JAKARTA – Beberapa hari belakangan ini ramai perbincangan yang menyebutkan bahwa ulama dan pendakwah K.H. Muhammad Cholil Nafis, Lc., M.A., Ph.D., bergabung ke Partai Golkar. Setelah Tim Verifikasi Fakta (Verfak) Nasional.news melakukan pengecekan, kesimpulannya informasi tersebut adalah TIDAK BENAR.
Ulasan
Isu yang menyebutkan Muhammad Cholil Nafis masuk Partai Golkar berawal dari guyonan yang disampaikan dia saat menjadi penceramah pada acara Pengajian Akbar Keluarga Besar Partai Golar dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan 1444 H/ 2023 di Masjid Ainul Hikmah Kantor DPP Partai Golkar pada hari Ahad, 19 Maret 2023.
Pada kesempatan tersebut Cholil Nafis sempat berguyon dengan mengatakan “Saya bilang pada waktunya akan menguning, saya bilang,” tutur Cholil.
Seperti dikutip dari Detikcom di sini, pernyataan Cholil Nafis tersebut adalah seloroh gurauan ketika ia memulai ceramahnya di hadapan pimpinan Partai Golkar dan ratusan hadirin.
Konteks pernyataan tersebut, ia bercerita soal candaan teman temannya di grup Whatsapp alumni UIN. Awalnya, dia kirim foto dirinya ke grup percakapan pesan tersebut saat ia tengah hadir di acara Partai Golkar sebagai penceramah.
Lalu ada yang menanyakan kenapa Cholil tidak pakai jaket kuning yang menjadi simbol warna Partai berlambang beringin itu. Lantas keluarlah lontaran candaan Cholil Nafis tersebut yang disambut tawa hadirin.
Kyai Cholil Nafis sendiri dalam keterangannya di akun Instagram miliknya menegaskan bahwa ia berupaya mentransfer nilai nilai keagamaan kepada semua lapisan masyarakat termasuk partai politik.
“Saya bukan partisan partai politik juga bukan anti partai politik. Kami berkolaborasi dengan elemen manapun yang mengarah pada keteguhan dan kemajuan NKRI,” tulisnya di Instagram miliknya di sini.
Adapun dengan beredarnya isu bahwa ia bergabung ke Partai Golkar, Kyai Cholil Nafis menegaskan bahwa dia tidak masuk partai politik manapun.
“Saya tidak masuk partai dan sampai saat ini belum terbesit untuk masuk partai berpolitik praktis. Jadi saya hanya menjelaskan aja sebagai penceramah. Gitu ya biar tak salah paham kalau saya dikira mau masuk partai,” tegasnya di sini.
Seraya Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) bidang Dakwah dan Ukhuwah ini berpesan hendaknya pemimpin politik harus bijak penuh hikmah dengan cara melakukan sesuatu yang tepat, dengan cara yang tepat dan di waktu yang tepat pula.
YACONG B. HALIKE