SINJAI – Ketua Umum Pimpinan Pusat Lingkar Dakwah Mahasiswa Indonesia (PP Lidmi) Asrullah Syaharuddin mengatakan sejatinya aktivis dakwah memiliki kemampuan peran multi dimensi dalam berbagai sektor kehidupan sehingga kiprahnya tak boleh disempitkan hanya pada aspek keagamaan semata.
“Aktivis dakwah sering disalahpersepsi tidak memiliki kemampuan problem solving di bidang lain, aktivis dakwah terkesan dikerdilkan dengan wujud aktualisasi dirinya hanya terbatas pada hal-hal keagamaan saja,” kata Asrullah pada diskusi literasi dalam Coffe Night bertajuk “Pemuda dan Benang Merah Peradaban Islam” digelar Lidmi Sinjai, Ahad (19/03/2023).
Menurut mahasiswa doktoral hukum Universitas Hasanuddin (Unhas) ini, dengan penyempitan perannya tersebut, akibatnya acapkali aktivis dakwah yang terlibat dalam ruang publik dianggap tidak mewarisi kapasitas untuk memecahkan persoalan yang bersifat global, seperti politik, ekonomi, dan sosial.
Oleh sebab itu Asrullah menekankan Lidmi harus melakukan pembinaan yang bersifat ideologis dalam bentuk pendidikan literasi.
“Lidmi harus melakukan pembinaan yang bersifat ideologis bernama literasi tarbiyah, ini suatu gerakan fundamental untuk memulai penyebaran visi yang kita capai,” tekannya.
Asrullah menyatakan bahwa aktivis dakwah dia jugalah aktivis perubahan yang beroposisi pada kezaliman dan ketidakadilan. Aktivis dakwah menurut dia harus didudukkan sebagai aktivis perubahan.
“Aktivis dakwah juga senantiasa oposisi terhadap segala bentuk kezaliman dan ketidakadilan serta selalu berpihak pada nilai-nilai kebenaran,” tandasnya.
YUSAK MARTIN