Selamat Jalan Muhammad Ahsanul Khuluqi

SAYA baru saja hampir terlelap ketika tiba tiba di-bangunin oleh istri. “Anaknya Khuluq meninggal. Sekarang dia di Rumah Sakit Bunda Aliyah. Kalau bisa, ayah ke sana sekarang sama Hanif”.

Saya masih setengah sadar ketika istri menyampaikan itu. Belum menangkap betul sedang bicara apa. Masih ngantuk berat. Jam sudah menunjukkan pukul 01:30 WIB dini hari.

“Kenapa. Ada apa,” saya kembali bertanya ke istri setelah mengambil posisi bergeser dari tempat tidur. Masih duduk. Saya belum terlalu nyambung dengan topik pembicaraan yang tiba tiba itu.

“Anaknya Khuluq yang baru lahir meninggal,” jelas istri lagi sambil masih terus sibuk dengan hp-nya. Berkali kali dia menelepon seseorang entah siapa.

Yang dihubungi tak mengangkat. Setelah beberapa kali, barulah terdengar suara sambungan telepon masuk di ujung sana. Mereka berkoordinasi. Cukup lama.

Saya pun bersiap. Membasuh wajah dengan air. Ambil rompi Jeep andalan. Beberapa menit kemudian, datanglah Haniffudin Chaniago. “Toooot,” klakson mobil anak Minang ini melengking memberi kode.

“Kita berangkat, bang,” katanya di belakang kemudi Ertiganya sambil tersenyum. Tenyata dia belum tidur sampai jam segini. Dia pas kebetulan baru balik mengantar penumpang saat ia mengetahui anaknya Khuluq meninggal.

Bos Tesna Anjangsana ini langsung menelepon. Namun, karena hp saya dalam keadaan airplane mode ditinggal bobo, dia pun menghubungi istri saya yang memang masih terjaga dampingi si bungsu yang sedang sakit.

“Ok, siap,” kami pun segera meluncur menembus jalanan Kalimulya yang sepi malam itu. Sampai di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Bunda Aliyah, kami langsung naik lift ke lantai 3, tempat Khuluq membersamai istrinya, Nella Dania Putri, untuk menjalani perawatan.

Rabu dini hari (16/3/22) semalam, anak ketiganya yang diberi nama Muhammad Ahsanul Khuluqi meninggal dunia di RS Bunda Alia.

Bayi yang lahir prematur itu sempat menjalani tindakan medis beberapa hari sebelumnya. Setelah kurang lebih 3 hari, Ahsanul rupanya lebih disayang oleh Allah SWT. Si kecil manis ini pun menghadap ke kharibaan-Nya malam itu.

Tentu kedua orangtuanya sangat terpukul, terutama sekali sang ibu yang sudah mengandungnya. Sepanjang perjalanan pulang dari rumah sakit menuju Klinik Pesantren Hidayatullah Depok, sang ibu sesekali terdengar menahan isak tangis.

Saya pun akhirnya bisa memahami kepanikan istri yang malam itu menelponi berbagai nomor kontak di HP-nya untuk mengabarkan kabar duka itu dan mengkoordinasikan pengurusan jenazah serta tindakan lanjutan untuk sang ibu bayi yang tentu sangat terluka tersebut.

Beliau memang pernah merasakan kehilangan serupa, bahkan kala itu saya tak ada di sampingnya. Ketika kelahiran anak pertama kami. Usia kandungan normal 9 bulan, namun lahir dalam keadaan sudah tak bernyawa.

Malam itu, Nella Dania Putri tak bisa menyembunyikan kesedihannya. Begitupun Khuluq, yang berusaha tampak tegar dibalik wajah letihnya yang harus mendampingi sang istri pasca operasi caesar.

Nella yang menggendong bayinya sesekali harus dipapah saat berjalan. Luka sesar di perutnya tentu amat sakit yang baru beberapa hari sebelumnya menjalani tindakan operasi.

Malam itu mereka berdua menatapi wajah si bayi mungil yang tergolek dengan seringai senyum di pipinya. Kini ia menghadap Ilahi dan berbahagia di sisi Allah SWT yang Maha Kasih.

Selamat jalan Muhammad Ahsanul Khuluqi, engkau pergi dengan indah, tanpa dosa, bersih, suci, dengan wajah berseri seri. Engkaulah permata indah dan Allah SAWT telah memilihmu menjadi tabungan kebaikan bagi kedua orangtuamu.

Depok, 16 Maret 2022
Lepas shubuh

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *