Tips Komunikasi Interpersonal yang Wajib Anda Ketahui untuk Karier yang Lebih Baik.

0
165

Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi, ide, perasaan, dan pesan antara dua atau lebih individu secara langsung. Ini mencakup berbagai bentuk interaksi, mulai dari percakapan tatap muka hingga komunikasi non-verbal seperti ekspresi wajah, nada suara, dan bahasa tubuh. Komunikasi interpersonal berperan penting dalam membangun hubungan, menyelesaikan masalah, dan memperkuat kerja sama dalam kehidupan sehari-hari maupun lingkungan profesional.

interpersonal

Pengertian Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal dapat didefinisikan sebagai interaksi antara dua atau lebih orang di mana terjadi pertukaran informasi atau pesan. Dalam komunikasi ini, tidak hanya kata-kata yang berperan, tetapi juga aspek non-verbal seperti intonasi, gestur, kontak mata, dan postur tubuh. Interaksi ini memungkinkan orang untuk memahami satu sama lain dan membangun hubungan yang lebih mendalam.

Jenis-Jenis Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal terbagi dalam beberapa jenis yang berbeda, bergantung pada bagaimana informasi atau pesan disampaikan. Berikut adalah jenis-jenis komunikasi interpersonal yang utama:

  1. Komunikasi Verbal
    • Melibatkan penggunaan kata-kata, baik lisan maupun tulisan, untuk menyampaikan pesan. Percakapan tatap muka, telepon, surat, email, dan pesan teks adalah beberapa contoh komunikasi verbal.
  2. Komunikasi Non-Verbal
    • Mencakup segala bentuk komunikasi yang tidak menggunakan kata-kata, seperti bahasa tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, dan sikap fisik. Komunikasi non-verbal sering kali memberi lebih banyak informasi tentang perasaan seseorang dibandingkan kata-kata yang diucapkan.
  3. Komunikasi Paraverbal
    • Berkaitan dengan cara pesan disampaikan melalui nada suara, kecepatan berbicara, dan intonasi. Seseorang dapat mengubah makna pesan hanya dengan mengubah cara penyampaiannya.
  4. Komunikasi Simbolis
    • Menggunakan simbol atau isyarat untuk menyampaikan pesan, seperti penggunaan gambar, warna, atau objek untuk menyampaikan ide atau emosi tertentu.

Teori komunikasi interpersonal

Teori komunikasi interpersonal menjelaskan bagaimana proses komunikasi antara individu terjadi, faktor-faktor yang memengaruhinya, dan bagaimana komunikasi tersebut dapat digunakan untuk mencapai berbagai tujuan. Ada beberapa teori utama yang sering digunakan untuk memahami dinamika komunikasi interpersonal. Berikut adalah beberapa teori yang paling berpengaruh:

1. Teori Pertukaran Sosial (Social Exchange Theory)

  • Pengembang: John Thibaut dan Harold Kelley
  • Inti Teori: Teori ini berasumsi bahwa komunikasi interpersonal melibatkan pertukaran sosial di mana individu mengevaluasi interaksi mereka berdasarkan imbalan dan biaya. Individu akan cenderung melanjutkan interaksi atau hubungan jika manfaat yang diperoleh lebih besar dari pengorbanan yang dilakukan.
  • Aplikasi: Dalam hubungan interpersonal, orang akan terus berinteraksi jika mereka merasa interaksi tersebut memberi manfaat, seperti dukungan emosional, rasa hormat, atau keuntungan finansial. Sebaliknya, jika mereka merasa rugi atau tidak dihargai, mereka mungkin menghindari atau menghentikan hubungan tersebut.

2. Teori Pengurangan Ketidakpastian (Uncertainty Reduction Theory)

  • Pengembang: Charles Berger dan Richard Calabrese
  • Inti Teori: Teori ini berfokus pada bagaimana individu mencoba mengurangi ketidakpastian dalam pertemuan pertama atau interaksi awal dengan orang lain. Menurut teori ini, orang merasa tidak nyaman dengan ketidakpastian dan akan berusaha mendapatkan informasi untuk meminimalkan ketidakpastian tersebut, melalui pertanyaan atau observasi perilaku.
  • Aplikasi: Dalam situasi pertemuan pertama, seperti wawancara kerja atau bertemu dengan orang baru, individu akan cenderung mencari informasi untuk memahami siapa orang tersebut, apa harapan mereka, dan bagaimana mereka harus berinteraksi. Semakin banyak informasi yang didapat, semakin berkurang rasa ketidakpastian.

3. Teori Penetrasi Sosial (Social Penetration Theory)

  • Pengembang: Irwin Altman dan Dalmas Taylor
  • Inti Teori: Teori ini menggambarkan perkembangan hubungan interpersonal sebagai proses bertahap di mana individu secara perlahan mengungkapkan diri mereka, mulai dari informasi yang sifatnya dangkal hingga informasi yang lebih pribadi. Proses ini diibaratkan seperti mengupas lapisan bawang; semakin dalam, semakin banyak hal yang terungkap tentang seseorang.
  • Aplikasi: Dalam hubungan pertemanan atau percintaan, seiring waktu, individu cenderung berbagi informasi pribadi yang lebih mendalam seperti keyakinan, nilai-nilai, atau perasaan terdalam mereka, yang pada akhirnya memperkuat kedekatan hubungan.

4. Teori Manajemen Wajah (Face Negotiation Theory)

  • Pengembang: Stella Ting-Toomey
  • Inti Teori: Teori ini berfokus pada bagaimana individu berusaha mempertahankan “wajah” mereka (self-image atau citra diri) dalam interaksi interpersonal, terutama dalam situasi konflik. Menurut teori ini, orang dari budaya yang berbeda memiliki cara berbeda dalam mempertahankan wajah mereka dan mengelola konflik. Beberapa budaya mungkin lebih fokus pada harmoni dan menyelamatkan muka (face-saving), sementara yang lain lebih berorientasi pada keberanian dan keterusterangan (face-restoration).
  • Aplikasi: Dalam negosiasi bisnis atau interaksi lintas budaya, individu perlu memahami bahwa orang dari budaya lain mungkin menggunakan strategi komunikasi yang berbeda untuk mempertahankan harga diri atau citra diri mereka.

5. Teori Kognitif Diskonfirmasi (Cognitive Dissonance Theory)

  • Pengembang: Leon Festinger
  • Inti Teori: Teori ini menjelaskan bahwa orang merasa tidak nyaman ketika mereka memiliki dua keyakinan atau sikap yang saling bertentangan (dissonance). Ketidaknyamanan ini sering kali mendorong individu untuk mengubah keyakinan mereka atau mencari informasi baru yang mendukung keyakinan yang sudah ada, sehingga mereka dapat mengurangi ketidaknyamanan tersebut.
  • Aplikasi: Dalam komunikasi interpersonal, teori ini muncul ketika seseorang menerima informasi yang bertentangan dengan keyakinan atau nilai yang mereka pegang. Sebagai contoh, ketika seseorang diberitahu bahwa kebiasaan makan mereka tidak sehat, mereka mungkin merasa tidak nyaman dan mencari justifikasi untuk mempertahankan kebiasaan tersebut, atau mengubah pola makan mereka untuk mengurangi ketidaknyamanan.

6. Teori Hubungan Dialogis (Dialogic Communication Theory)

  • Pengembang: Mikhail Bakhtin
  • Inti Teori: Teori ini menekankan pentingnya dialog dalam komunikasi interpersonal, di mana komunikasi bukanlah satu arah melainkan proses timbal balik yang melibatkan saling mendengarkan, memahami, dan menghargai perspektif satu sama lain. Dalam teori ini, komunikasi yang efektif adalah yang terjadi dalam bentuk percakapan terbuka di mana kedua pihak berpartisipasi aktif.
  • Aplikasi: Dalam hubungan yang sehat, seperti pernikahan atau persahabatan, komunikasi tidak didominasi oleh satu pihak saja. Kedua individu harus terbuka untuk berbicara, mendengarkan, dan mempertimbangkan pandangan pihak lain, yang menghasilkan hubungan yang lebih harmonis dan seimbang.

7. Teori Relasional Dialektik (Relational Dialectics Theory)

  • Pengembang: Leslie Baxter dan Barbara Montgomery
  • Inti Teori: Teori ini menjelaskan bahwa hubungan interpersonal selalu berada dalam ketegangan antara kebutuhan yang bertentangan, seperti kebutuhan untuk keterbukaan versus privasi, atau kedekatan versus kemandirian. Individu dalam hubungan harus terus-menerus menegosiasikan ketegangan ini untuk menjaga keseimbangan.
  • Aplikasi: Dalam hubungan romantis, pasangan sering kali mengalami dilema antara ingin menjaga privasi pribadi dan keinginan untuk berbagi semuanya dengan pasangan mereka. Teori ini menekankan bahwa dinamika hubungan akan terus berubah sesuai dengan kebutuhan dan situasi.

8. Teori Kesamaan Afirmasi (Similarity-Attraction Theory)

  • Pengembang: Donn Byrne
  • Inti Teori: Menurut teori ini, individu cenderung tertarik dan lebih suka berinteraksi dengan orang lain yang memiliki kesamaan dengan mereka, baik dalam hal nilai, minat, atau sikap. Kesamaan ini membuat interaksi menjadi lebih nyaman dan menyenangkan.
  • Aplikasi: Dalam komunikasi interpersonal, orang lebih cenderung membentuk hubungan yang lebih dalam dan bermakna dengan orang-orang yang memiliki minat atau latar belakang yang sama, karena hal tersebut memperkuat perasaan diterima dan dipahami.

Komponen-Komponen dalam Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal tidak hanya sekadar pertukaran kata-kata, tetapi melibatkan beberapa komponen penting yang saling memengaruhi:

  1. Pengirim dan Penerima
    • Setiap interaksi memerlukan setidaknya dua pihak: pengirim yang menyampaikan pesan dan penerima yang menerima pesan tersebut.
  2. Pesan
    • Pesan adalah inti dari komunikasi. Pesan bisa berupa informasi, ide, atau perasaan yang ingin disampaikan oleh pengirim.
  3. Saluran
    • Saluran adalah media atau metode yang digunakan untuk menyampaikan pesan, seperti suara, tulisan, atau media digital.
  4. Feedback (Umpan Balik)
    • Feedback adalah respon yang diberikan oleh penerima setelah menerima pesan. Ini membantu pengirim mengetahui apakah pesan telah dipahami dengan benar atau tidak.
  5. Konteks
    • Konteks mencakup situasi atau lingkungan di mana komunikasi terjadi, yang dapat memengaruhi makna pesan dan cara pesan disampaikan atau diterima.

Keterampilan Penting dalam Komunikasi Interpersonal

Agar komunikasi interpersonal berjalan dengan efektif, terdapat beberapa keterampilan penting yang harus dikuasai:

  1. Mendengarkan Aktif
    • Mendengarkan aktif berarti tidak hanya mendengar kata-kata yang diucapkan, tetapi juga memahami maksud dan emosi di baliknya. Ini melibatkan memberikan perhatian penuh pada lawan bicara, menghindari gangguan, dan memberikan umpan balik yang sesuai.
  2. Empati
    • Kemampuan untuk memahami perasaan dan perspektif orang lain sangat penting dalam komunikasi interpersonal. Dengan berempati, kita bisa lebih efektif dalam merespons kebutuhan emosional lawan bicara.
  3. Kejelasan dan Ketegasan
    • Dalam komunikasi, penting untuk menyampaikan pesan dengan jelas dan tegas. Ini membantu menghindari kesalahpahaman dan memastikan bahwa pesan diterima sesuai dengan maksud aslinya.
  4. Manajemen Konflik
    • Komunikasi interpersonal sering kali melibatkan penyelesaian masalah atau konflik. Kemampuan untuk menyelesaikan konflik secara konstruktif dan dengan penuh penghargaan merupakan keterampilan yang sangat berharga dalam menjaga hubungan baik.
  5. Kecerdasan Emosional
    • Kecerdasan emosional mencakup kemampuan untuk mengelola emosi sendiri dan memahami emosi orang lain. Ini membantu dalam menjaga hubungan interpersonal yang positif dan menghindari kesalahpahaman yang disebabkan oleh emosi yang tidak terkendali.

Contoh komunikasi interpersonal

Contoh komunikasi interpersonal dapat ditemukan dalam berbagai situasi sehari-hari, baik dalam lingkungan pribadi maupun profesional. Berikut adalah beberapa contoh:

1. Percakapan Antara Dua Sahabat

  • Konteks: Dua sahabat bertemu setelah sekian lama dan berbicara tentang kehidupan masing-masing.
  • Pesan Verbal: Salah satu sahabat berkata, “Aku merasa stres dengan pekerjaanku yang sekarang.”
  • Pesan Non-Verbal: Ekspresi wajah yang menunjukkan kelelahan, bahu yang turun, dan nada suara rendah menambah makna bahwa ia benar-benar merasa tertekan.
  • Umpan Balik: Sahabat lainnya mendengarkan dengan penuh perhatian, menganggukkan kepala, dan berkata, “Aku mengerti perasaanmu. Mungkin kamu butuh istirahat sebentar untuk merilekskan pikiran.”
  • Hasil: Keduanya saling memberikan dukungan emosional, dan percakapan ini memperkuat hubungan pertemanan mereka.

2. Pertemuan Tim di Tempat Kerja

  • Konteks: Seorang manajer memberikan instruksi kepada timnya mengenai proyek baru.
  • Pesan Verbal: Manajer berkata, “Kita perlu menyelesaikan proyek ini dalam dua minggu. Saya harap kalian bisa bekerja sama untuk mencapai target.”
  • Pesan Non-Verbal: Manajer menggunakan bahasa tubuh yang tegas, dengan kontak mata dan gerakan tangan yang menekankan pentingnya pesan yang disampaikan.
  • Umpan Balik: Anggota tim mengajukan pertanyaan untuk memperjelas tugas mereka, seperti “Apakah ada prioritas tertentu yang harus kami utamakan?”
  • Hasil: Melalui komunikasi interpersonal yang efektif, manajer dan tim mencapai pemahaman yang sama tentang prioritas proyek dan meningkatkan kolaborasi dalam bekerja.

3. Diskusi Antara Guru dan Siswa

  • Konteks: Seorang siswa merasa kesulitan memahami materi pelajaran dan mendiskusikannya dengan gurunya.
  • Pesan Verbal: Siswa berkata, “Saya tidak mengerti bagaimana cara menyelesaikan soal ini.”
  • Pesan Non-Verbal: Siswa menunjukkan kebingungan melalui ekspresi wajah dan postur tubuh yang cenderung menunduk.
  • Umpan Balik: Guru tersenyum dan menjawab dengan nada sabar, “Baik, mari kita tinjau kembali konsep dasarnya dan kita kerjakan bersama-sama.”
  • Hasil: Siswa merasa didukung dan lebih percaya diri setelah memahami penjelasan dari gurunya.

4. Konsultasi Antara Dokter dan Pasien

  • Konteks: Seorang pasien datang ke dokter untuk memeriksakan gejala yang ia alami.
  • Pesan Verbal: Pasien berkata, “Saya merasa sakit kepala terus-menerus selama seminggu ini.”
  • Pesan Non-Verbal: Pasien menunjukkan ketidaknyamanan dengan mengusap kepalanya dan berbicara dengan nada lemah.
  • Umpan Balik: Dokter mendengarkan dengan saksama, menatap mata pasien, dan merespons dengan suara tenang, “Kita akan melakukan beberapa tes untuk memastikan penyebabnya. Sementara itu, saya akan meresepkan obat pereda nyeri untuk membantu mengurangi gejalanya.”
  • Hasil: Pasien merasa diperhatikan dan mendapat solusi yang jelas atas masalah kesehatannya.

5. Negosiasi Bisnis Antara Dua Rekan Kerja

  • Konteks: Dua rekan kerja sedang membahas kesepakatan bisnis baru.
  • Pesan Verbal: Salah satu rekan berkata, “Saya pikir kita bisa meningkatkan anggaran proyek ini untuk mencapai hasil yang lebih maksimal.”
  • Pesan Non-Verbal: Dengan postur tubuh terbuka dan nada suara penuh keyakinan, ia meyakinkan lawan bicaranya.
  • Umpan Balik: Rekan lainnya merespons dengan memiringkan kepalanya sedikit, menunjukkan bahwa ia sedang mempertimbangkan saran tersebut, kemudian menjawab, “Itu ide bagus, tetapi kita perlu memastikan bahwa klien setuju dengan kenaikan anggaran ini.”
  • Hasil: Keduanya mencapai kesepahaman dan berkomunikasi secara terbuka untuk mencari solusi yang menguntungkan.

Hambatan dalam Komunikasi Interpersonal

Ada beberapa hambatan yang sering kali muncul dalam komunikasi interpersonal, yang dapat menghalangi penyampaian pesan dengan efektif. Beberapa hambatan tersebut meliputi:

  1. Perbedaan Persepsi
    • Setiap individu memiliki cara pandang yang berbeda, dan perbedaan persepsi ini dapat menyebabkan kesalahpahaman.
  2. Gangguan Fisik
    • Gangguan seperti kebisingan, jarak, atau gangguan lingkungan lainnya dapat mengganggu proses komunikasi.
  3. Emosi yang Tidak Stabil
    • Ketika seseorang dalam kondisi emosional yang tidak stabil, seperti marah atau sedih, mereka mungkin tidak mampu berkomunikasi secara jernih dan logis.
  4. Bahasa yang Tidak Jelas
    • Penggunaan bahasa yang ambigu atau terlalu rumit dapat membuat pesan sulit dipahami oleh penerima.

Apa saja tujuan komunikasi interpersonal?

Ketika komunikasi interpersonal dilakukan dengan baik, manfaat yang dihasilkan sangat besar, baik dalam hubungan pribadi maupun profesional. Beberapa manfaat tersebut meliputi:

  1. Memperkuat Hubungan
    • Komunikasi yang baik membantu menciptakan hubungan yang lebih kuat, saling pengertian, dan kepercayaan di antara individu.
  2. Meningkatkan Kolaborasi
    • Dalam lingkungan kerja, komunikasi interpersonal yang efektif dapat meningkatkan kolaborasi, mempercepat penyelesaian masalah, dan mendorong inovasi.
  3. Mengurangi Konflik
    • Dengan berkomunikasi secara jelas dan penuh empati, konflik dapat dicegah atau diselesaikan dengan lebih mudah.
  4. Membangun Kepercayaan
    • Komunikasi yang terbuka dan jujur membantu membangun kepercayaan antara individu, yang sangat penting dalam semua jenis hubungan.

Kesimpulan

Komunikasi interpersonal adalah keterampilan dasar yang penting untuk dikuasai, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun di tempat kerja. Dengan memahami komponen, jenis, dan hambatan dalam komunikasi interpersonal, serta menguasai keterampilan yang diperlukan, seseorang dapat memperkuat hubungan dan mencapai tujuan secara lebih efektif. Komunikasi interpersonal yang baik adalah kunci untuk menciptakan hubungan yang sehat, baik itu dalam konteks pribadi maupun profesional.