentukan target kuantitatif. Seperti apakah akan membaca 1 juz Alquran. Atau ingin membaca dengan memahami maknanya. Boleh juga yang lain.

Kemudian tujuan jangka panjang, mungkin selama Ramadan. Kita perlu itu agar dapat menata diri mulai dari pola pikir, perilaku, bahkan orientasi hidup. Sehingga takwa itu benar-benar kita rasakan hadir. Meski tak perlu pengumuman, bahwa saya adalah orang bertakwa.

Kalau itu kita miliki, maka kita akan memiliki fokus dan arah yang pasti dalam mengisi Ramadan. Pada puncaknya, kita bisa menjadi pengamat atas pilihan sikap diri sendiri sejak dalam hati, pikiran hingga tindakan.

Pada level itu, orang tak perlu lagi polisi, hakim dan jaksa. Karena ia secara sadar akan terus mengawasi dirinya sendiri. Ramadan adalah medan untuk semua orang sadar, bahwa Tuhan selalu mengawasi kita. Pada kondisi inilah, orang sangat mungkin menjadi pribadi takwa.* Mas Imam Nawawi

Pos terkait